Home / Romansa / Bukan Perawan / Respon Santai

Share

Respon Santai

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2024-01-11 15:33:35

Selanjutnya hanya Davian yang bicara meski pertanyaan ditujukan kepada Cinta

Cinta diam saja memakan bubur yang rasanya sudah tidak senikmat sebelum kedatangan Davian.

Setelah Dian dan Cinta menghabiskan satu mangkuk bubur, Davian pamit lebih dulu membawa Cinta pergi dari sana.

“Kamu kalau mau keluar harus ditemenin, kalau ada yang nyulik gimana?”

Davian berjalan di depan membuka jalan untuk Cinta karena padatnya orang-orang yang berlalu lalang di sana.

Tidak lupa dia menggenggam tangan Cinta agar mengikutinya.

Seperti biasa, Cinta tidak menjawab pertanyaan Davian tapi tidak melepaskan juga genggaman tangannya karena Cinta merasa dimudahkan berjalan di belakang tidak seperti tadi ketika berjalan sendiri banyak yang menyenggol tubuhnya.

Davian berhenti di stand penjual minuman segar.

Seorang wanita paruh baya memakai celemek yang menjual minuman dari jeruk peras itu.

Orangnya tampak bersih, segala perabotannya juga bersih dan mejanya terlihat rapih karena langsung dibersihkan setiap s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zhang Yumii
Ceritanya biru nya kemana... Kok kebanyakan cerita davian, tapi seru sih... Lanjut.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Perawan   I Love You

    Malam itu hujan turun dengan deras, setelah makan malam seperti biasa Biru mengajak Jingga menonton film di Netflix.Tapi baru setengah jalan film diputar, Jingga tiba-tiba bangkit dari sofa.“Mau ke mana?” Biru bertanya sembari mencekal pergelangan tangan istrinya membuat langkah Jingga tertahan.“Mau tidur, ngantuk … kamu nonton di kamar aja yuk, temenin aku.”Dan Biru harus mengikuti keinginan sang istri tercinta sebelum dia merajuk dan memintanya tidur di ruang televisi.“Ayo sayang!” Biru berseru padahal film lagi seru-serunya.Dia bangkit dari sofa, merangkul Jingga dan melangkah beriringan menaiki anak tangga.Perut Jingga sudah sangat besar, dokter memprediksi kalau sebulan lagi anak mereka lahir ke dunia.Biru mengusap-ngusap perut istrinya dengan gerakan memutar dan dia bisa merasakan gerakan di dalam sana.“Dia aktif banget ya, sayang.” Biru selalu takjub dengan respon sang buah hati setiap kali menyentuh perut Cinta.“Kata mami, dulu waktu mami mengandung kamu … kamu juga

    Last Updated : 2024-01-12
  • Bukan Perawan   Bucin

    Davian mengangkat kedua alisnya terkejut saat melihat Encum ada di dalam kamar tepatnya di atas ranjang sedang mengusap-ngusap punggung Cinta sambil terkantuk-kantuk.Malam memang sudah larut saat dia sampai di rumah karena sore tadi dia harus ke kota untuk menghadiri suatu acara pertemuan dengan petinggi POLRI yang sedang berkunjung ke kota ini.“Cum … pindah sana,” kata Davian dengan suara pelan dan Encum langsung membuka mata lebar bergegas menurunkan kakinya.“Eh … Mas, udah pulang ….” Encum bergegas pergi keluar dari kamar sambil sedikit membungkuk melewati Davian meski pria itu tidak merespon ucapannya.Cinta membalikan badan, menatap kesal pada Davian namun Davian memberikan senyum tampannya.“Kamu tidur di kamar tamu aja, aku pengen dipijit punggungnya sama Encum,” usir Cinta lantas mendelikan matanya.“Nanti aku yang pijitin, aku mandi dulu ya.”Tanpa menunggu respon dari Cinta—Davian masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuh dengan terburu-buru agar Cinta tidak menunggu

    Last Updated : 2024-01-12
  • Bukan Perawan   Mulai Nyaman

    “Eh … si sayang belum tidur,” tegur Davian dengan nada ceria.Pria itu baru pulang ketika jam sudah melewati pukul sembilan malam padahal jarak dari rumah ke kantornya hanya lima langkah.Cinta melirik sinis pada Davian kemudian memalingkan kembali wajahnya ke arah televisi.Dia sedang asyik menonton film di ruang televisi dengan toples keripik di atas pangkuan.Sengaja Cinta menonton tv di living room agar bisa sambil ngemil.Davian terkekeh, dia duduk si samping Cinta setelah membuka sepatunya.Aroma parfum eksclusive bercampur keringat segera saja menusuk indra penciuman Cinta yang anehnya membuat darah Cinta berdesir bukannya mual.Padahal dia mencium aroma pelembut pakaian saja sampai mual dan muntah.Si jabang bayi di dalam perutnya benar-benar tidak bisa diajak kompromi.Davian memasukan tangannya ke dalam toples lalu mencomot keripik dari dalam toples yang kemudian ia masukan ke dalam mulut.Refleks Cinta menepuk tangan Davian. “Jorok ih, cuci tangan dulu sana,” omel Cinta sep

    Last Updated : 2024-01-13
  • Bukan Perawan   Ngidam

    Semestinya Cinta tidak percaya dengan janji manis Davian.Sudah berbulan-bulan dia bisa bertahan tapi sekarang kenapa kepalanya malah mengangguk pelan?Melihat respon lampu hijau dari Cinta, seketika mata Davian berbinar.Senyumnya merekah menambah ketampanan pria itu.Tapi Davian tidak langsung mengeksekusi dengan membabi buta.Dia lepaskan satu tangan dari pinggang Cinta untuk dipindahkan menangkup sisi wajahnya.Diusapnya lembut bibir Cinta menggunakan ibu jari.Cinta bisa melihat Davian menelan saliva.Pria itu tampak begitu menginginkan bibir Cinta.Perlahan wajah Davian mendekat dengan netra memaku tatap dan ketika bibir pria itu hampir menyentuh bibir Cinta—yang bersangkutan malah melipat bibirnya ke dalam.“Saayaaang.” Davian mengesah mengerutkan wajahnya kesal bercampur kecewa.Dia juga membuat jarak antara wajahnya dengan wajah Cinta.“Beliin dulu aku martabak telur ekstra daging sapi,” pintanya santai.Davian mengembuskan napas panjang ke langit-langit ruangan.Dia menegaka

    Last Updated : 2024-01-13
  • Bukan Perawan   Menanti Kelahiran

    Biru sedang berusaha mengontrol dirinya agar bisa menangani pasien hari ini padahal bokongnya sudah gelisah tidak bisa duduk tenang di kursi.Pasalnya di gedung lain, masih di rumah sakit yang sama tempat dia berpraktik, istrinya tengah menunggu pembukaan untuk mengantarkan anak mereka lahir ke dunia.“Berapa orang lagi?” Biru bertanya kepada perawat yang menjadi asistennya hari ini.“Sepuluh, Dok.” Sang perawat menjawab.Sepuluh adalah angka yang banyak dan bisa dipastikan cukup lama karena Biru harus memeriksa luka bekas operasi lalu mendengar keluhan atau mendengar gejala yang dirasakan sang pasien bila pasien itu adalah pasien baru.Satu pasien bisa sepuluh sampai lima belas menit dan Biru tidak ingin melewatkan momen kelahiran putranya. “Bilang sama perawat yang jaga untuk kamar istri saya, kalau ada perkembangan apapun kabarin saya,” pinta Biru kepada asisten perawatnya.“Baik, Dok.” Perawat itu menyanggupi karena memang telah terinfo kalau tadi pagi istri dari dokter Biru masu

    Last Updated : 2024-01-14
  • Bukan Perawan   Javas Aksara Dewangga

    Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat Jingga meringis merasakan gejolak di dalam perutnya.“Sakit?” Biru bertanya, mendapat anggukan kepala dari Jingga.Biru menekan tombol untuk memanggil perawat dan sepertinya kepanikan Biru bisa mereka rasakan melalui penekanan berulang pada tombol yang tersambung ke pos perawat itu—dua orang perawat datang sambil berlari.“Saya cek dulu pembukaannya ya.” Salah satu perawat senior meminta ijin.“Ssssh ….” Jingga meringis, kali ini dia merasa ngilu di bagian intinya.“Oh iya, udah nambah pembukaannya … ayo kita ke ruang bersalin.” Instruksi perawat itu untuk semua orang di sana termasuk perawat lain yang tadi bersamanya agar melakukan prosedur sebelum persalinan.Mereka bersiap untuk mengantar Jingga ke ruang bersalin.“Tolong diputuskan siapa yang mau menemani pasien di dalam karena hanya boleh satu orang saja,” kata perawat senior ketika mereka berada di lorong dalam perjalanan menuju ruang bersalin.“Saya yang akan menemani istri saya d

    Last Updated : 2024-01-14
  • Bukan Perawan   Treatment

    “Ya ampun lucu banget … mirip banget sama abang Biru ini mah.” Cinta menatap layar ponselnya yang tersambung dalam panggilan video dengan Biru.Biru sedang memamerkan putranya yang baru saja lahir.“Iya … Jingganya cinta banget sama Biru jadi anaknya mirip Biru.” Itu suara mama Irma yang ada di sana juga.Cinta tergelak, matanya melirik Davian yang duduk di sampingnya sedang mematuti layar ponsel tanpa ekspresi.Davian dan Cinta sedang berada di kamar, sudah akan tidur tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi menunjukkan nama Biru pada layar.“Kak Jingga, ASI-nya banyak enggak? Sebelum melahirkan katanya harus breast massage gitu ya biar ASI-nya banyak?”Sebagai calon ibu yang sebentar lagi akan melahirkan, Cinta harus banyak bertanya kepada kakak iparnya yang sudah memiliki pengalaman.“Aku enggak, enggak ada waktu … tapi kata dokter cukup di-treatment sama papinya aja ….” Jingga menoleh menatap suaminya sambil tertawa.“Ampuh kok cuma di-treatment sama Biru doank, buktinya banjir ini ASI a

    Last Updated : 2024-01-17
  • Bukan Perawan   Banyak Rasa

    Biru tidak pernah mengambil jadwal praktek hingga malam jadi sore hari dia bisa berada di rumah berkumpul bersama keluarga kecilnya.Saat tiba di rumah tadi, Jingga sedang tertidur dan Biru tidak membangunkannya meski hari hampir malam karena kasihan, tengah malam nanti istrinya harus bangun menyusui.Biru bergegas mandi dan mengganti pakaian dengan pakaian rumahan agar bisa dia bermain dengan abang Javas.Bayi yang usianya belum genap satu bulan itu masih ringkih dan rapuh.Biru kadang tidak tega menggendongnya tapi dia ingin.Javas anteng berada dalam gendongan papinya yang berjalan mondar mandir di dalam kamar.Bayi mungil itu tampak tertidur pulas dengan napasnya yang teratur tapi ketika Biru simpan di atas ranjang, Javas akan bergerak gelisah.Tok … Tok … Terdengar suara ketukan di pintu.“Masuk,” kata Biru, tidak bisa membuka pintu karena kedua tangannya menggendong Javas.“Tolong bangunin Jingga, udah mau maghrib … pamali,” kata mama yang melongokan kepalanya pada celah pint

    Last Updated : 2024-01-17

Latest chapter

  • Bukan Perawan   TAMAT

    Biru merangkul pundak Jingga, mengecup pelipisnya sebagai ungkapan Terimakasih yang sudah ribuan kali dia ungkapkan semenjak Jingga dengan kesadaran sendiri mengajak Biru ke dokter kandungan setahun lalu untuk membuka KB IUD.Katanya Jingga merindukan suara tawa bayi dan pekerjaannya yang sekarang pun tidak seberat dulu.Jadi Jingga merasa mungkin sudah waktunya memiliki anak ke tiga.Dan tanpa dia duga, hanya dalam jangka waktu kurang lebih setahun setelah membuka KB IUD—Tuhan mempercayakan malaikat kecilnya lagi kepada mereka. Semua bahagia mendengar kabar kehamilan Jingga.Kehamilannya yang ketiga ini pun begitu dinikmati oleh Jingga.Pekerjaan Jingga tidak terganggu karena tidak ada kendala berarti selama kehamilan.Sampai Jingga lupa mengajukan cuti hamil, dia tetap pergi ke kantor meski kandungannya sudah memasuki masa persalinan.Pagi itu satu kantor geger karena Jingga ditemukan jatuh di kamar mandi oleh stafnya dengan ketuban pecah.“Panggil ambulan!” Atasan Jingga berseru k

  • Bukan Perawan   Hamil Lagi

    Papi sudah pensiun sebagai Panglima TNI Republik Indonesia, sekarang beliau sedang menikmati masa tua di rumah saja. Ada beberapa bisnis yang digeluti papi yang sudah dipersiapkan sebelum pensiun tapi tidak memerlukan perhatian khusus dari beliau.Hanya sesekali saja mengecek dan sisa waktunya papi bisa habiskan dengan bermain bersama cucu.Setelah Cinta menjadi sarjana meski sempat terseok menjalaninya karena harus melahirkan anak ke tiga, papi meminta besannya yaitu papanya Jingga untuk memasukan Cinta menjadi pegawai Bank dari jalur Officer Development Program.Kebetulan Cinta berkuliah di kampus unggulan dan memiliki IPK yang baik dan ternyata Cinta bisa lulus menjalani test yang dilakukan pihak ketiga dan sekarang Cinta seperti kakak iparnya, menjadi seorang bankir.Davian tidak melarang Cinta berkarir, seperti halnya Biru yang justru mendukung karir Jingga.Meski sekarang Jingga lebih menikmati bekerja dibalik meja menjadi backoffice berkutat setiap harinya dengan kertas dan an

  • Bukan Perawan   Ibu Rumah Tangga

    Hari berikutnya dan hari-hari selanjutnya, Cinta seakan bukan miliknya lagi.Cinta dikuasai oleh Kiana dan Bara apalagi Bara yang masih sering tantrum, kalau kata bunda dan mami—mungkin Bara tahu akan memiliki adik sementara dia masih ingin kasih sayang dan perhatian full dari kedua orang tuanya.Baiklah, ingatkan Davian untuk meminta Cinta pasang KB setelah melahirkan anak ketiga mereka nanti.Karena sesungguhnya, tanpa ada yang tahu kalau Cinta tertekan.Dia lelah karena harus membagi waktu dengan anak-anak dan kuliah.Berimbas pada bobot tubuh Cinta yang menurun padahal sedang mengandung.“Sayang.” Suara Davian yang baru saja masuk ke dalam kamar membuat Cinta refleks mengusap air mata di pipi.“Kamu nangis?” Davian bergerak mendekat dengan langkah cepat.Pria yang gagah dan selalu tampan di mata Cinta dengan seragam Polisinya itu langsung menangkup wajah Cinta menggunakan tangannya yang besar.“Kamu nangis?” Davian mengulang.“Enggak, tadi aku pakai obat tetes mata karena mata aku

  • Bukan Perawan   Banyak Berubah

    Semenjak kejadian Davian menyusul Cinta yang pergi tanpa ijinnya ke Puncak, Cinta jadi banyak berubah.Sekarang Cinta lebih mementingkan keluarga kecilnya.Cinta sudah tidak lagi melimpahkan urusan anak-anak kepada Nanny kalau dia ada di rumah.Meski keteteran dengan tugas kuliah tapi sebisa mungkin Cinta yang mengambil peran untuk mengurus anak-anaknya.Davian juga sebagai suami tidak merasa dirinya paling benar, dia berpikir kalau Cinta sempat khilaf pasti karena kesalahannya juga.Bila dulu Davian jarang sekali mengajak Cinta jalan-jalan, setelah kejadian itu Davian membuat jadwal kencan berdua dengan Cinta di malam minggu.Jadi setiap malam minggu, Davian dan Cinta akan mengantarkan Kiana dan Bara bergantian antara rumah papinya Cinta atau rumah ayahnya Davian untuk menitipkan mereka sementara dia dan Cinta menghabiskan malam minggu berdua.Entah itu hanya makan malam, nonton konser, nonton film atau checkin di hotel berbintang dan pulang keesokan harinya. Dan malam ini—selagi ka

  • Bukan Perawan   Foto Keluarga

    Davian menarik pundak Cinta kemudian mengecup pelipis istrinya.“Aku pake baju dulu ya, kasian papi sama mami udah nungguin.” Tidak ada respon dari Cinta, raut wajahnya masih masam.“Papi ganti baju dulu ya, Kiana duduk sini sama bunda.”Cinta merangkul Kiana sehingga Kiana mau duduk di atas pangkuannya sedangkan Davian pergi ke walk in closet memakai pakaian.“Kakak kenapa pukul ade? Adenya disayang ya?” Cinta menegur Kiana dengan suara lembut.Melihat jejak air mata di wajah sang bunda membuat perasaan Kiana jadi tidak nyaman.Dia memeluk sang bunda.“Maafin Kiana Buna.” “Harus sayang sama ade ya?” pinta sang bunda dengan pendar sendu di mata.Kiana mengangguk.Davian bisa mendengar percakapan Cinta dengan Kiana dari dalam walk in closet kemudian bibirnya tersenyum karena hatinya menghangat.*** Mobil yang kemudikan Davian dan Biru bersamaan tiba di pelataran parkir sebuah studio.Protokoler papi yang mengetahui kedatangan mobil putra dan menantu sang Jendral langsung mengarahkan

  • Bukan Perawan   Masih Drama Batita

    “Mas … tolong jawab dulu itu telepon enggak tahu dari siapa,” kata Cinta meminta bantuan saat sang suami masuk ke dalam kamar anak-anak untuk mencari tahu kenapa anak-anak menangis.“Oh … oke.” Davian bergerak ke sebuah meja di mana ponsel sang istri berada.“Kiana … hey, udah nangisnya … tadi Bunda ‘kan harus menyusui ade Bara dulu.”“Hallo ….” Suara Davian terdengar menyahut.Om Ridho sampai menjauhkan ponsel dari telinga untuk mengecek apakah mungkin dia salah menekan nomor karena bukan suara Cinta yang seharusnya dia dengar malah suara seorang pria.“Om Ridho!” Davian berseru karena telah melihat nama di layar ponsel Cinta. “Oh … ini Mas Davian ya?” Ridho memastikan.“Iya, Om.” “Uuuh sayang … sayang …” Suara Cinta bersama tangisan anak kecil masih bisa didengar oleh Ridho.Seperti dejavu karena saat menghubungi Biru tadi dia juga mendengar hal yang sama.“Ini kalian masih di rumah ya? Ibu sama Bapak udah sampai, beliau meminta kalian segera datang.” Om Ridho memberitahu.“Iya Om

  • Bukan Perawan   Drama Batita

    Mengetahui kalau Biru dengan Davian telah berdamai, papi dan mami berinisiatif untuk melakukan foto keluarga bersama anak, cucu, menantunya.Kebahagiaan yang setiap tahun dirasakan mami dan papi dengan kehadiran cucu-cucu patut diabadikan.Studio foto milik photographer ternama yang menjadi pilihan papi dan mami untuk mengabadikan moment kelengkapan keluarga mereka.“Lho … Biru sama Cinta belum sampai?” Papi bicara pada Ridho-sang ajudan begitu tiba di studio foto dan tidak mendapati anak cucu dan menantunya di sana.Ya mana Ridho tahu, ‘kan dia pergi dari rumah bersama papi.“Sepertinya belum, Pak.” Ridho menjawab.“Mungkin mereka kejebak macet. “Mami menimpali.”“Selamat siang Pak Yuna Dewangga.” Sang photographer menyambut.“Selamat siang.” Papi dan pria Photographer saling menjabat tangan, setelah itu pria photographer beralih pada mami.“Anak dan menantu beserta cucu-cucu saya belum datang, bisa kita tunggu sebentar?“ kata papi meminta waktu.“Oh … tidak masalah, bagaimana kalau

  • Bukan Perawan   Penjelasan

    “Raina itu sekertaris aku … aku akan selalu ngajak dia ke pesta untuk cari tahu tentang klien dari sekertaris mereka … aku sengaja beliin dia gaun biar dia enggak ngoceh di luaran kalau uangnya habis beli gaun untuk nemenin aku ke pesta … hubungan aku sama Raina hanya sebatas pekerjaan.” Reyshaka akhirnya bersuara setelah beberapa lama diam sambil memeluk Namira.Namira tidak menyahut, membiarkan kalimat penjelasan Reyshaka menguap begitu saja.Gemas karena Namira tidak memberikan respon, pria itu lantas menegakan tubuh membawa Namira dalam pelukannya.“Terus … penjelasan kamu apa?” tanya Reyshaka menuntut setelah mengurai pelukan.Mata almond Namira mengerjap, istri cantiknya melongo bingung.“Penjelasan atas apa?” Namira bertanya polos.“Tadi ‘kan aku udah jelasin kenapa aku harus pergi ke pesta dengan Raina dan beliin dia gaun … sekarang aku mau denger penjelasan kamu kenapa bisa makan siang sama Erwan?”Namira tersenyum di dalam hati, suaminya ternyata benar-benar cemburu dan dia

  • Bukan Perawan   Demosi

    “Pagi, Pak …,” sapa Jingga saat netranya bertemu dengan netra sang bos yang duduk di balik meja kerja.“Pagi … duduk, Bu Jingga.” Pak Kurnia mempersilahkan.Jingga tahu kalau dia akan dicecar habis-habisan karena target timnya masih merah sedangkan lima hari lagi akhir bulan.Jingga duduk, senyumnya tampak kaku tapi dia siap menerima apapun yang akan disampaikan pak Kurnia.“Begini Bu Jingga, mengingat hampir sepanjang tahun target Bu Jingga antara merah kuning belum pernah mencapai hijau … maka kemarin dalam panel saya terus dicecar oleh Bos … saya sudah mencoba mempertahankan Bu Jingga karena saya tahu kinerja Bu Jingga sebelum menikah tapi ternyata mereka tidak mau tahu … dan tetap memutuskan untuk mengganti Bu Jingga ….” Pak Kurnia menjeda mencari tahu ekspresi Jingga namun bawahannya itu memasang ekspresi datar hanya kerjapan mata sebagai respon.“Bu Jingga tidak diberhentikan tapi dipindahkan ke divisi lain, backoffice.” Pak Kurnia melanjutkan.Jingga mengembuskan napas berat,

DMCA.com Protection Status