Share

Bab 3. Mengundang Mantan Pacar

Ambar terpaksa kembali ke Villa Arum Dalu. Ia tak mau membongkar kopernya. Ia masih berharap bisa meninggalkan rumah mewah yang sudah ia tempati hampir 3 tahun itu. Ia kini hanya berbaring tidur-tiduran malas melakukan apapun. Ia hanya bermain game di ponselnya.

Sandy melakukan aktivitasnya membersihkan diri setelah lelah bekerja seharian. Lagi-lagi ia tak mendapatkan air hangat dan juga baju ganti yang biasanya disiapkan Ambar. Hatinya kesal. Setelah memilih sendiri pakaian dan mengenakannya ia melangkah ke dapur dan berharap ada makan malam. Tak ada makanan apapun yang tersaji di sana. Ia pun bergegas pergi ke kamar Ambar. Ia melihat istrinya itu sudah ketiduran dengan ponsel ada di dekatnya.

"Bangun Ambar! buatkan aku makan malam," ujar Sandy mengguncang tubuh Ambar. Ambar terbangun dengan gelagapan.

"Oh iya aku belum memasak hari ini," ujarnya masih belum terlalu sadar. Namun begitu melihat Sandy dengan jelas wajahnya langsung murung.

"Kita akan cerai. Belajarlah untuk memenuhi kehidupanmu sendiri. Sewa pelayan atau bagaimana," keluhnya kembali memejamkan mata.

"Kata siapa aku setuju bercerai. Ayo masaklah. Aku lapar," ucap Sandy tak peduli dan kembali mengguncang tubuh Ambar. Ambar menyugar rambutnya. Ia sendiri saat ini juga lapar. Mau tidak mau ia juga harus memasak sesuatu. Suaminya bahkan tak mau menyewa pelayan untuk meringankan pekerjaannya. Dengan alasan alergi masakan luar, Sandy membuatnya harus memasak tiada henti.

Kenapa ia baru menyadari betapa menyebalkannya pria di depannya ini. Sangat manja dan juga kekanak-kanakan. Pesan makanan lewat aplikasi juga harus pakai uangnya sendiri. Dan tentu itu sangat mahal.

"Ingat aku memasak ini memang karena aku juga lapar. Bukan aku ingin memasakkannya untukmu," tukas Ambar keluar menuju dapur.

Saat Ambar mengeluarkan bahan-bahan masakan ia mendengar bel pintu di depan. Sandy segera membukakannya.

"Ayo masuklah! Ke ruang kerjaku saja. Kita bisa melanjutkan apa yang belum tuntas siang tadi. Sebentar lagi Mama dan juga Nurya akan datang juga," sambut Sandy terdengar ramah.

Ambar penasaran siapa yang datang mendengar keramahan Sandy. Ia tak mengira yang datang adalah Rosemala. Ia pernah bertemu sekali di acara berkabung kematian kakek Murtopo. Hatinya berjengit. Wanita itu sudah berani datang ke rumahnya.

"Oh iya kebetulan Ambar. Bikinkan minuman untuk tamu kita. Kau tahukan dia siapa?" kata Sandy saat berpapasan dengannya di sekat ruangan. Wajah Sandy tampak datar seakan mereka tidak sedang bertengkar.

Rosemala melihat Ambar dan tersenyum.

"Kita berjumpa lagi Ambar. Aku salut dengan dietmu. Terakhir kau tak sekurus ini. Siapapun pasti akan betah di sini," ucapnya sambil menyisir rambut sebahunya yang tergerai sambil mengedarkan pandangan.

"Tentu saja aku betah di sini. Aku nyonya di sini. Anda tamu bukan? silahkan langsung ke ruang kerja. Minumannya akan segera datang," ucap Ambar menggertakkan gigi.

Rosemala hanya mengangkat bahu. Wajahnya terangkat. Ia berlalu dengan pandangan meremehkan.

Ambar mencoba tak peduli. Ia meraih sayur-mayur dan memotongnya dengan geram. Ia tak berniat untuk membuat minuman untuk mereka. Hatinya semakin kesal ketika sayup-sayup terdengar tawa dari ruang kerja. Seingatnya ia tak pernah melihat Sandy tertawa.

Buru-buru ia mengambil semangkok masakannya dan membawanya menuju kamarnya. Tapi baru saja ia akan masuk kamar terdengar dua orang masuk dari pintu depan. Rupanya pintu depan tadi dibiarkan terbuka. Tampak bu Mita dan Nurya berjalan mendekatinya.

"Ambar mau kemana kamu? Astaga jam segini kamu mau tidur. Apa begini dirimu menyambut keluarga suamimu," ujar bu Mita menatap Ambar sinis.

"Ini jam istirahatku. Kata siapa orang bisa bertamu di jam segini?" balas Ambar kini menguatkan hatinya untuk membantah mertuanya.

"Kau mengusir kami. Oh tidak bisa. Sandy adalah pemilik rumah ini. Jadi kami berhak ke sini kapan saja," ujarnya angkuh.

Ambar mendesah berat. Kenapa ia harus dihadapkan banyak orang menyebalkan sekaligus.

"Ma kelihatannya Ambar baru selesai masak. Aku belum makan malam," sahut Nurya memandang makanan di piring Ambar.

"Kami akan mengadakan rapat terbatas di ruang kerja suamimu. Jadi masaklah yang banyak dan juga buatkan minuman. Kau harus bisa melayani tamu dengan baik," perintah bu Mita langsung pergi ke ruang kerja Sandy.

"Bisa sih kami mengajakmu ikut. Tapi apa kau paham dunia bisnis? Tidak bukan. Jadi ringankan beban kami dan bekerjalah di dapur," ujar Nurya sambil menyusul ibunya.

Ambar tak menyahut. Ia masuk kamar dan menutupnya dengan keras. Ia segera memakan makan malamnya dengan membabi buta. Ia sangat marah. Dipikirnya siapa dirinya. Berhenti kosplay jadi menantu idaman selama 3 tahun. Mereka hanya memanfaatkannya saja.

Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu. Karena Ambar tak membuka pintu Sandy membukanya sendiri.

"Ambar aku tahu kamu marah. Jangan seperti anak kecil. Buatkan mereka makanan. Kami membicarakan bisnis penting. Kau juga tak akan tahu bila ikut terlibat. Jangan biarkan Rosemala sampai ke dapur kita," ucap Sandy dengan tatapan dingin.

"Ok. Aku akan memasak dan melayani kalian kali ini. Ini terakhir. Karena aku akan jadi mantan istri dan juga mantan menantu di sini. Bayarannya 3x jatah bulananku," seru Ambar akhirnya.

"Ok," sahut Sandy bergegas kembali ke ruang kerjanya.

Anggap saja dapat orderan pekerjaan, hiburnya dalam hati. Sungguh keterlaluan sekali. Dan malam itu Ambar sibuk memasak dan membuat minuman. Setelah memasak dan menyajikan makanan di meja makan ia pun langsung pergi ke kamarnya. Ia sangat lelah dan ingin tidur.

Tengah malam ia merasakan pergerakan di samping tempat tidurnya. Kemudian hembusan nafas menimpa tengkuknya membuatnya langsung membuka mata.

"Sandy, ngapain kau ada di kamarku," ujar Ambar terkejut.

"Apa salah kalau aku tidur seranjang dengan istriku," ucap Sandy melingkarkan tangannya ke tubuh Ambar.

"Tidak lagi. Kau tak bisa memaksaku. Kita akan bercerai. Kau kira aku tak serius!!" kata Ambar dengan nada tinggi. Ia mendorong dan menendang tubuh Sandy hingga menyingkir dari ranjang.

"Alasan apa kau ingin bercerai? apa kau sudah punya seseorang?" tanya Sandy dengan pandangan suram. Jujur ia jadi ketagihan rasa tubuh Ambar sejak malam kemarin.

"Apa harus punya seseorang? kemana saja kau malam-malam yang lalu. Kau selalu memilih tidur di kamar sendiri. Kau ingin merayuku agar aku tetap mau jadi budakmu? Tidak akan lagi. Jadi keluar kamarku sekarang," tukas Ambar seraya mendorong Sandy sampai keluar kamar. Setelah Sandy keluar ia langsung menguncinya. Ia tak mau kecolongan lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status