Share

Bukti

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-17 05:00:00

“Gue lupa, Ra … gue lupa kamar kita itu 325 apa 352 … gue ketuk kamar 325 dan berakhir kaya gini, apa yang harus gue bilang sama Davian.”

Jingga meracau di sela isak tangis, terus mengulang kalimat penyesalannya tersebut.

Andaikan dia mendengarkan baik-baik nomor kamar yang diberitahu Kiara mungkin dia tidak akan salah kamar.

Ketiga sahabatnya memeluk Jingga, mereka semua pun menangis ikut merasakan penderitaan Jingga.

“Nanti kita bantu jelasin, ini musibah … kalau Davian cinta sama lo … dia pasti akan nerima lo.” Kiara mencoba menjelaskan.

Terdengar suara langkah kaki mendekat, keempat gadis itu menoleh ke arah pintu.

“Ibu Jingga sudah bisa dibawa kembali ke hotel agar bisa beristirahat.” Petugas berpakaian preman yang tidak lain adalah AKP Rizky yang menjabat sebagai Kapolsek di sana memberi ijin kepada Jingga untuk kembali ke hotel.

“Lalu bagaimana kelanjutan kasusnya? Apa laki-laki itu sudah ditahan?” Ghea memberanikan diri bertanya, secara tidak langsung mengintervensi kinerja petugas polisi karena dia sudah mendengar dari Jingga kalau pria yang memperkosa Jingga adalah seorang anak Jendral.

Sudah bisa Ghea dan dua sahabatnya yang lain bayangkan jika pria yang memperkosa Jingga akan lolos dari jerat hukum.

“Terlapor sudah kami mintai keterangan, sekarang sedang berada di ruangan sebelah.” AKP Rizky memberitahu.

“Mana orangnya? Saya mau ketemu, Pak.” Sabila langsung berdiri dan melangkah menuju pintu.

AKP Rizky merentangkan tangan menghalangi jalan Sabila. “Yang tidak berkepentingan tidak diperkenankan bertemu terlapor.”

“Saya berkepentingan sekali sama dia, Pak … dia udah memperkosa sahabat saya.” Sabila mendongak dengan suara lantang menantang petugas polisi dengan jabatan paling tinggi di kantor ini yang baru Sabila sadari kalau wajahnya cukup tampan.

“Sebaiknya kamu bawa sahabat kamu kembali ke hotel … saya telah menghubungi ayah dari sahabat kamu dan beliau sedang perjalanan ke sini.”

Kapolsek Rizky pergi usai berkata demikian.

“Udah Bil, kita bawa balik Jingga …,” kata Ghea sambil membantu Jingga berdiri.

Ghea dan Kiara memapah Jingga, Sabila membuka pintu lebar membuka akses mereka keluar dari ruangan itu.

Mereka berempat berjalan menyusuri lorong dan tanpa Jingga duga dia harus bertemu dengan sosok pria yang telah menorehkan trauma mendalam baginya.

Biru baru saja keluar dari toilet, hendak kembali ke ruangannya.

Mata Jingga menatap nyalang pada Biru yang berjalan mendekat, jantungnya berdetak kencang, dia pun menghentikan langkah.

Biru yang juga sedang menatapnya masih melangkah dengan ayunan pelan.

“Aaaarrrrggghhhh!” Jingga menjerit sekencang-kencangnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Dia trauma melihat Biru karena bayangan tentang pemerkosaan itu melintas dalam benaknya.

“Jingga … Jingga ….” Kiara dan dua sahabatnya yang lain jadi panik.

Bukannya menjauh, karena didera perasaan bersalah dan ingin minta maaf—Biru malah mendekat mencoba membantu Jingga yang nyaris ambruk ke lantai.

Beberapa petugas polisi pun berhamburan keluar dari setiap ruangan.

“Lepas … toolooongg … jangaaaan ….” Jingga berteriak.

“Pak Bumi! Menjauh dari dia!” AKP Rizky berteriak dari pintu ruangannya sebelum berjalan cepat mendekat.

“Sa-saya—“ kalimat Biru terjeda karena sebuah tamparan mendarat di pipinya.

Plak!

“Jadi elo yang perkosa teman gue! Brengsek lo!”

Plak!

Sabila menampar Biru kembali di pipinya yang satu lagi.

Biru tidak melawan atau menghindar, dia membiarkan sahabatnya Jingga membalaskan dendam Jingga padanya.

“Hey … jangan main hakim sendiri.” AKP Rizky menahan tangan Sabila dan menyeretnya menjauh.

“Bawa ibu Jingga kembali ke hotel,” titah Rizky pada Kiara dan Ghea.

“Pak Biru, kembali ke ruangan anda!” AKP Rizky berseru pada Biru yang kemudian menarik langkah menjauh sambil sesekali menoleh ke belakang menatap punggung Jingga penuh penyesalan.

“Lepas, Pak.” Sabila menggguncang tangannya yang ternyata masih dicekal AKP Rizky.

“Apa Davian tahu tentang ini?”

Pertanyaan AKP Rizky membuat mata Sabila mengerjap cepat.

“Saya teman seangkatan Davian waktu di Akpol … saya kenal wajah Jingga dari foto yang sering Davian share di I*******m …,” ujar Rizky menjawab pertanyaan yang belum sempat Sabila lontarkan.

“Jingga ngelarang kita kasih tahu Davian … dia masih terpukul, biar Jingga yang ngomong sama Davian … Bapak juga jangan dulu bilang sama Davian.”

“Enggak bisa, saya temannya Davian … Jingga melapor di kantor saya dan saya harus kasih tahu Davian.”

Sabila menghentak tangannya hingga cekalan tangan AKP Rizky terlepas.

“Jangan cepu deh, Pak … Bapak juga ‘kan enggak dikenalin secara langsung sama Jingga oleh Davian … Bapak cuma tahu Jingga dari ignya Davian jadi Bapak pura-pura bego aja coba … kasian Jingga.”

Sabila jadi emosional, dia sampai mendongak mendekatkan wajahnya dengan wajah tampan di hadapannya itu, dia lantas pergi setelah menjadi pemenang dalam perdebatan dengan sang Polisi tampan.

***

Yuna Dewangga menatap tajam putra sulungnya begitu dia memasuki ruangan.

Yang bisa Biru lakukan hanyalah menundukan kepala menghindari tatapan sang papi yang bisa saja melubangi kepalanya.

Biru tahu kalau sang papi kecewa dan marah, dia juga tidak bisa memutar waktu atau menyogok semesta agar nasib sial ini tidak menimpanya.

AKP Rizky yang berada di ruangan itu keluar dari rongga antar kursi dan meja kerjanya untuk menyambut sang Jendral.

Pria itu mengulurkan tangannya dan segera disambut oleh Yuna Dewangga yang tatap matanya sudah melembut.

Pria yang seusia dengan Biru itu memperkenalkan diri dengan formal lalu keluar agar bisa memberi waktu kepada mereka untuk bicara.

Dia sudah bicara panjang lebar dengan Papi Yuna melalui sambungan telepon.

“Berapa botol yang kamu minum sampai mabuk dan tanpa sadar melecehkan seorang gadis?”

Yuna Dewangga mencoba tenang, dia duduk di sofa di depan Biru.

“Cuma satu gelas, bukan alkohol dengan kadar tinggi.” Biru menjawab lugas.

“Terus kenapa kamu bisa mabuk dan bikin masalah seperti ini?” Nada bicara papi mulai ketus.

Biru mengembuskan napasnya, sedari tadi dia banyak merenung dan berpikir lalu menemukan sebuah dugaan tapi dia sendiri belum yakin.

Dan pada kenyataannya sekarang, dia tidak berani mengungkapkan dugaannya tersebut demi Geisha.

“Mami kamu syok mendengar kejadian ini dan langsung dilarikan ke rumah sakit.”

Biru mengangkat pandangan, netranya bergerak cepat menatap papi dampak dari perasaan cemas yang besar membayangkan kondisi mami.

“Gimana keadaan mami, Pi?”

Papi membuang tatapannya ke arah lain, dia enggan menjawab pertanyaan Biru.

Tok …

Tok …

Pintu terbuka setelah dua kali terdengar ketukan.

Seorang pria yang Biru kenali masuk kemudian duduk di single sofa di antara Yuna Dewangga dan Biru.

Pria itu adalah orang kepercayaan papinya dan dia harus tahu kronologis yang sebenarnya terjadi agar bisa membantu Biru.

“Sekarang ceritakan yang sebenarnya kepada kami,” titah papi dengan suara tegas mengintimidasi.

Dan Biru harus kembali menceritakan semua yang tadi dia sudah sampaikan kepada petugas polisi.

Mau tidak mau Biru jadi membongkar sendiri kebohongannya yang mengatakan datang ke Bali untuk menghadiri seminar padahal sesungguhnya menemui Geisha.

Orang kepercayaan papi yang bernama Erik itu mendengarkan dengan seksama cerita Biru untuk mencari celah yang bisa menyelamatkannya.

Bersamaan dengan selesainya cerita Biru, pintu ruangan itu kembali di ketuk.

“Ayah dari ibu Langit Jingga sudah tiba,” ujar AKP Rizky memberitahu.

Pria yang sudah berganti pakaian dengan seragam dinas itu masuk diikuti dengan seorang pria paruh baya berperawakan tegap.

Beliau menatap satu persatu orang yang ada di dalam ruangan itu dan netranya berhenti sesaat terpaku pada Biru.

Papa Reza sudah mendapat informasi dari AKP Rizky mengenai apa yang terjadi dan siapa orang yang telah dengan keji melecehkan putri semata wayangnya.

“Saya Yuna Dewangga … saya ayahanda dari Bumi Xabiru Dewangga.” Papi yang mempertama kali memperkenalkan diri meski tahu papanya Jingga pasti sudah mengetahui siapa dirinya.

“Pak Yuna … saya Reza Bagaskara, papanya Langit Jingga.” Papa menjabat tangan papi Yuna dengan gelengan kepala samar dan raut wajah penuh kekecewaan.

“Ini Biru anak saya.” Papi merentangkan tangan ke depan Biru.

Papa Reza kembali menatap tajam ke arah Biru dengan napas memburu.

“Saya minta maaf, Pak … saya enggak sadar sewaktu melakukannya.”

Papa Reza mengetatkan rahang, dia sedang mengendalikan dirinya untuk tidak menghajar pria yang sudah merusak masa depan sang putri.

Terlalu enak hidup pria itu jika harus mati dengan mudah di tangannya, pria itu harus menderita di dalam penjara untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dia lakukan kepada Jingga.

“Silahkan duduk, Pak.” AKP Rizky mempersilahkan semua orang duduk kembali di sofa set yang berada di tengah ruangan.

Seorang petugas masuk membawa sebuah amplop dan tab.

“Ini adalah hasil dari tes urin dan darah pak Biru … di sini kita bisa lihat kalau dalam darah pak Biru terdapat zat Avanafil sejenis obat perangsang yang membuat pak Biru tidak bisa mengendalikan dirinya, sementara kandungan alkohol dalam darah sangat sedikit sekali jadi kami menduga kalau seseorang mencampur zat tersebut ke dalam minuman pak Biru.” AKP Rizky menjelaskan.

“Kemudian berdasarkan kronologis yang diceritakan pak Biru, kami mendatangi beach club tempat terakhir kali pak Biru berada sebelum pergi ke kamar hotel … kebetulan di tempat pak Biru duduk tepatnya di area meja Bar terdapat kamera CCTV yang mengarah langsung kepada pak Biru dan seorang gadis bernama Geisha.”

AKP Rizky mengarahkan layar tab pada mereka semua yang duduk di sana.

Mata papi Yuna membulat, begitu juga papa Reza tapi tidak dengan Biru yang sudah menduga tentang hal tersebut.

Dalam rekaman CCTV terlihat jelas Geisha memasukan sebuah bubuk ke dalam gelas minuman dan ketika Biru datang, Geisha memberikan minuman yang sudah diberi obat itu kepada Biru.

Biru mengingat ucapan Geisha yang memberi ide hamil di luar nikah untuk bisa mendapat restu mami yang tentu saja Biru tolak mentah-mentah.

“Lalu ini ada rekaman CCTV loby di mana ibu Jingga tidak ikut ke kamar bersama tiga sahabatnya … sepertinya ibu Jingga sedang dalam panggilan video.”

Jemari AKP Rizky menggeser layar tab.

“Dan di saat bersamaan, dari CCTV lorong di depan kamar Pak Biru … kami mendapat bukti kalau ibu Geisha yang sempat masuk ke kamar pak Biru kemudian keluar … sesuai dengan kronologis yang diceritakan pak Biru.” AKP Rizky melirik Biru sekilas.

Biru memang menceritakan semuanya termasuk niatnya yang akan bercinta dengan Geisha kemudian harus tertunda karena Geisha mendapat panggilan meeting.

“Lalu ini ada CCTV di depan lift, bisa kita lihat ibu Jingga keluar dan ibu Geisha masuk ke dalam lift.”

AKP Rizky kembali menggeser layar untuk memperlihatkan rekaman CCTV selanjutnya.

“Di sini sepertinya ibu Jingga ragu mengenai nomor kamar … tapi dia menekan bel dan mengetuk pintu.”

Kemudian dalam rekaman itu terlihat Biru menarik tangan Jingga dan setelahnya pintu tertutup.

AKP Rizky menghentikan rekaman CCTV.

Bab terkait

  • Bukan Perawan   Bertanggungjawab

    “Menurut kronologis yang disampaikan ibu Jingga, dia memang ragu apakah kamar sahabatnya di nomor 325 atau 352 … tapi karena tidak bisa menghubungi ponsel ketiga sahabatnya yang mati kehabisan batre jadi ibu Jingga mencoba mencari tahu dengan mengetuk kamar bernomor 325 yang ternyata adalah kamar pak Biru yang tengah dalam pengaruh obat … begitu mendapat rekaman CCTV kami langsung mendatangi kamar ibu Geisha tapi dia dan timnya sudah keluar dari hotel … kami melakukan pencarian dan dari informasi yang kami terima secara langsung dari Managernya melalui sambungan telepon yang nomornya berhasil kami dapatkan dari data booking kamar—ternyata mereka sudah menyeberang pulau dengan alasan ibu Geisha harus segera berada di Jakarta untuk pekerjaan.” Geisha langsung pergi setelah mendengar berita ini dari Biru melalui sambungan telepon dini hari tadi. Ada perasaan lega menjalar di dada papi mendapati semua bukti tidak memberatkan putranya bahkan bisa dibilang kalau p

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Bukan Perawan   Liburan Membawa Petaka

    Liburan Jingga dan ketiga sahabatnya yang berakhir tragedi itu menyisakan kenangan pilu. Mereka berempat beserta papa Reza kembali ke Jakarta sore harinya. “Maafin gue ya Jingga … kalau aja gue enggak maksa lo datang ke Bali, mungkin lo enggak akan kaya gini.” Kiara yang paling menyesal karena dia yang paling bersikeras agar Jingga datang ke acara ulang tahunnya. “Bukan salah lo … gue yang salah karena lupa nomor kamar.” Jingga mengatakannya sambil menahan isakan. Mereka semua menangis, saling berpelukan di depan pintu kedatangan sebelum berpisah kembali ke rumah masing-masing. “Berkabar ya, hubungin kita kalau lo butuh sesuatu.” Sabila berujar sambil menatap sendu Jingga. “Sabar ya, gue tau lo pasti bisa ngelewatinya.” Ghea memeluk Jingga lagi kemudian dengan berat hati melepaskannya. “Maafin kami semua ya, Om.” Tidak lupa Kiara meminta maaf kepada papa Reza. “Sudah lah, ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • Bukan Perawan   Keputusan Sulit

    Di waktu yang sama ketika papa Reza dan ayah Roni bertemu untuk membicarakan pembatalan pernikahan anak-anak mereka—di tempat berbeda Jingga mengajak Davian untuk bertemu. Jingga memang harus segera memberitahu Davian mengenai musibah yang telah menimpanya. Dia juga ingin tahu bagaimana respon Davian. Jujur, hati kecil Jingga ingin Davian tetap mempertahankannya dan melanjutkan rencana pernikahan mereka. Jingga sampai lebih dulu ke restoran yang telah ditentukan. Gugup melanda, telapak tangannya sampai dingin dan basah. Beberapa saat kemudian sosok pria jangkung bertubuh atletis berjalan tegap melewati pintu utama dengan masih menggunakan seragam Abdi Negaranya. Begitu tampan dan gagah, memesona setiap kaum hawa yang melihat. Davian melemparkan senyum manis membuat hati Jingga berdebar. Pria itu adalah pria yang sangat Jingga cintai, pria yang selama dua tahun ini menemani Ji

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • Bukan Perawan   Selamat Tinggal

    Hebatnya Jingga, dia tidak mengambil cuti setelah akhir minggunya dirundung musibah. Hari Seninnya dia tetap bekerja seolah tidak ada apapun yang terjadi dengannya. Jingga bergerilya turun langsung ke lapangan untuk memenuhi target tim. Itu dilakukan Jingga untuk melupakan semua masalahnya. Jingga merasa waras jika tetap bekerja. Hari demi hari pun berlalu, papa Reza sudah memutuskan untuk menerima lamaran papi Yuna untuk Biru. Kegundahan Jingga semakin menjadi namun tidak berdampak pada kinerjanya di kantor. “Saya duluan Bu,” pamit seorang sales yang merupakan anggota tim Jingga. Jingga hanya memberikan senyum dan anggukan samar. Pria itu pun keluar dari ruangan. “Jingga, lo belum pulang?” tanya Melissa teman sekantor yang selevel dengannya. “Belum … rapihin aplikasi tim dulu.” Dia beralasan padahal jika sudah sampai rumah dia akan kesepian dan gundah

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • Bukan Perawan   Aib

    “Aah … Biru, eemmhh … yaah … yaah ….” Geisha memang selalu berisik setiap kali bercinta tapi itu justru membuat hasrat Biru memuncak. Biru terus menggerakan bokong menghentak dari belakang sementara Geisha membungkuk membelakanginya. Dengan satu gerakan mudah Biru menarik pinggang Geisha, mengubah posisi mereka. Biru duduk di sisi ranjang sedangkan Geisha naik ke atas pangkuannya. Geisha mulai bergerak naik turun, dia melempar senyum sebelum memagut bibir Biru. Cukup lama kemudian dia membusungkan dada membuat Biru mudah meraup puncak dadanya menggunakan bibir. Kepala Geisha menengadah, rambut panjang nan tebalnya terjuntai di punggung menambah kesan seksi. Sambil masih menghisap dada Geisha, kedua tangan Biru ikut membantu bokong Geisha agar gerakannya semakin cepat karena dia akan sampai. “Biruuuu.” Geisha merengek, dia hampir sampai. “Bersama sayang.” Biru meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Bukan Perawan   Terpaksa Menikah

    Biru dan Jingga tidak pernah bertemu lagi setelah tragedi di Bali. Selama tiga bulan mempersiapkan pernikahan, Jingga selalu menghindar setiap kali Wedding Organizer mengajak meeting bersama kedua calon mempelai pengantin untuk acara besar nanti. Tapi Biru selalu datang, dia menunjukkan kesungguhannya menikahi Jingga. Memang tidak banyak yang harus dilakukan lagi karena melanjutkan yang sudah dimulai hanya saja calon mempelai pengantin prianya bukan Davian melainkan Biru. Jingga sempat berulah dengan menolak fitting gaun pengantin karena gaun itu adalah pilihan Davian sementara yang akan dia nikahi adalah Biru. Tidak ada bridal shower padahal sudah masuk dalam paket pernikahan sebab lagi-lagi Jingga menolak. Mama dan papa juga ketiga sahabatnya khawatir dengan kondisi psikis Jingga namun Jingga memperlihatkan kalau dirinya baik-baik saja meski sedikit berulah. Sampai akhirnya hari yang semestinya ditunggu-t

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Bukan Perawan   Istri Ketus

    Di luar kamar, Biru tidak pergi ke mana-mana. Dia bersandar punggung di samping pintu seraya membuka aplikasi chat. Banyak chat yang dikirim Geisha selama beberapa minggu terakhir yang sengaja tidak Biru buka. Biru sempat menghubungi Febri perihal niatnya menjauh dari Geisha demi kebaikan Geisha juga dan Febri setuju. Sebagai Manager, Febri tidak ingin kehilangan artisnya yang sedang berada di puncak kesuksesan. Geisha harus bisa melupakan Biru jadi Febri mengambil banyak Job untuk Geisha di luar kota maupun Luar Negri sehingga Geisha sibuk dan tidak mencari Biru terutama di hari pernikahannya ini yang kebetulan Geisha sedang melakukan sesi pemotretan di Paris sana karena berhasil menjadi brand ambasador sebuah merek ternama dunia. Biru memilih membuka pesan dari pasien dan perawat, dia membalasnya satu persatu. Belum selesai dia membalas banyak chat yang masuk—Biru mendengar suara pintu di sebelahny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Bukan Perawan   Suami Tampan

    Biru mondar-mandir di depan pintu kamar mandi pasalnya sudah hampir dua jam Jingga di dalam kamar mandi dan tidak terdengar suaranya. “Apa perlu gue ketuk?” “Tapi nanti dia marah.” “Jangan-jangan dia bunuh diri.” Biru bermonolog kemudian terpengaruh dengan pikiran buruknya sendiri. “Jingga ….” Tok … Tok … Akhirnya Biru mengetuk pintu kamar mandi sambil memanggil nama istrinya. Dia menempelkan telinga pada daun pintu namun tidak mendengar suara apapun di dalam sana. Biru semakin panik, dia kembali menggedor pintu kamar mandi juga berusaha memutar knop pintu. “Jingga … kamu masih hidup, kan?” Biru berteriak lebih kencang. Tanpa pikir panjang dia berniat mendobrak pintu itu namun sebelum lengannya menyentuh pintu, benda tersebut terbuka. Biru kadung mengambil ancang-ancang dan tidak sempat mengerem sehingga harus menabrak tubuh Jingga yang hanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12

Bab terbaru

  • Bukan Perawan   TAMAT

    Biru merangkul pundak Jingga, mengecup pelipisnya sebagai ungkapan Terimakasih yang sudah ribuan kali dia ungkapkan semenjak Jingga dengan kesadaran sendiri mengajak Biru ke dokter kandungan setahun lalu untuk membuka KB IUD.Katanya Jingga merindukan suara tawa bayi dan pekerjaannya yang sekarang pun tidak seberat dulu.Jadi Jingga merasa mungkin sudah waktunya memiliki anak ke tiga.Dan tanpa dia duga, hanya dalam jangka waktu kurang lebih setahun setelah membuka KB IUD—Tuhan mempercayakan malaikat kecilnya lagi kepada mereka. Semua bahagia mendengar kabar kehamilan Jingga.Kehamilannya yang ketiga ini pun begitu dinikmati oleh Jingga.Pekerjaan Jingga tidak terganggu karena tidak ada kendala berarti selama kehamilan.Sampai Jingga lupa mengajukan cuti hamil, dia tetap pergi ke kantor meski kandungannya sudah memasuki masa persalinan.Pagi itu satu kantor geger karena Jingga ditemukan jatuh di kamar mandi oleh stafnya dengan ketuban pecah.“Panggil ambulan!” Atasan Jingga berseru k

  • Bukan Perawan   Hamil Lagi

    Papi sudah pensiun sebagai Panglima TNI Republik Indonesia, sekarang beliau sedang menikmati masa tua di rumah saja. Ada beberapa bisnis yang digeluti papi yang sudah dipersiapkan sebelum pensiun tapi tidak memerlukan perhatian khusus dari beliau.Hanya sesekali saja mengecek dan sisa waktunya papi bisa habiskan dengan bermain bersama cucu.Setelah Cinta menjadi sarjana meski sempat terseok menjalaninya karena harus melahirkan anak ke tiga, papi meminta besannya yaitu papanya Jingga untuk memasukan Cinta menjadi pegawai Bank dari jalur Officer Development Program.Kebetulan Cinta berkuliah di kampus unggulan dan memiliki IPK yang baik dan ternyata Cinta bisa lulus menjalani test yang dilakukan pihak ketiga dan sekarang Cinta seperti kakak iparnya, menjadi seorang bankir.Davian tidak melarang Cinta berkarir, seperti halnya Biru yang justru mendukung karir Jingga.Meski sekarang Jingga lebih menikmati bekerja dibalik meja menjadi backoffice berkutat setiap harinya dengan kertas dan an

  • Bukan Perawan   Ibu Rumah Tangga

    Hari berikutnya dan hari-hari selanjutnya, Cinta seakan bukan miliknya lagi.Cinta dikuasai oleh Kiana dan Bara apalagi Bara yang masih sering tantrum, kalau kata bunda dan mami—mungkin Bara tahu akan memiliki adik sementara dia masih ingin kasih sayang dan perhatian full dari kedua orang tuanya.Baiklah, ingatkan Davian untuk meminta Cinta pasang KB setelah melahirkan anak ketiga mereka nanti.Karena sesungguhnya, tanpa ada yang tahu kalau Cinta tertekan.Dia lelah karena harus membagi waktu dengan anak-anak dan kuliah.Berimbas pada bobot tubuh Cinta yang menurun padahal sedang mengandung.“Sayang.” Suara Davian yang baru saja masuk ke dalam kamar membuat Cinta refleks mengusap air mata di pipi.“Kamu nangis?” Davian bergerak mendekat dengan langkah cepat.Pria yang gagah dan selalu tampan di mata Cinta dengan seragam Polisinya itu langsung menangkup wajah Cinta menggunakan tangannya yang besar.“Kamu nangis?” Davian mengulang.“Enggak, tadi aku pakai obat tetes mata karena mata aku

  • Bukan Perawan   Banyak Berubah

    Semenjak kejadian Davian menyusul Cinta yang pergi tanpa ijinnya ke Puncak, Cinta jadi banyak berubah.Sekarang Cinta lebih mementingkan keluarga kecilnya.Cinta sudah tidak lagi melimpahkan urusan anak-anak kepada Nanny kalau dia ada di rumah.Meski keteteran dengan tugas kuliah tapi sebisa mungkin Cinta yang mengambil peran untuk mengurus anak-anaknya.Davian juga sebagai suami tidak merasa dirinya paling benar, dia berpikir kalau Cinta sempat khilaf pasti karena kesalahannya juga.Bila dulu Davian jarang sekali mengajak Cinta jalan-jalan, setelah kejadian itu Davian membuat jadwal kencan berdua dengan Cinta di malam minggu.Jadi setiap malam minggu, Davian dan Cinta akan mengantarkan Kiana dan Bara bergantian antara rumah papinya Cinta atau rumah ayahnya Davian untuk menitipkan mereka sementara dia dan Cinta menghabiskan malam minggu berdua.Entah itu hanya makan malam, nonton konser, nonton film atau checkin di hotel berbintang dan pulang keesokan harinya. Dan malam ini—selagi ka

  • Bukan Perawan   Foto Keluarga

    Davian menarik pundak Cinta kemudian mengecup pelipis istrinya.“Aku pake baju dulu ya, kasian papi sama mami udah nungguin.” Tidak ada respon dari Cinta, raut wajahnya masih masam.“Papi ganti baju dulu ya, Kiana duduk sini sama bunda.”Cinta merangkul Kiana sehingga Kiana mau duduk di atas pangkuannya sedangkan Davian pergi ke walk in closet memakai pakaian.“Kakak kenapa pukul ade? Adenya disayang ya?” Cinta menegur Kiana dengan suara lembut.Melihat jejak air mata di wajah sang bunda membuat perasaan Kiana jadi tidak nyaman.Dia memeluk sang bunda.“Maafin Kiana Buna.” “Harus sayang sama ade ya?” pinta sang bunda dengan pendar sendu di mata.Kiana mengangguk.Davian bisa mendengar percakapan Cinta dengan Kiana dari dalam walk in closet kemudian bibirnya tersenyum karena hatinya menghangat.*** Mobil yang kemudikan Davian dan Biru bersamaan tiba di pelataran parkir sebuah studio.Protokoler papi yang mengetahui kedatangan mobil putra dan menantu sang Jendral langsung mengarahkan

  • Bukan Perawan   Masih Drama Batita

    “Mas … tolong jawab dulu itu telepon enggak tahu dari siapa,” kata Cinta meminta bantuan saat sang suami masuk ke dalam kamar anak-anak untuk mencari tahu kenapa anak-anak menangis.“Oh … oke.” Davian bergerak ke sebuah meja di mana ponsel sang istri berada.“Kiana … hey, udah nangisnya … tadi Bunda ‘kan harus menyusui ade Bara dulu.”“Hallo ….” Suara Davian terdengar menyahut.Om Ridho sampai menjauhkan ponsel dari telinga untuk mengecek apakah mungkin dia salah menekan nomor karena bukan suara Cinta yang seharusnya dia dengar malah suara seorang pria.“Om Ridho!” Davian berseru karena telah melihat nama di layar ponsel Cinta. “Oh … ini Mas Davian ya?” Ridho memastikan.“Iya, Om.” “Uuuh sayang … sayang …” Suara Cinta bersama tangisan anak kecil masih bisa didengar oleh Ridho.Seperti dejavu karena saat menghubungi Biru tadi dia juga mendengar hal yang sama.“Ini kalian masih di rumah ya? Ibu sama Bapak udah sampai, beliau meminta kalian segera datang.” Om Ridho memberitahu.“Iya Om

  • Bukan Perawan   Drama Batita

    Mengetahui kalau Biru dengan Davian telah berdamai, papi dan mami berinisiatif untuk melakukan foto keluarga bersama anak, cucu, menantunya.Kebahagiaan yang setiap tahun dirasakan mami dan papi dengan kehadiran cucu-cucu patut diabadikan.Studio foto milik photographer ternama yang menjadi pilihan papi dan mami untuk mengabadikan moment kelengkapan keluarga mereka.“Lho … Biru sama Cinta belum sampai?” Papi bicara pada Ridho-sang ajudan begitu tiba di studio foto dan tidak mendapati anak cucu dan menantunya di sana.Ya mana Ridho tahu, ‘kan dia pergi dari rumah bersama papi.“Sepertinya belum, Pak.” Ridho menjawab.“Mungkin mereka kejebak macet. “Mami menimpali.”“Selamat siang Pak Yuna Dewangga.” Sang photographer menyambut.“Selamat siang.” Papi dan pria Photographer saling menjabat tangan, setelah itu pria photographer beralih pada mami.“Anak dan menantu beserta cucu-cucu saya belum datang, bisa kita tunggu sebentar?“ kata papi meminta waktu.“Oh … tidak masalah, bagaimana kalau

  • Bukan Perawan   Penjelasan

    “Raina itu sekertaris aku … aku akan selalu ngajak dia ke pesta untuk cari tahu tentang klien dari sekertaris mereka … aku sengaja beliin dia gaun biar dia enggak ngoceh di luaran kalau uangnya habis beli gaun untuk nemenin aku ke pesta … hubungan aku sama Raina hanya sebatas pekerjaan.” Reyshaka akhirnya bersuara setelah beberapa lama diam sambil memeluk Namira.Namira tidak menyahut, membiarkan kalimat penjelasan Reyshaka menguap begitu saja.Gemas karena Namira tidak memberikan respon, pria itu lantas menegakan tubuh membawa Namira dalam pelukannya.“Terus … penjelasan kamu apa?” tanya Reyshaka menuntut setelah mengurai pelukan.Mata almond Namira mengerjap, istri cantiknya melongo bingung.“Penjelasan atas apa?” Namira bertanya polos.“Tadi ‘kan aku udah jelasin kenapa aku harus pergi ke pesta dengan Raina dan beliin dia gaun … sekarang aku mau denger penjelasan kamu kenapa bisa makan siang sama Erwan?”Namira tersenyum di dalam hati, suaminya ternyata benar-benar cemburu dan dia

  • Bukan Perawan   Demosi

    “Pagi, Pak …,” sapa Jingga saat netranya bertemu dengan netra sang bos yang duduk di balik meja kerja.“Pagi … duduk, Bu Jingga.” Pak Kurnia mempersilahkan.Jingga tahu kalau dia akan dicecar habis-habisan karena target timnya masih merah sedangkan lima hari lagi akhir bulan.Jingga duduk, senyumnya tampak kaku tapi dia siap menerima apapun yang akan disampaikan pak Kurnia.“Begini Bu Jingga, mengingat hampir sepanjang tahun target Bu Jingga antara merah kuning belum pernah mencapai hijau … maka kemarin dalam panel saya terus dicecar oleh Bos … saya sudah mencoba mempertahankan Bu Jingga karena saya tahu kinerja Bu Jingga sebelum menikah tapi ternyata mereka tidak mau tahu … dan tetap memutuskan untuk mengganti Bu Jingga ….” Pak Kurnia menjeda mencari tahu ekspresi Jingga namun bawahannya itu memasang ekspresi datar hanya kerjapan mata sebagai respon.“Bu Jingga tidak diberhentikan tapi dipindahkan ke divisi lain, backoffice.” Pak Kurnia melanjutkan.Jingga mengembuskan napas berat,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status