Pintu kamar terbuka, sosok suaminya yang bertubuh tegap masuk.Sialnya Cinta malah menoleh dan dia mendapati Davian tersenyum.“Hai Cantik,” sapa Davian.Cinta mendelik manja, mengembalikan tatap ke layar televisi.Pria itu tidak menghampiri Cinta malah bergerak mendekati lemari lalu mengeluarkan tas dari dalam lemari.Cinta jadi semakin curiga karena biasanya Davian akan menggodanya dengan mengusap kepala atau mencuri kecup di kening atau pipi.“Aku harus ke luar kota, sekitar dua sampai tiga hari … nanti aku minta anggota buat ngecek keadaan kamu tiap hari, ada mobil sama supir kalau kamu mau jalan-jalan keluar … tapi kalau bisa jangan jauh-jauh ya.” Davian mengatakannya sambil memasukan pakaian ke dalam tas.Cinta langsung negatif thinking, dia berprasangka kalau Davian akan pergi bersama wanita yang sering datang ke kantornya.Tidak adanya sahutan dari Cinta itu tidak terlalu dianggap serius oleh Davian karena Cinta memang sering mengabaikannya. Pria itu bolak balik ke kamar mand
“Saya Sofia … Pak Davian ada?” Wanita itu bertanya dengan senyum ramah di bibir.“Lagi keluar kota,” jawab Cinta singkat.“Oh … ini, saya bawa kue untuk pak Davian … tadi saya di kasih tahu tukang parkir Polsek katanya pak Davian enggak ke kantor hari ini terus saya tanya alamat rumahnya dan ternyata dekat jadi saya ke sini,” tutur wanita itu, wajahnya tampak berseri. Cinta tidak langsung meraih paperbag itu.“Ada keperluan apa ya Mbak Sofia kasih-kasih kue gini sama suami saya? Suami saya aparat penegak hukum yang dilarang keras menerima hal-hal seperti itu.”Deg.Raut wajah wanita tadi berubah pias.Bukan karena perempuan yang di depannya menolak secara halus kue yang dia bawa melainkan karena informasi yang baru saja dia dapat bahwa perempuan muda ini adalah istrinya Davian. “Oh … pak Davian udah punya istri?” Dia bergumam.“Memangnya dia enggak cerita?” Cinta melipat tangannya di dada, tampangnya berubah judes.Wanita itu tersenyum canggung, dia menggelengkan kepala.Selama ini
Keesokan harinya Cinta seperti sedang menunggu seseorang, dia mandi pagi sekali menggunakan pakaian bagus sedikit seksi tidak lupa memoles sedikit wajahnya.Cinta duduk di depan jendela menjangkau pandangannya ke arah kantor Davian yang pelataran parkirnya sepi.Dia setia di sana sampai siang dan Encum mengajaknya makan siang.Lalu duduk di sana lagi sampai sore mengawasi apa saja yang dia bisa lihat di luar.Dan ketika hari hampir malam, Cinta membersihkan tubuhnya sebelum senja. Davian mengatakan akan pergi dua sampai tiga hari tapi tidak tahu kapan sebenarnya dia akan pulang.Seharian ini juga Davian tidak mengirim pesan sampai Cinta pegal menatap layar ponselnya.Mungkin Davian sedang dalam perjalanan pulang atau bisa jadi dia lelah mengirim banyak pesan hanya dibaca saja oleh Cinta.Dengam asumsi malam ini Davian akan pulang, Cinta pun memakai pakaian seperti malam ketika pria itu pergi, sesuai permintaan.Cinta menyemprotkan bodymist juga menggunakan lip product pelembap di bib
Davian bangun pagi itu tidak mendapati Cinta di sampingnya.Jam menunjukkan pukul sembilan pagi dan dia sudah sangat kesiangan untuk bangun tapi hari ini adalah hari liburnya jadi yang Davian lakukan bukan pergi ke kamar mandi melainkan keluar kamar mencari sang istri.Davian ingin tahu apa yang akan dilakukan atau dikatakan Cinta ketika mereka bertemu nanti setelah tadi malam untuk pertama kalinya setelah mereka menikah—melakukan hubungan suami istri.Dia yakin kalau tadi malam Cinta sadar saat bercinta dengannya karena dengan jelas Davian melihat mata Cinta sempat terbuka dan menatapnya sayu.Meski Davian tidak tahu kenapa Cinta tidak memprotes dan malah menikmati sentuhannya—yang padahal dia sudah berniat akan berhenti kalau tiba-tiba Cinta bangun dan menolak bercinta dengannya— tapi Davian merasa sangat bahagia.Bibir Davian tersenyum mengingat pergulatan panas mereka tadi malam.Ya ampun, Davian jadi ingin melakukannya lagi.Langkah Davian berhenti di dapur setelah mencari Cinta
Selanjutnya hanya Davian yang bicara meski pertanyaan ditujukan kepada CintaCinta diam saja memakan bubur yang rasanya sudah tidak senikmat sebelum kedatangan Davian.Setelah Dian dan Cinta menghabiskan satu mangkuk bubur, Davian pamit lebih dulu membawa Cinta pergi dari sana.“Kamu kalau mau keluar harus ditemenin, kalau ada yang nyulik gimana?” Davian berjalan di depan membuka jalan untuk Cinta karena padatnya orang-orang yang berlalu lalang di sana.Tidak lupa dia menggenggam tangan Cinta agar mengikutinya.Seperti biasa, Cinta tidak menjawab pertanyaan Davian tapi tidak melepaskan juga genggaman tangannya karena Cinta merasa dimudahkan berjalan di belakang tidak seperti tadi ketika berjalan sendiri banyak yang menyenggol tubuhnya.Davian berhenti di stand penjual minuman segar.Seorang wanita paruh baya memakai celemek yang menjual minuman dari jeruk peras itu.Orangnya tampak bersih, segala perabotannya juga bersih dan mejanya terlihat rapih karena langsung dibersihkan setiap s
Malam itu hujan turun dengan deras, setelah makan malam seperti biasa Biru mengajak Jingga menonton film di Netflix.Tapi baru setengah jalan film diputar, Jingga tiba-tiba bangkit dari sofa.“Mau ke mana?” Biru bertanya sembari mencekal pergelangan tangan istrinya membuat langkah Jingga tertahan.“Mau tidur, ngantuk … kamu nonton di kamar aja yuk, temenin aku.”Dan Biru harus mengikuti keinginan sang istri tercinta sebelum dia merajuk dan memintanya tidur di ruang televisi.“Ayo sayang!” Biru berseru padahal film lagi seru-serunya.Dia bangkit dari sofa, merangkul Jingga dan melangkah beriringan menaiki anak tangga.Perut Jingga sudah sangat besar, dokter memprediksi kalau sebulan lagi anak mereka lahir ke dunia.Biru mengusap-ngusap perut istrinya dengan gerakan memutar dan dia bisa merasakan gerakan di dalam sana.“Dia aktif banget ya, sayang.” Biru selalu takjub dengan respon sang buah hati setiap kali menyentuh perut Cinta.“Kata mami, dulu waktu mami mengandung kamu … kamu juga
Davian mengangkat kedua alisnya terkejut saat melihat Encum ada di dalam kamar tepatnya di atas ranjang sedang mengusap-ngusap punggung Cinta sambil terkantuk-kantuk.Malam memang sudah larut saat dia sampai di rumah karena sore tadi dia harus ke kota untuk menghadiri suatu acara pertemuan dengan petinggi POLRI yang sedang berkunjung ke kota ini.“Cum … pindah sana,” kata Davian dengan suara pelan dan Encum langsung membuka mata lebar bergegas menurunkan kakinya.“Eh … Mas, udah pulang ….” Encum bergegas pergi keluar dari kamar sambil sedikit membungkuk melewati Davian meski pria itu tidak merespon ucapannya.Cinta membalikan badan, menatap kesal pada Davian namun Davian memberikan senyum tampannya.“Kamu tidur di kamar tamu aja, aku pengen dipijit punggungnya sama Encum,” usir Cinta lantas mendelikan matanya.“Nanti aku yang pijitin, aku mandi dulu ya.”Tanpa menunggu respon dari Cinta—Davian masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuh dengan terburu-buru agar Cinta tidak menunggu
“Eh … si sayang belum tidur,” tegur Davian dengan nada ceria.Pria itu baru pulang ketika jam sudah melewati pukul sembilan malam padahal jarak dari rumah ke kantornya hanya lima langkah.Cinta melirik sinis pada Davian kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah televisi.Dia sedang asyik menonton film di ruang televisi dengan toples keripik di atas pangkuan.Sengaja Cinta menonton tv di living room agar bisa sambil ngemil.Davian terkekeh, dia duduk si samping Cinta setelah membuka sepatunya.Aroma parfum eksclusive bercampur keringat segera saja menusuk indra penciuman Cinta yang anehnya membuat darah Cinta berdesir bukannya mual.Padahal dia mencium aroma pelembut pakaian saja sampai mual dan muntah.Si jabang bayi di dalam perutnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi.Davian memasukan tangannya ke dalam toples lalu mencomot keripik dari dalam toples yang kemudian ia masukan ke dalam mulut.Refleks Cinta menepuk tangan Davian. “Jorok ih, cuci tangan dulu sana,” omel Cinta sep