Dirinya kira sang ayah hanya akan membahas pekerjaan atau kira-kira ayahnya itu akan mengatakan jika dia sudah setuju agar dirinya menikah dengan Berlian, tetapi apa yang baru saja Jonatan dengar sangat memancing emosinya bisa-bisanya sang ayah mengatakan hal tersebut hal yang sangat mustahil untuk dirinya lakukan. Mengapa ayahnya itu tidak mau berhenti saja mengganggu urusannya, mengapa ayahnya itu selalu menghalang-halangi niat baiknya kepada Berlian. Apa yang salah dari Berlian, wanita itu tidak banyak menuntut. Bahkan ayahnya yang selalu menuntut berlian untuk menjadi wanita yang sempurna saat berlian tidak memiliki apa-apa perihal status yang dipermasalahkan karena mereka tidak satu level.Sekarang setelah berlian menjadi seorang wanita karir dan anak dari Pak Hardian tetap saja ayahnya tidak mau memberikan restu.Jonathan sangat emosi, kenapa masih saja mengganggu pernikahan yang sudah hampir mendekati hari H."Pa, sudah cukup pernikahanku dan Berlian sudah mendekati hari h jad
Bukan berita hoax tentang skandal Jonathan. Anggun sangat syok. Karena kabar jika Jonathan tengah memiliki anak sudah diketahui banyak orang, hanya dirinya saja yang tidak mengetahui akan hal itu. Bahkan Anggun sampai mencari tahu dari beberapa staf di perusahaan Jonathan dan pastinya mereka adalah orang-orang terpercaya tak mungkin berbohong tentang berita itu."Aku yakin pasti Jonathan itu dijebak oleh Berlian sampai-sampai wanita itu memiliki anak," ungkap Anggun.Dirinya tidak menyangka jika Jonathan memiliki selera yang begitu rendah. Apa hebatnya wanita itu sampai-sampai Jonathan bisa memiliki anak darinya. Berlian terlihat biasa saja menurutnya, bahkan dirinya yakin jika Berlian itu wanita miskin. Mungkin saja berlian menggunakan berbagai macam cara agar bisa memikat Jonathan."Anggun, kau sudah mengetahui jika Jonathan telah memiliki seorang anak bahkan Jonathan akan segera menikahi wanita itu. Jadi aku hanya ingin mengingatkan kamu jangan melakukan hal yang aneh-aneh yang aka
"Tentang Alva lagi?" Pak Hardian pun sudah menduganya. "Iya, Pa. Alva hari ini tidak pulang karena menemani Cantika di rumah sakit, kata Berlian Cantika terus menerus muntah-muntah," ucap Bu Shafira.Pak Hardian sejak tadi mendengarkan dengan tenang apa yang di katakan oleh sang istri. Ia sudah lebih stabil dalam mengambil keputusan dan tenang menghadapi masalah Alva saat ini. "Lalu, kenapa Ma kalau Alva menemani Cantika?" "Ya, enggak baik aja. Alva hari ini sudah enggak ke restoran, masa dia mengurusi Cantika doang. Apa enggak ada keluarga yang menemani dia?""Salahnya di mana?" Pak Hardian kembali bertanya.Bi Sahfira sedikit heran kenapa suaminya tidak marah dan malah biasa saja. Padahal ia ingin sekali mendengar suaminya berkomentar, apalagi marah dengan Alva. Akan tetapi, nyatanya semua di luar dugaan."Pa, masa ia belum menikah saja sudah menyusahkan." Lagi, Bu Shafira berkomentar. "Ma, biarkan saja. Toh itu anak Alva yang di kandung Cantika. Dia harus bertanggung jawab, jan
"Boleh kan berharap?" Cantika langsung menutup mulutnya saat Alfa sontak dan letaknya dengan tajam. Alva benar-benar murka dengan apa yang di katakan oleh Cantika. Ia menggeleng, dan berpikir mana mungkin ia bisa suka dengan Cantika. Lagi pula, dirinya tidak gila menyukai anak di bawah umur. Hanya sebuah ketidaksengajaan saja yang membuat dirinya masuk ke sebuah rekayasa gadis itu Alva memilih tidur di sofa dan mencoba memejamkan mata. Pikirannya kacau, hanya karena menutupi perasaannya yang galau karena Berlian, ia pun mengambil keputusan menikah dengan Cantika. Ia tahu resiko apa yang akan di terimanya. Niat awal ia hanya ingin mencari wanita untuk sementara, tapi malah ia terperangkap dalam sebuah pernikahan. Alva membuka mata dan menoleh ke arah Cantika, gadis itu sudah terlelap sepertinya. Akhirnya ia pun memilih kembali memejamkan mata. Ia tidak membayangkan hari-harinya nanti bersama dengan gadis itu.Pukul 05.00 Alva terbangun, ia pun duduk sembari mengucek mata. Pesan mas
Jonathan menjadi serba salah, proses mencoba baju pun menjadi tidak enak dengan bibir Berlian yang terlihat masam. Akibat ulah Anggun yang membuat dirinya dan Berlian berselisih.Berlian ke luar dengan menggunakan baju pengantin ke dua, lagi-lagi Jonathan di buat tak berkedip. Meskipun tidak dengan senyum, Berlian tetap terlihat cantik.Cinta berlari memeluk sang ibu. Keduanya terlihat bahagia, Berlian terlihat tersenyum tipis melihat Cinta menghampirinya. Momen itu di gunakan oleh Jonatan untuk memotretnya. "Mama cantik sekali," ujar Cinta."Cinta juga sama." Jonathan menghampiri mereka, ia menatap calon pengantinnya yang begitu cantik. Rasa di hatinya ingin memeluk. Hanya saja di depan umum dan itu mungkin tidak nyaman untuk Berlian."Kamu cantik kalau senyum, sudah jangan marah terus. Setelah ini kita telepon Anggun. Tapi, setelah mengantar Cinta pulang," ujar Jonathan."Enggak usah gombal." Berlian sedikit mendorong Jonatan. "Mana aku gombal, kamu memang cantik. Apalagi kalau .
Bagaimana bisa hatinya tidak meleleh dengan ucapan dari Jonathan, Berlian tersipu malu padahal Ia tadi merasa kesal dengan sang kekasih. Apalagi mendengar percakapan antara Jonathan dan anggun hal itu membuatnya sangat jijik. Namun mudah bagi Jonathan membuat berlian kembali tersenyum dan tersipu. Pujian dan kata-kata manis juga janji-janjinya mampu membuat Ibu satu anak itu terbang melayang."Ma." Cinta membuka matanya dan langsung mencari ibunya. Cinta terbangun membuat keduanya tersadar dari saling pandang. Berlian langsung menghampiri sang anak yang mereka tidurkan di sofa. Setelah itu Jonathan menggendong Cinta untuk ke mobil. Sesi pemotretan mereka sudah selesai, Jonathan mengajak untuk ke sebuah mall untuk membuat Cinta senang dengan bermain mandi bola. Beberapa hari lalu sang anak menagih janji pria itu untuk bermain seharian. "Jangan marah lagi, apalagi ngambek. jelek nanti," bisik Jonathan."Bisa saja kamu."Keduanya pun melangkah meninggalkan tempat itu dan menuju mobil.
"Jangan samakan Cantika dengan Berlian." "Jangan samakan bagaimana, mereka sama-sama hamil di luar pernikahan." "Cukup Al. Mama enggak mau dengar kamu mengatakan itu tentang Berlian." Bu Shafira menjadi sangat emosional karena dengan terungkitnya masalah Berlian membuat dirinya merasa bersalah dan gagal. Ia merasa menyesal kenapa tidak memperjuangkan sang anak untuk kembali kepangkuan dirinya. Alva mengusap wajah kasar, ia tak bermaksud membuat ibunya marah dan mengungkit masalah Berlian. Namun, ia hanya ingin sang ibu berkaca pada masalah Berlian. Tidak mudah menjadi Cantika bahkan Berlian. "Aku harus bertanggung jawab. Kalau mama belum menyukai Cantika saat ini, mungkin lama-lama mama akan menyukainya sebagai istri aku." Alva menarik napas, lagi-lagi hal aneh keluar dari mulutnya. Alva mengatakan hal yang sangat membuat dirinya bergidik ngeri. Bahkan tak membayangkan jika ternyata istrinya adalah anak baru lulus kemarin sore. "Baiklah, mama enggak akan memaksa kamu untuk hal y
"Al, jalan sekarang," ujar Cantika. Alva masih saja diam, tapi Cantika malah bangkit dan mencoba pergi dari kursi roda hingga membuat Alva refleks menahannya. "Duduk, biar aku dorong," ucap Alva sembari melirik ke arah pria yang menyapa Cantika. Pria dengan baju kemeja panel itu masih menatap Cantika yang sudah di dorong Alva. Karena terburu-buru ia tak mengejar Cantika dan kembali menuju administrasi rumah sakit. Alva membantu Cantika masuk mobil tanpa bertanya karena mungkin gadis itu tak akan menjawabnya. Ia akan membiarkan nanti saja mungkin Cantika akan bercerita sendiri."Mau aku antar ke mana?" tanya Alva memecahkan kesunyian."Ke rumah papa yang di Jakarta."Alva menoleh, kalau memiliki rumah di Jakarta untuk apa Cantika menginap di hotel. Harusnya dia menginap di rumah saja dari pada di hotel. Cantika hanya tersenyum saat Alva menatapnya tanpa berkedip. Bukan karena wajahnya yang cantik, tapi pria itu berpikir keras tentang pikiran gadis itu. "Kenapa melihat aku seperti