Beranda / Romansa / Bukan Pernikahan Biasa / MENJADI ISTRI ORANG

Share

Bukan Pernikahan Biasa
Bukan Pernikahan Biasa
Penulis: Pikhopess

MENJADI ISTRI ORANG

Penulis: Pikhopess
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Bagaimana para saksi, SAH?”

“Sah!!!” sahut semua orang yang menghadiri pernikahan hari ini.

“Kamu dengarkan Gin. Sekarang kamu sah menjadi istri seorang laki-laki yang kamu tidak cintai sedikitpun, bahkan tidak kamu kenali sama sekali,” lirih Gina di sebuah kamar.

Tok ... tok ... tok ...

“Gina. Ini aku, Sabrina. Boleh aku masuk?”

Regina menghapus air matanya pelan, agar riasan cantik itu tidak luntur. Tepatnya Ia tidak ingin orang lain melihatnya menangis, termasuk sahabatnya sendiri.

“Masuk, Sab.”

Sabrina melangkah dengan hati-hati setelah memastikan pintu kamar sudah tertutup rapat. Sabrina duduk di hadapan Regina sambil tersenyum. Ia tahu semua yang terjadi, namun memilih bungkam dan menunggu Regina sendiri yang menceritakan isi hatinya.

“Aku pikir tadi bakalan telat loh, Gin. Macet parah. Hm.... gaunnya cantik, make up kamu juga bagus,” ucapnya sambil tersenyum.

“Kamu juga cantik. Ijab Qabul-nya udah selesai?” tanya Regina.

“Udah. Sebentar lagi pasti ada yang datang buat ketuk pintu dan kasih info. Pokoknya gak boleh ada yang berubah dari persahabatan kita. Kalau ada apa-apa, cerita sama aku. Kamu punya aku dan aku punya kamu.”

“I wish, I can. Makasih ya, kamu udah jauh-jauh ke sini, ninggalin semua urusan kantor kamu di Bandung buat pesta pernikahan dadakan ini,” ucap Regina sambil tersenyum kecut.

Sabrina lalu memeluk sahabatnya itu, sesaat sebelum pintu kamar diketuk menandakan hadirnya laki-laki asing yang sudah menjadi suami Regina, Ardi Kusuma.

Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia untuk Regina dan kekasihnya, Adri. Hari ini sudah direncanakan sejak jauh hari. Gaun pengantin, dekorasi dan semua pernikahan impian yang mereka dambakan.

Namun, seminggu sebelum pernikahan itu digelar, Adri mengalami kecelakaan tunggal setelah kembali dari rumah senior sekaligus sahabatnya, Ardi, untuk mengantarkan undangan.

“Kamu kan bisa kirim undangannya online, kenapa harus repot-repot antar ke Bandung sih. Mana aku orang pertama yang dikasih undangan. Yuk masuk,” ajak Ardi mempersilakan tamunya yang tidak lain adalah Adri untuk masuk ke dalam rumah.

“Harus jaga stamina, kesehatan nomor satu, seminggu lagi bakalan unboxing status perjaka,” sambungnya dengan tertawa puas melihat wajah Adri yang memerah.

“Agak lain nih candaan, Mas, kali ini. Mas kan teman baik aku, dari awal ospek, bantuin tugas, organisasi kampus sampai hampir D.O Mas selalu kasih semangat. Apa sih yang Mas gak ajarin buat aku? Aku berasa punya kakak selama kenal sama Mas Ardi. Andaikan istri bisa dibagi, Mas boleh deh nikahin Regina. Tapi untungnya gak bisa sih, hahahah,” balas Adri menimpali candaan Ardi.

“Mentang-mentang udah mau nikah duluan. Doain aku cepet-cepet dapat pasangan biar bisa nyusul kamu.”

“Makanya hati Mas dibuka, jangan terpaku sama masa lalu. Aku doain Mas dapat pasangan kek Regina. Aku beruntung sih bisa sama dia. Sebaik itu calon istriku, Mas,” ucap Adri sambil mengangkat gelas kopinya yang hampir habis.

“Jagain baik-baik loh dia, Dri. Mas juga penasaran sama calonmu itu. Aku doakan semoga keluarga kalian sakinah mawaddah warrahmah,” kata Ardi.

“Amin Mas. Amin. Aku berharap kalau ada apa-apa sama aku, Mas mau jagain Regina?”

“Loh ngomongnya kok begitu. Kamu itu akan baik-baik dan jagain Regina, anak-anakmu sampai kalian tua. Apa kata orang kalau aku yang jagain Regina, Dri. Bisa-bisa di sangka Petrikor aku,” jawab Ardi.

“Apa lagi tuh Petrikor, Mas?” tanya Adri kebingungan.

“Perebut Istri Orang,” jawab Ardi sambil tertawa terbahak-bahak, diikuti dengan Adri yang juga merasa lucu dengan penjelasan Ardi.

Selepas berbincang panjang lebar, Adri pamit pulang. Namun, diperjalanan pulang itulah Adri mengalami kejadian tak terduga. Hari yang sudah larut membuatnya mengantuk dan tidak fokus menyetir mobil, sehingga menabrak pembatas jalan dan menyebabkan mobilnya terguling.

Adri dilarikan ke rumah sakit dan mengalami kritis. Regina yang mendengar kabar bahwa Adri kecelakaan, segera menyusul ke rumah sakit. Regina yang mendapati Adri tidak sadarkan diri hanya bisa menangis sambil memeluk Sabrina. Ardi yang juga mendapat kabar bahwa Adri mengalami kecelakaan segera menyusul ke sana.

Setelah mengalami kritis selama dua hari, Adri akhirnya siuman. Senyum manis yang selalu hadir dalam tidurnya akhirnya terlihat kembali. Sambil menahan rasa yang teramat sakit ditubuhnya, Adri tersenyum dan berusaha menggenggam tangan Regina erat-erat.

“Aku di sini. Aku kangen sama kamu, Kak. Kamu mau minum? Tunggu, aku panggil dokter dulu,” ujar Regina sambil berdiri.

Namun sebelum Regina sempat berlari, genggaman tangan Adri menahannya. “Ardi, Aku mau ketemu dia.”

Regina yang mendengar hal tersebut segera keluar dan memanggil Ardi yang sedang berbaring di sudut koridor rumah sakit.

“Mas ... Mas Ardi?” bisik Regina pelan yang hanya di balas deheman panjang dari Ardi yang masih tertidur nyenyak. Sekali lagi Regina membangunkan Ardi, tetapi dengan suara yang sedikit lebih keras.

“Astagfirullah ... Iya, ada apa?” jawab Ardi yang sudah terbangun sambil membetulkan duduknya.

“Adri udah sadar, Mas. Dia mau ketemu sama Mas.”

Segera setelah mendengar hal tersebut, Ardi bergegas menemui Adri. Regina berdiri di sisi tempat tidur yang lain, sementara Ardi berdiri di sisi yang lain.

“Apa yang sakit? Aku panggil dokter buat periksa kamu ya,” tanya Ardi cemas.

“Mas, aku mau minta sesuatu sama kamu,” jawab Adri pelan.

“Apa?”

“Lima hari lagi pesta pernikahan aku sama Regina, Mas. Aku gak yakin bisa menemani Regina sampai tua, menjaga dia dan anak-anakku. Aku gak tau mau percaya sama siapa buat jaga Regina. Aku mau minta tolong sama Mas Ardi, gantikan aku menjadi suaminya.”

Regina dan Ardi yang mendengar permintaan Adri saling pandang. Bagaikan disiram air mendidih, tuhnya Rrgina dan Ardi terasa panas. Regina menolak, demikian juga Ardi.

“Aku gak mau, Kak. Nama kita yang tertulis diundangan itu dan udangannya sudah selesai dicetak,” tutur Regina.

“Lagipula aku gak kenal sama Mas Ardi. Bagimana mungkin pernikahan impian bisa kita terjadi tapi bukan kamu yang ada di samping aku?” sambung Regina.

“Kamu jangan bilang yang aneh-aneh. Kamu pasti akan nikah sama Regina. Ini Cuma masalah waktu, kita semua akan tunggu kamu sampai sembuh total. Mas akan hadir di pernikahan kamu. Mas panggil dokter dulu,” kata Ardi.

“Gina, Sayang. Mas Ardi orang yang baik dan aku percaya, dia tidak akan pernah buat kamu kecewa. Aku cuma bisa tenang, kalau kamu sama dia. Percaya sama aku,” jelas Adri pada Regina yang sudah menangis terisak sambil mengeratkan genggaman tangannya.

“Aku mohon sama, Mas. Jaga Regina untuk aku. Aku yakin Mas bisa bantu aku,” sambung Adri.

Setelah berkata demikian, Adri menghembuskan nafas terakhirnya, sebelum Ardi maupun Regina bisa menolak permintaannya.

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Biasa   MALAM PERTAMA

    Pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan seorang laki-laki yang begitu gagah dengan senyum yang begitu mempesona bagi orang lain. Kecuali ... Regina.“Dia di belakang kamu sekarang,” bisik Sabrina sambil memegang bahu Regina.Regina terdiam, tidak mengatakan apapun. Hanya hembusan nafas panjang sebagai balasan dari bisikan Sabrina.Regina berbalik, langkah demi langkah terlihat jelas olehnya. Ardi mendekat dengan senyum yang tidak pernah pudar dan tatapannya yang begitu hangat.“Assalamualaikum, Gin.” Ardi bersuara begitu tenang, yakin dan tanpa keraguan sedikitpun.“Waalaikumsalam, Mas Ardi,” jawab Regina nyaris tidak terdengar.Pertama kalinya, Regina mengambil tangan laki-laki itu dan menciumnya. Ardi mendekat, mencium kening wanita yang tidak pernah dikenalnya namun dengan takdir, dijadikan sebagai istrinya. Air mata kedua anak manusia itu menetes. Penuh tanya, apakah mereka mampu menyampingkan ego masing-masing. Ardi dan Regina kini duduk bersanding di pelaminan. Tersenyum pada

  • Bukan Pernikahan Biasa   Dua Porsi

    Sinar matahari pagi menyeruak masuk melalui gorden jendela kamar Regina dan Ardi.Regina berbalik. Melihat laki-laki yang sekarang sedang tertidur pulas di sebelahnya. “Akhirnya kamu tidur juga, Mas, setelah tadi malam naik turun tempat tidur aku, mondar mandir. Ganggu tau,” ucapnya dalam hati. Regina segera bangun dari tempat tidur dan mandi lalu turun ke bawah karena merasakan warga kampung tengahnya sudah berdemo karena kelaparan.“Jadi gimana, Mbak?”“Gimana apanya, Yani?”Seorang ART yang hampir seumuran dengan Regina sibuk mengikutinya dari ujung ke ujung hanya untuk menanyakan bagaimana rasanya menikah. Yani sudah bekerja selama 4 tahun di rumah orangtua Regina bersama dengan ART yang lain. Jika dibandingkan dengan ART yang lain, Yani memang yang paling muda sehingga tidak sulit untuk dekat dengan Regina yang merupakan anak tunggal.“Ih, Mbak Gina mah. Bukan masa gak ngerti sama pertanyaan Yani. Sepilin (spill) dikit dong Mbak,” rengek Yani.“Gak ada yang spesial, Yani. Biasa

  • Bukan Pernikahan Biasa   Rencana Pindah Rumah

    Setelah sarapan Ardi duduk di halaman belakang, melihat bunga-bunga Bougenville yang melambai-lambai terkena angin sepoi. Bunga di rumah Regina ada bemacam-macam jenis, warna dan bentuknya.“Mas, liat apa?” Ardi terkejut dengan suara Regina yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.“Bunga-bunga itu.” Ardi menunjuk seluruh bunga di sana. “Milik siapa?” tanyanya.Regina mengikuti arah tangan laki-laki itu lalu duduk disebelahnya. “Oh.. punya aku, Mas. Kalau papa ada proyek keluar kota dan aku diajak buat ikut, itu saatnya aku beraksi,” tutur Regina.“Mas, gak paham. Maksudnya?” “Aku bakalan cari bunga-bunga yang belum ada di rumah ini, terus aku tanam dan rawat. Walaupun mereka lebih banyak dirawat sama Pak Niur sih, tukang kebun yang datang khusus buat rawat bunga-bunga itu,” jelas Regina.Ardi memperhatikan dengan saksama, penjelasan Regina sambil sesekali tersenyum melihat antusias perempuan itu. “Jadi kalau kamu pindah rumah gimana?” tanya Ardi.“Ha? Pindah? Emang aku mau kemana? Ka

  • Bukan Pernikahan Biasa   PERTANYAAN PERTAMA

    “Ibu, Bapak. Sekarang Ardi sudah jadi seorang suami dan Insya Allah kalau sudah waktunya Ardi juga akan menjadi seorang ayah. Ardi bingung harus bersikap seperti apa. Ardi takut tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik, Ardi takut tidak bisa menjaga dan membimbing Regina dengan baik. Pak, Ardi rindu. Bu, Ardi pengen ibu bisa dekat sama Regina. Perempuan yang sekarang jadi istri Ardi. Ya Allah, hamba mohon petunjuk, berikan kekuatan, kesabaran dan kebijakan dalam membangun rumah tangga ini. Hamba yakin Regina bisa menjadi teman hidup yang baik untuk hamba.” Subuh, dalam sujudnya Ardi menangis. Begitu khawatir tidak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.Diam-diam Regina mendengar doa suaminya itu. Tadinya Ardi ingin mengajak Regina ikut bersamanya untuk sholat subuh, tetapi laki-laki itu tidak tega membangunkan Regina.“Adri, kamu apa kabar? Ini hari keduaku bersama laki-laki pilihanmu. Apa kamu yakin memberikan dia tanggung jawab untuk menjagaku? Adri jujur, ak

  • Bukan Pernikahan Biasa   Rumah Baru Regina

    Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam lebih dari Jakarta ke Bandung, akhirnya Regina dan Ardi sampai disebuah rumah yang didesain tradisional tetapi tetap terlihat modern.“Gin, bangun,” panggil Ardi dengan lembut. Regina hanya berdehem dan terus meringkuk tanpa membuka mata sedikitpun. “Gina, kita sudah sampai.” Sekali lagi Ardi mencoba membangunkan Regina dengan lembut.Perlahan Regina membuka matanya, beberapa kali mengerjap dan menghentikan pandangannya pada senyum Ardi.“Udah sampai, Mas?” tanyanya tanpa berkedip.“Udah. Ini rumah aku.” Ardi menunjuk rumah yang sudah dia tinggali seorang diri sejak lama. Regina dan Ardi turun dari mobil. Meluruskan belakang yang rasanya cukup lelah setelah ditekuk beberapa jam.“Tolong buka pintunya, ya. Kuncinya yang sedikit lebih kecil dari kunci mobil. Mas mau turunkan barang-barang,” kata Ardi yang sudah berada di belakang mobil.“Boleh, Mas?” tanya Regina sedikit kebingungan melihat ada banyak kunci yang dipadukan dengan kunci mobil.Ard

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Biasa   Rumah Baru Regina

    Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam lebih dari Jakarta ke Bandung, akhirnya Regina dan Ardi sampai disebuah rumah yang didesain tradisional tetapi tetap terlihat modern.“Gin, bangun,” panggil Ardi dengan lembut. Regina hanya berdehem dan terus meringkuk tanpa membuka mata sedikitpun. “Gina, kita sudah sampai.” Sekali lagi Ardi mencoba membangunkan Regina dengan lembut.Perlahan Regina membuka matanya, beberapa kali mengerjap dan menghentikan pandangannya pada senyum Ardi.“Udah sampai, Mas?” tanyanya tanpa berkedip.“Udah. Ini rumah aku.” Ardi menunjuk rumah yang sudah dia tinggali seorang diri sejak lama. Regina dan Ardi turun dari mobil. Meluruskan belakang yang rasanya cukup lelah setelah ditekuk beberapa jam.“Tolong buka pintunya, ya. Kuncinya yang sedikit lebih kecil dari kunci mobil. Mas mau turunkan barang-barang,” kata Ardi yang sudah berada di belakang mobil.“Boleh, Mas?” tanya Regina sedikit kebingungan melihat ada banyak kunci yang dipadukan dengan kunci mobil.Ard

  • Bukan Pernikahan Biasa   PERTANYAAN PERTAMA

    “Ibu, Bapak. Sekarang Ardi sudah jadi seorang suami dan Insya Allah kalau sudah waktunya Ardi juga akan menjadi seorang ayah. Ardi bingung harus bersikap seperti apa. Ardi takut tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik, Ardi takut tidak bisa menjaga dan membimbing Regina dengan baik. Pak, Ardi rindu. Bu, Ardi pengen ibu bisa dekat sama Regina. Perempuan yang sekarang jadi istri Ardi. Ya Allah, hamba mohon petunjuk, berikan kekuatan, kesabaran dan kebijakan dalam membangun rumah tangga ini. Hamba yakin Regina bisa menjadi teman hidup yang baik untuk hamba.” Subuh, dalam sujudnya Ardi menangis. Begitu khawatir tidak dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.Diam-diam Regina mendengar doa suaminya itu. Tadinya Ardi ingin mengajak Regina ikut bersamanya untuk sholat subuh, tetapi laki-laki itu tidak tega membangunkan Regina.“Adri, kamu apa kabar? Ini hari keduaku bersama laki-laki pilihanmu. Apa kamu yakin memberikan dia tanggung jawab untuk menjagaku? Adri jujur, ak

  • Bukan Pernikahan Biasa   Rencana Pindah Rumah

    Setelah sarapan Ardi duduk di halaman belakang, melihat bunga-bunga Bougenville yang melambai-lambai terkena angin sepoi. Bunga di rumah Regina ada bemacam-macam jenis, warna dan bentuknya.“Mas, liat apa?” Ardi terkejut dengan suara Regina yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.“Bunga-bunga itu.” Ardi menunjuk seluruh bunga di sana. “Milik siapa?” tanyanya.Regina mengikuti arah tangan laki-laki itu lalu duduk disebelahnya. “Oh.. punya aku, Mas. Kalau papa ada proyek keluar kota dan aku diajak buat ikut, itu saatnya aku beraksi,” tutur Regina.“Mas, gak paham. Maksudnya?” “Aku bakalan cari bunga-bunga yang belum ada di rumah ini, terus aku tanam dan rawat. Walaupun mereka lebih banyak dirawat sama Pak Niur sih, tukang kebun yang datang khusus buat rawat bunga-bunga itu,” jelas Regina.Ardi memperhatikan dengan saksama, penjelasan Regina sambil sesekali tersenyum melihat antusias perempuan itu. “Jadi kalau kamu pindah rumah gimana?” tanya Ardi.“Ha? Pindah? Emang aku mau kemana? Ka

  • Bukan Pernikahan Biasa   Dua Porsi

    Sinar matahari pagi menyeruak masuk melalui gorden jendela kamar Regina dan Ardi.Regina berbalik. Melihat laki-laki yang sekarang sedang tertidur pulas di sebelahnya. “Akhirnya kamu tidur juga, Mas, setelah tadi malam naik turun tempat tidur aku, mondar mandir. Ganggu tau,” ucapnya dalam hati. Regina segera bangun dari tempat tidur dan mandi lalu turun ke bawah karena merasakan warga kampung tengahnya sudah berdemo karena kelaparan.“Jadi gimana, Mbak?”“Gimana apanya, Yani?”Seorang ART yang hampir seumuran dengan Regina sibuk mengikutinya dari ujung ke ujung hanya untuk menanyakan bagaimana rasanya menikah. Yani sudah bekerja selama 4 tahun di rumah orangtua Regina bersama dengan ART yang lain. Jika dibandingkan dengan ART yang lain, Yani memang yang paling muda sehingga tidak sulit untuk dekat dengan Regina yang merupakan anak tunggal.“Ih, Mbak Gina mah. Bukan masa gak ngerti sama pertanyaan Yani. Sepilin (spill) dikit dong Mbak,” rengek Yani.“Gak ada yang spesial, Yani. Biasa

  • Bukan Pernikahan Biasa   MALAM PERTAMA

    Pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan seorang laki-laki yang begitu gagah dengan senyum yang begitu mempesona bagi orang lain. Kecuali ... Regina.“Dia di belakang kamu sekarang,” bisik Sabrina sambil memegang bahu Regina.Regina terdiam, tidak mengatakan apapun. Hanya hembusan nafas panjang sebagai balasan dari bisikan Sabrina.Regina berbalik, langkah demi langkah terlihat jelas olehnya. Ardi mendekat dengan senyum yang tidak pernah pudar dan tatapannya yang begitu hangat.“Assalamualaikum, Gin.” Ardi bersuara begitu tenang, yakin dan tanpa keraguan sedikitpun.“Waalaikumsalam, Mas Ardi,” jawab Regina nyaris tidak terdengar.Pertama kalinya, Regina mengambil tangan laki-laki itu dan menciumnya. Ardi mendekat, mencium kening wanita yang tidak pernah dikenalnya namun dengan takdir, dijadikan sebagai istrinya. Air mata kedua anak manusia itu menetes. Penuh tanya, apakah mereka mampu menyampingkan ego masing-masing. Ardi dan Regina kini duduk bersanding di pelaminan. Tersenyum pada

  • Bukan Pernikahan Biasa   MENJADI ISTRI ORANG

    “Bagaimana para saksi, SAH?”“Sah!!!” sahut semua orang yang menghadiri pernikahan hari ini.“Kamu dengarkan Gin. Sekarang kamu sah menjadi istri seorang laki-laki yang kamu tidak cintai sedikitpun, bahkan tidak kamu kenali sama sekali,” lirih Gina di sebuah kamar.Tok ... tok ... tok ...“Gina. Ini aku, Sabrina. Boleh aku masuk?”Regina menghapus air matanya pelan, agar riasan cantik itu tidak luntur. Tepatnya Ia tidak ingin orang lain melihatnya menangis, termasuk sahabatnya sendiri.“Masuk, Sab.”Sabrina melangkah dengan hati-hati setelah memastikan pintu kamar sudah tertutup rapat. Sabrina duduk di hadapan Regina sambil tersenyum. Ia tahu semua yang terjadi, namun memilih bungkam dan menunggu Regina sendiri yang menceritakan isi hatinya.“Aku pikir tadi bakalan telat loh, Gin. Macet parah. Hm.... gaunnya cantik, make up kamu juga bagus,” ucapnya sambil tersenyum.“Kamu juga cantik. Ijab Qabul-nya udah selesai?” tanya Regina.“Udah. Sebentar lagi pasti ada yang datang buat ketuk p

DMCA.com Protection Status