Share

Sedikit Mencair

Author: PlutoPen
last update Last Updated: 2024-12-25 21:22:43

Serena menatap segala hidangan yang ada di meja makannya. Meja makan mewah dengan taplak berwarna putih dengan corak emas. Pelayan yang membawakan hidangan itu ke meja Serena.

Lalu pandangan Serena beralih menatap seorang laki-laki yang duduk di hadapannya. Seorang laki-laki yang sedang sibuk dengan kotak makan kecil yang berisikan telur goreng serta nasi.

Berbanding terbalik dengan makanan milik Serena.

"Aku dengar kamu juga bekerja di sebuah cafe," tanya Serena mengambil garpu dan pisau.

"Benar. Aku bekerja di cafe malam hari," balas Yoshiro setelah membuka tutup kotak makannya.

"Apakah kamu tidak belajar?"

"Aku belajar hanya saat aku ingin belajar."

Serena diam. Menurut data yang ia terima dan baca, seluruh nilai laki-laki itu selalu sempurna. Tidak ada satu pun kesalahan saat ujian diadakan. Menandakan bahwa memang otak laki-laki itu bekerja dengan benar.

"Aku dengar kamu pintar memainkan piano," tanya Yoshiro menatap ke arah Serena.

"Sedikit," balas Serena.

"Bagaimana caranya memainkan alat musik sebesar itu? Bukankah ada banyak keyboard di sana? Bagaimana caranya mengingat itu semua?"

"Belajar. Orang malas sepertimu tidak akan bisa."

"Siapa yang mengajarimu? Apakah ayahmu menyewa guru piano untukmu?"

Serena diam. Ia tidak ingin menjawab itu. Ia tidak ingin mengenang kejadian itu lagi. Kejadian di mana Brian mengajarinya bermain piano. Menemaninya dan membimbingnya dengan segala kelembutan hati Brian.

"Kenapa wajahmu?" tanya Serena mengalihkan topik pembicaraan.

"Ah, ini. Aku belajar bela diri. Aku mendapatkan beberapa luka dari pelatihku," balas Yoshiro.

"Apakah kamu mencoba membohongiku?"

"Aku tidak membohongimu."

"Bodoh sekali. Kamu tadi mengatakan bahwa kamu bekerja di cafe saat malam hari. Pagi sampai sore, kamu berada di sekolah untuk menjagaku. Lalu kapan kamu belajar bela diri?"

Kini Yoshiro yang terdiam. Yoshiro lupa bahwa Serena bukanlah perempuan yang mudah dibohongi. Entah memang karena perempuan itu terlahir jenius. Atau memang kemampuan itu menurun dari ayahnya yang seorang komisaris polisi.

"Jika seandainya aku ingin keluar rumah. Dan memintamu untuk menjagaku di luar jam kerjamu, apakah kamu akan datang?" tanya Serena mulai menyayat sedikit bagian dari daging sapi miliknya.

"Bukankah kamu sudah memiliki pengawal sendiri di rumah? Aku sedari awal penasaran. Kenapa tidak pengawalmu saja yang menjagamu di sekolah?" tanya Yoshiro balik.

"Tidak bisa. Mau anak dewan perwakilan rakyat sekali pun, tidak ada seorang pun pengawal masuk ke dalam sekolah. Aturan itu berlaku dari lama."

"Aku melihat Brian selalu berlalu lalang dengan pengawalnya."

"Dia anak perdana menteri. Dia memiliki hak khusus. Lalu juga sekolah ini milik keluarganya. Dia berhak merubah aturan apa pun yang berlaku di sekolah ini."

Yoshiro menatap ke langit-langit ruangan. Hidupnya dengan hidup Brian benar-benar berbanding terbalik. Yoshiro harus bekerja keras untuk mengumpulkan sedikit uang. Sedangkan Brain bisa mendapatkan uang hanya dengan duduk diam bersantai di rumah.

Jika saja Yoshiro mendapatkan sedikit keistimewaan yang dimiliki oleh Brian, maka sudah dipastikan Yoshiro tidak perlu mengerjakan banyak pekerjaan hanya untuk membayar biaya rumah sakit ibunya.

"Apakah menurutmu, Brian adalah orang baik?" tanya Yoshiro membuat tangan Serena yang sedang menyayat makanannya pun langsung terhenti.

"Kenapa kamu menanyakan itu padaku?" tanya Serena menatap Yoshiro.

"Hanya penasaran. Karakternya masih terlalu membingungkan untukku. Aku tidak mengerti dia baik atau buruk seperti anak pejabat lainnya. Jadi aku menanyakan itu padamu yang memang pernah berpacaran dengannya."

"Dia baik."

"Apakah kamu masih menyukainya?"

"Berbicaralah lagi jika memang kamu ingin pisau ini menancap pada kepalamu."

Yoshiro tersenyum kecil. Ia tidak sengaja menginjak ranjau yang memicu kemarahan Serena. Yoshiro sendiri paham kenapa Serena kurang nyaman dengan pertanyaan itu.

"Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kamu lebih sering berbicara hari ini. Tidak seperti dulu saat kita pertama kali bertemu," balas Yoshiro mengambil sumpit miliknya.

"Dulu, aku tidak mau berbicara dengan orang gila yang di hari pertama sekolahnya sudah mencari masalah dengan anak dari seorang dewan. Aku tidak mau terlibat dengan laki-laki bodoh yang otaknya sudah rusak," jelas Serena.

"Tidak bisakah kamu menyaring sedikit saja kata-kata kasarmu itu?"

"Aku berbicara sesuai dengan siapa yang menjadi lawan bicaraku. Aku tidak mungkin berbicara seperti itu di hadapan orang-orang yang memiliki martabat lebih tinggi dariku."

"Apakah kamu memang orang yang seperti itu? Yang menilai orang lain dari harta dan pangkatnya?"

"Benar. Semua orang di sini pun sama. Bukan aku saja. Semakin banyak hartamu, semakin tinggi pangkatmu, maka kamu akan semakin dihormati di sini. Coba berkacalah. Dan lihat betapa buruk perlakuan mereka pada orang sepertimu."

Yoshiro menggangguk pelan. Memberikan tanda bahwa Yoshiro mengerti tentang apa yang dimaksudkan oleh Serena.

Dan Serena pun bersyukur ia masuk ke sekolah itu dengan posisi ayahnya sebagai komisaris polisi. Walau tidak sebanding dengan Mingzu yang anak dari seorang dewan perwakilan rakyat, setidaknya masih ada yang bisa Serena jadikan tameng saat berada di jalur hukum.

"Aku mendengar ini baru-baru ini. Ada seorang kriminal yang mencuri dan menyerang orang secara acak di jalanan untuk membiayai rumah sakit ibunya. Apakah kamu tau siapa orangnya?" tanya Serena dengan tatapan tajam ke arah Yoshiro.

"Entahlah. Mungkin aku orang yang kamu maksudkan," balas Yoshiro dengan santainya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tawaran Pihak Lain

    Yoshiro yang sedang sibuk membersihkan meja pun langsung berdiri tegap untuk menyapa orang yang baru saja memasuki cafe tempatnya bekerja."Selamat malam," ujar Yoshiro dengan ragu menatap ke arah seorang gadis yang terlihat sangat elegan itu.jas, jam tangan, dan tas kecil. Semua barang-barang itu saja sudah menunjukkan betapa kayanya perempuan itu."Bisakah aku memesan sesuatu?" tanya tanya perempuan itu duduk di salah satu meja kosong."Silahkan," balas Yoshiro menaruh buku menu pada meja perempuan itu."Apakah memang selalu seperti ini? Sepi.""Selalunya tempat ini ramai. Kebetulan Anda datang lima menit sebelum cafe tutup. Jadi kondisinya memang hanya tersisa saya sekarang.""Di mana teman-temanmu?""Mereka sudah pulang duluan. Saya diminta untuk membuang sampah dan mengunci beberapa pintu.""Ah, begitu."Suasana hening. Yoshiro menatap secara saksama perempuan itu. Yoshiro mengetahui siapa perempuan itu.Ivona Olivia. Atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Olivia. Pendiri se

    Last Updated : 2024-12-30
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Penjahat Kelamin

    Kelas XI-A. Hanya berisi sebelas murid saja. Murid-murid di sana adalah murid istimewa yang memang memiliki keluarga terpandang. Atau lebih tepatnya, murid-murid yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan. Brian, Mingzu, dan Serena adalah sedikit contohnya. Lalu juga ada salah satu laki-laki berambut pirang. Berbadan kekar. Bernama Ven Cloris. Sama seperti Mingzu, ayah Ven memiliki kursi di dewan perwakilan rakyat pada periode sekarang. Membuat Ven bisa melakukan segala hal yang ia inginkan tanpa harus mengkhawatirkan apa pun. Berbanding terbalik dengan Brian yang tidak terlalu banyak berinteraksi. Ven selalu berinteraksi. Hanya saja dengan para wanita. Dengan tujuan untuk meniduri wanita itu. Sudah lebih dari seratus wanita yang sudah ditiduri oleh Ven. Lalu dibuang begitu saja. "Apakah kamu membutuhkan bantuan?" tanya Ven berdiri di samping kursi roda Serena. "Tidak. Terima kasih," balas Serena menutup seluruh buku yang ada di meja belajarnya. Percakapan antara Ve

    Last Updated : 2024-12-31
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Jangan Kembali Padaku

    Serena telah selesai memeriksakan kondisi kakinya di rumah sakit. Dokter yang menangani kakinya, mengatakan bahwa hanya butuh waktu sekitar satu bulan lagi untuk Serena bisa lepas dari kursi rodanya.Serena menunggu di ruang tunggu obat. Bersama dengan Yoshiro. Mereka masih sama-sama menggunakan almamater High School Scarlt. Mereka tidak menunggu obat. Tanpa perlu ditunggu pun Serena bisa mendapatkan obatnya. Itu sudah diurus oleh anak buah ayahnya. Yang Serena tunggu adalah ayahnya yang akan datang menjemputnya."Pergi saja," usir Serena."Aku tidak menunggumu. Aku memang ingin berada di sini," jawab Yoshiro menyandarkan punggungnya pada kursi."Untuk apa kamu di sini? Ibumu saja tidak dirawat di sini. Tidak ada alasan untukmu tetap berada di sini.""Berbicaralah sesukamu. Tugasku sebagai pengawalmu hanya saat berada di sekolah. Saat di luar sekolah, aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Tanpa harus menuruti kemauanmu."Serena melirik ke arah Yoshiro. Laki-laki itu hanya diam. Me

    Last Updated : 2024-12-31
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Salah Ayah

    Serena kembali dengan Honpil menggunakan mobil sport milik Honpil. Sedangkan Yoshiro kembali ke cafe untuk menjadi pelayan di sana. Honpil cukup senang saat mendengar laporan dari dokter bahwasannya keadaan kaki Serena mulai membaik. Hanya butuh sedikit waktu lagi untuk Serena bisa lepas dari kursi rodanya."Bagaimana di sekolah? Apakah kamu mulai bisa terbiasa dengan kondisi yang sekarang?" tanya Honpil masih fokus dengan kondisi jalan di depannya."Baik-baik saja. Tapi akan lebih baik jika Ayah memperingati laki-laki bodoh itu untuk tidak menyerang semua orang yang dia lihat," balas Serena menatap ke arah luar kaca mobil di sampingnya."Yoshiro? Apakah dia melakukan sesuatu yang di luar perjanjian?""Dia menyerang Mingzu dan Ven. Dua orang yang jelas-jelas anak dari dewan perwakilan rakyat. Jika saja kedua orang itu ingin melaporkan kejadian itu kepada kedua orang tuanya, maka kita juga akan terlibat dalam masalah.""Benarkah? Apakah dia benar-benar melakukan itu? Kenapa tidak ada

    Last Updated : 2024-12-31
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Pengajuan Kesepakatan

    Yoshiro berada di dalam mobil sport mewah. Keluaran terbaru. Berwarna putih. Yang terparkir jelas di depan cafe tempatnya bekerja.Tentu saja itu bukanlah miliknya. Melainkan milik seorang laki-laki yang satu sekolah dengannya. Seorang laki-laki yang tidak pernah ia sangka akan menemuinya dan mengajaknya untuk berbicara empat mata.Brain Mcknight. "Bukankah sangat aneh? Murid dari sekolah paling mahal di negeri ini bekerja paruh di cafe kecil seperti ini?" tanya Brain menatap secara saksama cafe tempat Yoshiro bekerja."Jangan samakan aku denganmu. Aku bukan anak pejabat atau anak pemilik perusahaan besar," balas Yoshiro."Lalu bagaimana bisa kamu masuk ke sana? Apakah ada orang yang mendaftarkanmu menggunakan nama keluarganya? Keluarga Mith contohnya?""Bukankah itu sudah sangat jelas? Lalu untuk apa kamu menanyakan itu padaku?""Begitu, 'ya? Mereka memintamu untuk menjaga Serena. Sebagai gantinya, mereka membayarmu untuk hal itu."Alasan yang sudah sangat jelas. Membuat Yoshiro tid

    Last Updated : 2025-01-03
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tidak Pernah Takut

    Kazue menghadap ke arah sebuah dermaga pelabuhan yang sudah dikosongkan. Bersama beberapa polisi khusus yang sudah berada di titik-titik persembunyian siap dengan sniper mereka.Kazue memiliki firasat bahwa dermaga itu adalah tempat di mana Honpil dan Serena dibawa. Kazue menatap ke arah sebelah kiri. Memandang sebuah mobil sport yang baru saja berhenti di sana. Lalu muncul dua orang yang Kazue cukup kenal. Yoshiro dan Brain."Anak kecil tidak boleh ke sini. Pergilah dan bermain bersama dengan orang yang seusia kalian," usir Kazue takut jika kedua orang itu akan merepotkannya."Saya anak dari perdana menteri. Saya datang karena melihat berita tentang teman satu kelas saya yang terlibat penculikan dan kemungkinan berada di sini," jawab Brain."Lalu? Kenapa kamu berada di sini? Ini sudah sepenuhnya urusan kepolisian. Yang tidak berkepentingan tidak boleh mendekat ke area ini," balas Kazue."Kamu pun sama. Pergilah. Ini bukan tugasmu," balas Kazue menatap ke arah Yoshiro. "Siapa kamu?"

    Last Updated : 2025-01-03
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Laki-laki Bodoh

    Ivona Olivia. Seorang pendiri Partai Unity yang sering mendapatkan gelar sebagai Gadis Es. Seorang perempuan yang dikelilingi oleh banyak perempuan. Dan tak pernah sekali pun terlihat berdua bersama laki-laki. Bahkan ketika harus berurusan dengan para kader atau politisi dari partai pun, Ivona lebih sering mengirim asisten kepercayaannya untuk berbicara dengan mereka.Ivona hanya datang saat pertemuan besar. Dan tak ingin terlihat berdua bersama seorang laki-laki. Tidak peduli apa pun status laki-laki itu serta sepenting apakah laki-laki itu di sistem kenegaraan.Ivona menatap secara saksama asisten kepercayaannya yang tiba-tiba saja memasuki ruangannya tanpa ia hubungi lebih dulu. Elaine Yuri. "Maaf jika saya mengganggu waktu Anda. Namun saya rasa Anda harus melihat berita ini," ujar Yuri menyodorkan tablet miliknya."Berita? Apakah ada yang penting?" tanya Ivona mengambil tablet itu."Komisaris polisi dan anak perempuannya diculik."Ivona membaca berita itu. Keningnya mengkerut. Be

    Last Updated : 2025-01-03
  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Sebentar Lagi Selesai

    Ven berada di luar balkon dengan ukuran cukup luas dengan posisi bisa melihat secara utuh area gerbang masuk sampai seluruh taman yang ada di depan rumah.Itu adalah rumah pribadinya. Yang tentu saja ia beli menggunakan uang ayahnya baru-baru ini. Dan ia membeli rumah itu memang untuk merencanakan penculikan itu.Ia berada di luar sana bersama dengan Yuki Yamazaki. Seorang Yakuza terkenal berdarah dingin yang tak pernah membiarkan lawannya hidup setelah melihat keberadaannya.Dan ada Serena yang pingsan di atas kursi roda bersama mereka berdua di balkon."Bukankah ini personil kita terlalu banyak kalau hanya untuk mengurus satu orang saja?" tanya Yuki menatap segala anak buahnya yang berjaga di halaman."Lebih baik sedia payung sebelum hujan bukan?" tanya Ven balik."Tapi saya rasa satu anggota saya saja cukup untuk mengalahkan anak itu.""Entah kenapa aku meragukan hal itu. Aku sempat melawan laki-laki itu dan kemampuannya benar-benar di luar pemikiran manusia.""Hee, aku jadi penasa

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Makanan Tengah Malam

    Ivona mulai tersadar dari tidurnya saat merasa tidak nyaman. Ia sadar bahwa ia tertidur sebelum makan malam. Sehingga perutnya kosong dan membuatnya terbangun di tengah mimpi indahnya. Saat matanya terbuka pandangannya tertuju ke arah wajah Yoshiro. Laki-laki itu masih bangun. Tidur di atas kasur dengan kondisi tubuh miring ke arahnya. Ivona merasa bahwa laki-laki itu sudah menatapnya semenjak ia tertidur. Yoshiro melingkarkan tangannya pada tubuh Ivona. Mengelus bagian punggung perempuan itu dengan lembut. Lalu menutup matanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Aku mau makan," rengek Ivona. "Bukankah kamu mengatakan ingin mengembalikan berat badanmu ke berat ideal? Badanmu akan semakin melebar jika kamu makan tengah malam," tanya Yoshiro menepuk punggung Ivona perlahan. "Aku mau makan." "Iya, iya. Aku sudah masak tadi. Hanya perlu menghangatkannya saja. Kamu mau makan sekarang atau nanti?"

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Hanya Boleh Satu

    Ivona kembali ke rumah lama Yoshiro. Ia sudah mendapatkan semuanya kembali. Perusahaan, kartu rekening, dan rumah. Namun tetap saja ia merasa bahwa berada di sisi Yoshiro lebih nyaman dibandingkan harus tinggal di rumah bersama penjaga dan asisten rumah tangganya.Ia berjalan menuju dapur. Karena ia sangat yakin pada saat seperti sekarang, Yoshiro sedang berada di dapur. Sedang memasak makanan untuk makan malam. Dan benar. Laki-laki itu sedang berada di dapur. Dengan kompor menyala. Merebus air. Lalu ada beberapa potongan ikan serta sayuran di atas meja dapur."Aku pikir kamu akan mengajakku makan malam di luar," ujar Ivona berjalan menuju kulkas."Aku pikir kamu tidak akan datang," balas Yoshiro melirik ke arah Ivona."Jika aku tidak datang, di mana aku akan tidur?""Bukankah kamu sudah mendapatkan rumahmu kembali?""Ya. Aku mendapatkannya. Tapi aku tidak bisa tidur jika tidak ada yang memelukku."Ivona mengambil susu b

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Rencana Gabungan

    Pertemuan diadakan di salah satu gedung kosong yang tak terpakai. Ada tiga kelompok yang berkumpul. Fei sebagai orang yang membentuk kelompok itu. Keenan sebagai pemimpin kelompok White Owl yang akan dibayar oleh Fei untuk melaksanakan tugas. Dan Yoshiro sebagai orang yang akan membantu.Fei membawa Sherly. Keenan membawa salah satu anak buahnya. Dan Yoshiro membawa Kazuha.Siapa sangka bahwa Yoshiro akan membawa dan bekerja sama seorang petinggi dari kepolisian untuk meruntuhkan kejayaan dari Martin Mcknight."Bukankah ini terlalu sedikit jika untuk mengalahkan mereka?" tanya Keenan menatap Fei."Kamu bisa mundur jika memang kamu pecundang," balas Yoshiro tersenyum kecil."Lucu sekali anak kecil ini," balas Keenan menatap sinis Yoshiro."Kenapa kamu membawa pihak kepolisian?" tanya Fei menatap Yoshiro."Ah, dia. Dia bukan polisi yang baik. Dia ini anjing peliharaannya Honpil. Seekor anjing tidak mungkin diam saja saat t

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Saling Mengenal Sebelumnya

    Yoshiro dan Serena duduk di sofa. Menatap ke layar televisi yang sedang menyiarkan sebuah drama. Dengan kondisi lampu ruang tengah mati dan Sheila sudah tertidur di kamarnya. Yoshiro berada di apartemen malam ini hanya untuk makan malam. Itupun karena diundang oleh Sheila. Jika tidak, Yoshiro sudah berada di rumah lama dan tidur. Ia tidak langsung pulang karena memang ingin meluangkan sedikit waktu untuk Serena. Dan tanpa ia mengatakan apapun, Serena pun berpikiran hal yang sama. Mengurangi sedikit waktu tidurnya untuk bisa berbicara dengan Yoshiro. "Bagaimana? Apakah kamu sudah terbiasa?" tanya Yoshiro memecah keheningan yang sudah lama ada. "Belum. Kenapa ada banyak sekali barang tidak terpakai di kamarmu? Bagaimana bisa aku tidur dengan tenang saat ada barang-barang itu?" tanya Serena balik. "Kamu bisa membuangnya jika memang kamu tidak memerlukannya." "Ke

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Berpikir Ulang

    Fei meninggalkan restoran karena memang jadwal kerjanya yang sangat padat. Ia pun sudah menerima penolakan dari Sheila. Sehingga tidak ada alasan lain untuknya tetap bertahan di sana.Sekarang hanya ada Ivona, Yoshiro, dan Sheila di sana. Yoshiro duduk di samping Ivona. Bertatap muka dengan Sheila."Aku ingin memastikan apa yang dikatakan kakaknya Ivona tadi. Apakah kalian benar-benar sedang berpacaran?" tanya Sheila menatap Yoshiro."Tidak," ujar Yoshiro.Dengan cepat Ivona menggerakkan tangannya. Memukul bagian belakang kepala Yoshiro dengan kencang. "Tolong izinkan saya menikahi putra Anda," ujar Ivona dengan badan tegap. "A-apa? Menikah?" tanya Ivona gugup karena terkejut."Kami sudah dekat semenjak Anda dirawat di rumah sakit. Ada banyak hal yang sudah kami lewati bersama. Dan setelah semua itu, saya mulai menaruh rasa padanya. Saya ingin memilikinya sepenuhnya," ujar Ivona."Tidak. Tunggu dulu. Kenapa ti

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Dua Kondisi

    Fei, Ivona, Yoshiro, dan Sheila sudah berada di restoran yang sudah dipesan dan dikosongkan oleh Fei supaya tidak ada yang menganggu pertemuan mereka kali ini.Ivona duduk di samping Fei. Dan Yoshiro duduk di samping Sheila. Mereka saling berhadapan."Senang bisa bertemu dengan Anda. Saya berterima kasih karena Anda telah memenuhi undangan saya untuk datang ke mari. Terima kasih," ujar Fei memulai pertemuannya."Saya juga berterima kasih atas undangan yang Anda berikan," balas Sheila."Mungkin ini akan sedikit mendadak. Tetapi adik saya, Ivona akan berangkat ke Jepang untuk mendirikan dan mengembangkan perusahaan di sana. Dan saya ingin Yoshiro ikut bersama dengan Ivona. Sekolah akan kami tanggung. Dia akan bekerja paruh waktu langsung di bawah pengawasan Ivona. Jadi upahnya akan sama seperti yang sekarang," ujar Fei.Sheila melirik ke arah Yoshiro. Anak laki-lakinya itu sudah mengatakan kepadanya bahwa akan pergi ke Jepang dan bersekolah

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Bolos Sekolah

    Yoshiro terkejut dengan mobil mewah yang terpakir di depan sekolahnya. Ia baru saja berangkat bersama Serena. Namun langkahnya terhenti karena ia seakan familiar dengan mobil itu.Yoshiro meminta Serena untuk masuk lebih dulu. Dan saat Serena sudah melewati gerbang, kaca dari mobil itu turun. Memperlihatkan seorang perempuan cantik menggunakan kemeja kantor duduk di kursi pengemudi.Ivona Olivia. Yoshiro tidak mengerti kenapa perempuan itu datang ke sekolahnya. Tindakan Ivona kali ini sangat berbahaya, karena bisa saja mobil Ivona akan difoto oleh seseorang dan disebarkan di media sosial. Itu akan menimbulkan kecurigaan banyak orang.Dari dalam mobil, Ivona menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan. Memberikan isyarat kepada Yoshiro untuk mendekat ke arah mobil. Dan Yoshiro pun berjalan mendekat sesuai perintah Ivona."Masuklah. Aku sudah mengirim orang untuk mengurus izinmu. Kita ada urusan lain di luar," ujar Ivona lalu menutup k

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Rencana Fei

    Yuri mengunjungi salah satu restoran yang ada di hotel mewah. Ia mendapati perintah untuk menghadap ke Fei Olivia. Dan sekarang ia sudah duduk berhadapan dengan kakak dari atasannya itu.Fei mengerikan sebuah kartu rekening dari dalam dompetnya. Lalu menaruhnya tepat di sisi meja Yuri."Hubungi White Owl dan katakan bahwa kita akan menyerang perdana menteri dalam waktu dekat. Minta mereka untuk bersiap. Berikan saja semua uang yang mereka mau," ujar Fei menarik kembali tangannya."Saya akan segera melakukannya," ujar Yuri menyentuh kartu rekening itu."Namun saya rasa ini tidak akan cukup untuk melawan pasukan perdana menteri. Harus menggabungkan kedua kelompok terkuat untuk mengkudeta perdana menteri," lanjut Yuri."Apakah kamu memiliki saran?" tanya Fei."Kelompok Sentinel. Pemimpin mereka bernama Neon. Mereka berlokasi di Jepang. Bukankah Anda pernah meminta bantuan mereka untuk menyingkirkan Lucas Archine?" jawab Yuri.

  • Bukan Pengawal Komisaris Biasa   Tawaran Ulang

    Yoshiro membuka matanya. Pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan yang ia yakin itu adalah ruangan direktur, atau lebih tepatnya ruangan Fei. Yoshiro mengingat kejadian di mana ia diberi minum dan kehilangan kesadarannya. Ia jatuh ke lantai. Namun kepalanya sama sekali tidak merasakan sakit akibat kerasnya lantai. Ia merasa ada sesuatu yang lembut menjadi bantalan dari kepalanya. Dan saat ia mencari tau ternyata itu adalah paha dari seorang Ivona. Ivona duduk di lantai dengan bagian punggung bersandar di tembok, sedangkan Yoshiro masih dalam posisi tidur terlentang di atas lantai dan menggunakan paha Ivona sebagai bantalan. Ivona dalam keadaan sadar dan melihat dengan jelas Yoshiro sudah membuka matanya. Ivona menggerakkan tangannya. Mengelus kening Yoshiro dengan lembut. "Kenapa kamu berada di sini?" tanya Yoshiro. "Tidak ada. Aku hanya bosan di rumah," balas Ivona menggeleng pelan. "Ap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status