Share

Bunga itu Mekar Setelah Aku Tiada
Bunga itu Mekar Setelah Aku Tiada
Penulis: Yuvika

Bab 1

Saat aku mengalami serangan asma, Reza sedang mendampingi wanita yang dicintainya untuk pemeriksaan kehamilan.

Dia masih membawa obat yang dapat menyelamatkanku.

Setelah itu, aku melihat Reza mencariku ke mana-mana, bahkan setelah mengetahui aku hamil, dia tampak sangat panik.

Sejak itu, ada seseorang yang menjaga makamku.

……

Setelah keluar dari rumah sakit, aku dengan hati-hati menyimpan hasil pemeriksaan kehamilan ke dalam tas dan mengelus perutku yang kecil dengan raut wajah penuh kebahagiaan.

Kata-kata dokter masih terngiang di telingaku. “Rania, selamat, kamu hamil.”

Setelah setahun menikah dengan Reza, akhirnya aku hamil.

Saat aku melewati toko bunga, aku berhenti sejenak. Hari ini seharusnya menjadi hari yang istimewa untuk dirayakan, jadi aku memutuskan untuk membeli seikat bunga.

Aku mengenakan masker dan memilih bunga yang menghasilkan sedikit serbuk sari, kemudian meminta penjaga toko untuk membungkusnya dengan rapi sebelum membawanya pulang.

Aku memiliki asma, jadi di rumahku biasanya tidak ada bunga.

Reza juga tidak pernah memberikanku bunga. Lagipula, pernikahan ini terjadi karena kemauanku sendiri, jadi dia selalu menghindar dariku.

Seandainya perusahaan Reza tidak mengalami masalah dan membutuhkan dana, aku rasa dia tidak akan menikahiku.

Namun, selama setahun ini, aku merasakan perubahan dalam sikap Reza terhadapku. Terlebih lagi aku hamil, dia pasti akan lebih baik padaku.

Saat memikirkan hal itu, aku tidak bisa menahan tawa. Aku membayangkan ekspresi Reza saat melihat hasil pemeriksaan kehamilanku.

Saat waktu kepulangannya semakin dekat, aku berganti pakaian dan duduk di sofa untuk menunggunya. Tanpa kusadari, jantungku berdetak lebih cepat.

Untuk mengusir kebosanan, aku bersandar di balkon sambil bermain dengan pot bunga, lalu tiba-tiba teringat bahwa bunga yang kubeli masih di kamar. Aku segera mengambilnya dan bersiap memberikan bunga itu kepada Reza begitu dia masuk.

Namun, aku tidak menyadari bahwa aku tidak meletakkannya dengan baik, dan dalam sekejap, bunga itu jatuh dari meja dan berserakan di lantai.

Aku buru-buru mengangkatnya dan lupa bahwa aku adalah seorang penderita asma.

"Atcii!"

Setelah menyadari itu, aku cepat-cepat mundur beberapa langkah, menutup mulut dan hidungku, lalu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Mengingat ada bayi di dalam perutku, aku merasa cemas dan berencana untuk naik ke atas dan minum dua tablet obat.

Namun, ketika aku membuka laci, aku mendapati kotak obat di dalamnya sudah kosong.

Setelah mencari ke sana kemari selama setengah hari, aku baru teringat sepertinya aku sudah menghabiskan obat itu dan lupa menyiapkan yang baru karena sudah lama aku tidak sakit.

Dengan napas terengah-engah, aku segera menelepon Reza.

Pada jam segini, dia pasti sedang dalam perjalanan pulang, dan dia akan membelikannya tepat waktu.

Telepon tersambung, dan aku mendengar suara lembutnya dari sisi lain telepon. "Ada apa?"

Aku menarik napas dalam-dalam. "Reza, obat di rumah sudah habis. Apa kamu sudah arahpulang? Bisakah kamu membelikannya? Yang biasa aku minum."

Reza terdiam sejenak. "Baiklah."

Saat akan menutup telepon, aku menambahkan, "Cepat pulang ya, ada hal penting yang mau aku sampaikan padamu."

"Oke"

Setelah meletakkan ponsel, hatiku merasa sedikit lebih tenang, dan aku perlahan kembali ke sofa untuk menunggu.

Dengan rasa sesak di dada yang semakin berat, aku merasa kesulitan bernapas, dan batukku juga semakin parah.

Perasaan yang sudah sangat familiar ini ....

Mengapa asmaku tiba-tiba kambuh di saat seperti ini?

Aku berusaha untuk mengangkat ponsel dan menelepon Reza sekali lagi, tetapi ternyata dia tidak menjawab.

Berpikir mungkin dia sedang menyetir dan tidak bisa mengangkat telepon, aku menunggu sejenak sebelum mencoba meneleponnya lagi.

Kali ini, telepon berdering cukup lama sebelum akhirnya dia menjawab.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status