Share

Bab 4. Ulang Tahun Pernikahan

Ambar jadi tak bisa untuk melanjutkan tidur kembali. Ia pun kemudian mencari informasi tentang perceraian di mesin pencarian. Ia harus mempunyai alasan yang kuat agar gugatan cerai segera di terima. Akan mudah lagi jika pasangan juga kompak dan tidak mempersulit. Maka dalam tempo sebulan ia akan resmi bercerai.

Pukul 4 dini hari ia beranikan diri untuk menghubungi salah satu pengacara di layanan hukum online. Dan yang keluar adalah nasehat agar ia berpikir ulang dan melakukan hal-hal manis yang mungkin bisa membuat pernikahannya bertahan. Misalnya saja peringatan hari pernikahan. Ya kebetulan hari ini adalah hari ulang tahun pernikahanya dengan Sandy yang 3 tahun.

Ia sedikit ragu apa ia akan mengikuti saran pengacara itu atau tidak. Jadi ia menghubungi Sita.

"Sit gimana menurutmu?"

"Sifat seseorang itu tak akan berubah Mbar. Siapa yang bisa merubah sifat arogan Sandy. Bos muda pewaris Sudiro grup. Kecuali mungkin kau bisa jadi orang yang paling dicintainya. Orang yang dicintai akan jadi pawangnya," komentar Sita pesimis.

"Mungkin ini yang terakhir deh," ujar Ambar akhirnya.

"Aku sih berharap kamu bisa bahagia dengan Sandy. Tapi ya jangan dipaksakan. Lakukan saja sesuai kehendak hatimu. Kurasa wantu 3 tahun sudah cukup untuk membuktikan semuanya,"

"Ya kau benar Sita. Aku akan pergi membeli bahan kue peringatan pernikahan. Meskipun aku ragu juga Sandy akan simpati dan meninggalkan Rosemala," kata Ambar murung.

Ambar tak keluar kamar sama sekali pagi itu. Sandy juga tak mengganggunya lagi. Ambar keluar saat ia rasa Sandy sudah berangkat kerja. Ia mendengar deru mobilnya meninggalkan Villa. Perlahan ia mengamati seluruh ruangan. Tak ada alasan untuknya tinggal lebih lama. Tapi ia akan memberi kesempatan Sandy nanti malam.

Hampir 2 jam ia menjalankan rutinitas pekerjaan ibu rumah tangganya. Paling lama ia menghabiskan waktu membersihkan meja makan dan juga dapur. Bekas makan tadi malam dan juga bekas ia memasak. Ia masih bersyukur karena ketiga tamu yang tak tahu diri itu tak menginap.

Setelah menyelesaikan semuanya ia pun bersiap pergi. Ia menghubungi Pak Karim untuk mengantarkannya ke toko grocery milik keluarga Sudiro. Ia akan berbelanja bahan kue dan masakan khusus untuk merayakan hari ulang tahun pernikahannya. Saat ia selesai ponselnya berdering. Ternyata temannya dari kampung bernama Mursid menelpon.

"Kita bisa bertemu. Ku Share lokasinya. Tapi aku sungguh tak punya uang," ujarnya pada temannya itu. Temannya seorang pemuda seusianya bernama Mursid. Karena sungkan tak bisa memberi pinjaman ia berinisiatif untuk mentraktirnya mi instan di depan toko.

Ia segera melambaikan tangan ketika melihat Mursid telah sampai di pelataran toko. Belum sempat melihat Mursid mendekat sebuah tangan membungkam mulut dan hidungnya. Pandangannya pun menggelap.

******

Di kantor CEO perusahaan Sudiro tampak Sandy bersiap akan pulang. Rosemala masuk ke dalam ruangan.

"Kau akan segera pulang atau kau ada acara lain?" tanya Rosemala.

"Aku ingin segera beristirahat saja.," seru Sandy meraih jasnya. Rosemala meraih lengan Sandy.

"Apa perlu aku temani? Banyak tempat peristirahatan yang baru dan begitu nyaman. Sejak aku pulang dari luar negeri kita belum pernah pergi bareng," seru Romala dengan lembut dan mendayu.

"Maaf Mala. Hari ini aku hanya ingin pulang saja. Lain kali mungkin," tolak Sandy yang sedari tadi tampak murung saja.

Rosemala menghela nafas dan berusaha tersenyum.

"Ya nggak apa-apa. Kalau begitu kita bisa pulang bareng saja," serunya menyembunyikan kekesalannya. Hatinya teriris mendengar Sandy memilih pulang. Pulang artinya ke Villa Aeris dimana ada seorang istri tengah menunggunya.

Saat akan sampai di Villa Aeris Sandy menyuruh Pak Karim berhenti di depan toko bunga.

"Ambil buket bunga yang aku pesan Pak!" perintah Sandy. Tadi malam ia telah diusir oleh Ambar. Entah mengapa ia merasa aneh tanpa semua pelayanan Ambar. Tiap ia ingat rumah dan sadar Ambar masih mogok masak dan lainnya kepalanya terasa pusing. Ia sadar mungkin ini sedikit terlambat.

Hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ketiga. Ia berinisiatif memberikan bunga untuk istrinya. Sejak kemarin malam Ambar mengatakan ingin bercerai ia semakin menginginkannya.

Dengan penuh harapan sambil membawa buket bunga Sandy turun dari mobilnya. Ia tahu Ambar tak perlu lupa dengan hari peringatan pernikahan. Ia menyesal karena dulu ia terlalu cuek. Namun saat ia sampai di ruang tengah ia begitu kecewa karena tak ada Ambar di sana. Tak ada lilin dan juga kue.

"Ambar! Ambar!" Ia memanggil istrinya dan memeriksa kamarnya. Hanya ada koper di sana. Ia kemudian memeriksa seluruh ruangan. Kemudian ia juga membuka CCTV. Ia hanya mendapati Ambar yang melakukan pekerjaan rumah dan pergi di saat agak siang.

Ia mencoba menghubungi ponsel Ambar. Mulanya tak ada yang menjawab tapi kemudian seorang laki-laki menjawab,

"Jangan mencari istrimu lagi. Dia sudah berbahagia bersamaku. Aku adalah kekasihnya," ucap pria itu dan sambungan pun ditutup.

Sandy menatap ponselnya dengan geram. Tangannya mengepal erat. Sebuah pesan masuk. Sandy segera membukanya. Matanya melebar ketika melihat foto yang dikirim pria itu. Di foto itu terlihat Ambar sedang tertidur dengan pulasnya dalam pelukan seorang pria. Tubuh mereka tampak polos dan hanya berselimut tipis sampai batas dada.

Dadanya bergemuruh dibakar api cemburu. Tangannya meremat buket bunga di genggamannya. Dengan gemetar ia segera mengirimkan foto itu pada pegawainya.

"Selidiki! apa ini asli atau tidak," perintahnya keras.

"Malam ini harus ada hasilnya," tambahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status