Kazue menghadap ke arah sebuah dermaga pelabuhan yang sudah dikosongkan. Bersama beberapa polisi khusus yang sudah berada di titik-titik persembunyian siap dengan sniper mereka.Kazue memiliki firasat bahwa dermaga itu adalah tempat di mana Honpil dan Serena dibawa. Kazue menatap ke arah sebelah kiri. Memandang sebuah mobil sport yang baru saja berhenti di sana. Lalu muncul dua orang yang Kazue cukup kenal. Yoshiro dan Brain."Anak kecil tidak boleh ke sini. Pergilah dan bermain bersama dengan orang yang seusia kalian," usir Kazue takut jika kedua orang itu akan merepotkannya."Saya anak dari perdana menteri. Saya datang karena melihat berita tentang teman satu kelas saya yang terlibat penculikan dan kemungkinan berada di sini," jawab Brain."Lalu? Kenapa kamu berada di sini? Ini sudah sepenuhnya urusan kepolisian. Yang tidak berkepentingan tidak boleh mendekat ke area ini," balas Kazue."Kamu pun sama. Pergilah. Ini bukan tugasmu," balas Kazue menatap ke arah Yoshiro. "Siapa kamu?"
Ivona Olivia. Seorang pendiri Partai Unity yang sering mendapatkan gelar sebagai Gadis Es. Seorang perempuan yang dikelilingi oleh banyak perempuan. Dan tak pernah sekali pun terlihat berdua bersama laki-laki. Bahkan ketika harus berurusan dengan para kader atau politisi dari partai pun, Ivona lebih sering mengirim asisten kepercayaannya untuk berbicara dengan mereka.Ivona hanya datang saat pertemuan besar. Dan tak ingin terlihat berdua bersama seorang laki-laki. Tidak peduli apa pun status laki-laki itu serta sepenting apakah laki-laki itu di sistem kenegaraan.Ivona menatap secara saksama asisten kepercayaannya yang tiba-tiba saja memasuki ruangannya tanpa ia hubungi lebih dulu. Elaine Yuri. "Maaf jika saya mengganggu waktu Anda. Namun saya rasa Anda harus melihat berita ini," ujar Yuri menyodorkan tablet miliknya."Berita? Apakah ada yang penting?" tanya Ivona mengambil tablet itu."Komisaris polisi dan anak perempuannya diculik."Ivona membaca berita itu. Keningnya mengkerut. Be
Ven berada di luar balkon dengan ukuran cukup luas dengan posisi bisa melihat secara utuh area gerbang masuk sampai seluruh taman yang ada di depan rumah.Itu adalah rumah pribadinya. Yang tentu saja ia beli menggunakan uang ayahnya baru-baru ini. Dan ia membeli rumah itu memang untuk merencanakan penculikan itu.Ia berada di luar sana bersama dengan Yuki Yamazaki. Seorang Yakuza terkenal berdarah dingin yang tak pernah membiarkan lawannya hidup setelah melihat keberadaannya.Dan ada Serena yang pingsan di atas kursi roda bersama mereka berdua di balkon."Bukankah ini personil kita terlalu banyak kalau hanya untuk mengurus satu orang saja?" tanya Yuki menatap segala anak buahnya yang berjaga di halaman."Lebih baik sedia payung sebelum hujan bukan?" tanya Ven balik."Tapi saya rasa satu anggota saya saja cukup untuk mengalahkan anak itu.""Entah kenapa aku meragukan hal itu. Aku sempat melawan laki-laki itu dan kemampuannya benar-benar di luar pemikiran manusia.""Hee, aku jadi penasa
Yuki dan Ven terkejut. Benar, Yoshiro datang. Namun tidak sendirian. Laki-laki itu datang bersama dengan Keenan berserta seluruh anggota White Owl.White Owl tidak mungkin bergerak karena laki-laki muda itu. Menandakan bahwa ada orang di balik kedatangan mereka. Seseorang yang memiliki kekayaan sampai bisa menggerakkan seluruh anggota White Owl yang ada."Tetaplah berada di sini," ujar Yuki pada Ven.Yuki loncat dari balkon. Melihat Yuki yang berjalan menuju ke arah Keenan pun, membuat seluruh pasukan Yamazaki berkumpul dan berjalan di belakang Yuki.Di situlah kedua kelompok besar saling berhadapan satu sama lain. White Owl yang sedang berada di puncak rantai kejahatan. Dan kelompok Yamazaki yang digadang-gadang akan bisa melengserkan White Owl dari puncak kejayaannya."Kenapa kamu bergerak? Siapa yang mengirimmu?" tanya Yuki menatap Keenan."Aturan pertama. Merahasiakan orang yang memesan jasa apa pun kondisinya," balas Keenan."Jarang sekali melihat kalian berkumpul secara penuh se
Keadaan seketika berubah 180°. Yoshiro yang tadinya hanya bisa bertahan dan menerima pukulan Ven, kini berhasil menyerang dan mengimbangi pergerakan Ven.Pergerakan Yoshiro sangat lincah. Dengan pukulan yang kekuatannya tak pernah bisa dibendung oleh pertahanan Ven. Bahkan Ven yang tadinya memegang kendali, kini hanya bisa bertahan sembari membiarkan Yoshiro berdansa dengan ritme cepat dan kekuatan yang mematikan.Keenan yang awalnya tadi menatap kagum kemampuan Yoshiro pun harus melirik ke arah kirinya saat ia merasakan ada sosok asing yang tiba-tiba saja muncul di sana. Dan benar. Ada seorang laki-laki menggunakan jas setelan hitam. Membawa payung yang terbuka walau tidak turun hujan.Aewon So. Tangan kanan sekaligus orang kepercayaan perdana menteri, Martin Mcknight. Seorang mantan prajurit khusus yang tak pernah terkalahkan sekalipun saat sedang dalam Medan perang."Sepertinya akhir-akhir ini dunia bawah mulai bermunculan anak iblis," ujar Aewon menyalakan rokok yang sudah dihampi
Serena membuka matanya. Ia cukup kebingungan saat melihat ada di sebuah gang kecil yang benar-benar sepi dengan orang lewat. Hanya ada dirinya di antara dinding. Dan di hadapannya ada sebuah lampu penerang jalan serta sebuah tong sampah besar.Serena memegang kepalanya. Terasa sakit. Dan saat itulah Serena bisa mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Ada yang menabrak mobilnya dan memisahkannya dengan ayahnya.Serena mulai panik. Menatap ke arah belakang karena di depannya benar-benar tidak ada orang. Mencoba meminta pertolongan jika memang ada orang di belakang sana.Namun belum benar-benar tubuh dan kepala Serena menghadap ke arah belakang, kepalanya lebih dulu ditahan dan diarahkan kembali ke arah depan."Tenang saja. Kita akan pergi dari sini sebentar lagi. Aku butuh sedikit waktu istirahat," ujar seorang laki-laki dari arah belakangnya.Kening Serena mengkerut saat mendengar saat mendengar suara itu. Serena mengenal suara itu. Suara Yoshiro. Namun ia tidak bisa melihat ke arah bel
Kazue mendorong kursi roda Serena memasuki ruangan rawat inap. Mereka sedang berada di Rumah Sakit Central untuk memeriksakan kondisi tubuh Honpil, Serena, dan Yoshiro.Honpil dan Serena tidak mendapatkan luka serius. Hanya sebuah luka-luka kecil. Yang mendapatkan luka serius adalah Yoshiro. Membuat Yoshiro belum sadar sampai detik ini dan harus dirawat sementara di rumah sakit itu.Namun saat ini bukanlah Yoshiro yang sedang ingin Serena kunjungi. Melainkan seorang perempuan paruh baya yang sedang dirawat di ruangan Celius nomor 1.Sheila dan Serena sama-sama saling menatap penuh kebingungan. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Sheila mengira bahwa Serena salah masuk ruangan. Sedangkan Serena bingung harus berkata apa."Maaf, tapi sepertinya kamu salah ruangan," ujar Sheila tersenyum lebar ke arah Serena."Tidak. Saya memang ingin menemui Anda," balas Serena sesaat setelah Kazue memberhentikan kursi rodanya tepat di samping kasur Sheila."Pergilah. Aku akan menghubungimu setel
Yoshiro mulai bisa membuka matanya. Tubuhnya terasa sakit. Ia tidak bisa bangun. Hanya kepalanya saja yang bisa ia gerakan.Saat ia menggerakkan kepalanya ke arah kanan. Ia melihat ada seorang perempuan sangat cantik duduk di sofa ruangan dengan kemeja berwarna putih. Dan blazer yang ia sandarkan pada tangan sofa. Perempuan itu sedang menatap ke arahnya.Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri untuk apa seorang perempuan yang menduduki posisi sebagai pemimpin Partai Unity itu berada di sana. Ivona Olivia."Apakah kamu tidak panik? Aku sedang menculikmu sekarang," tanya Ivona menyilangkan kakinya."Menculik saya?" tanya Yoshiro lalu melihat ke arah segala arah ruangan. Memastikan di manakah ia berada sekarang.Terlihat seperti ruangan inap rumah sakit. Namun tempatnya terasa sangat berbeda. Ada banyak sekali barang atau benda yang tidak ada di ruangan ibunya dirawat. Kasur penunggu, beberapa sofa bed, kulkas, dan masih ada banyak sekali fasilitas yang hanya bisa ditemukan di ruangan VVI
Yoshiro membuka matanya. Pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan yang ia yakin itu adalah ruangan direktur, atau lebih tepatnya ruangan Fei. Yoshiro mengingat kejadian di mana ia diberi minum dan kehilangan kesadarannya. Ia jatuh ke lantai. Namun kepalanya sama sekali tidak merasakan sakit akibat kerasnya lantai. Ia merasa ada sesuatu yang lembut menjadi bantalan dari kepalanya. Dan saat ia mencari tau ternyata itu adalah paha dari seorang Ivona. Ivona duduk di lantai dengan bagian punggung bersandar di tembok, sedangkan Yoshiro masih dalam posisi tidur terlentang di atas lantai dan menggunakan paha Ivona sebagai bantalan. Ivona dalam keadaan sadar dan melihat dengan jelas Yoshiro sudah membuka matanya. Ivona menggerakkan tangannya. Mengelus kening Yoshiro dengan lembut. "Kenapa kamu berada di sini?" tanya Yoshiro. "Tidak ada. Aku hanya bosan di rumah," balas Ivona menggeleng pelan. "Ap
Ivona berlari kencang menuju ke ruangan kerjanya dulu setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Fei. Ia membuka pintu dan melihat tubuh Yoshiro yang sedang terkapar di lantai.Ivona berjalan cepat masuk ke arah dalam dan membiarkan pintu tertutup dengan sendirinya. Namun saat beberapa langkah ada yang mencengkeram tangannya dan mendorong tubuhnya menjauh.Fei muncul. Tidak membiarkan Ivona mendekat ke arah Yoshiro."Apa yang kamu lakukan sebenarnya? Apakah kamu ingin meruntuhkan perusahaan yang susah payah keluarga kita bangun? Apakah kamu mau merusak nama baik keluarga hanya karena laki-laki seperti dia?" tanya Fei dengan nada keras."Apa yang kamu tau? Sejak awal kamu tidak ada di sisiku. Kamu tidak ada saat aku menjatuhkan pilihanku padanya. Lalu mengapa kamu bersikap seakan-akan mengerti akan segala kondisiku?" tanya Ivona berjalan mendekati Fei dengan mata melotot."Lalu menurutmu aku harus diam saja saat dia dekat dengan seorang la
Fei dan Yoshiro berjalan dari lantai satu ke lift. Tujuan lantai 65. Fei baru saja datang setelah mengunjungi perusahaan cabang. Sedangkan Yoshiro baru saja selesai mengumpulkan dokumen yang harus diserahkan dan ditandatangani oleh Fei.Menurut Fei, Yoshiro bisa melakukan segala pekerjaannya dengan baik dan cepat. Kekurangan Yoshiro hanyalah tidak bisa bekerja penuh waktu. Laki-laki itu masih bekerja paruh waktu dikarenakan sekolah. "Apa kamu berniat untuk bekerja di sini setelah lulus?" tanya Fei setelah pintu lift terbuka dan masuk ke dalam lift."Saya belum memikirkan itu. Saya masih berada di tingkat High School. Dan masih kelas dua. Saya masih butuh satu tahun untuk lulus dari sana. Dan berniat untuk melanjutkan kuliah," jawab Yoshiro mengikuti Fei masuk ke dalam lift. "Aku lupa kalau kamu masih tujuh belas tahun. Masih terlalu dini untukmu memikirkan pekerjaan seperti ini. Lalu kenapa adik bodohku itu menyerahkan pekerjaan ini padamu?"
Ivona kembali ke rumah Yoshiro setelah dari salon. Yuri mengantarkannya menggunakan mobil. Ivona sampai rumah tepat sesaat setelah matahari terbenam. Yang mengartikan bahwa Yoshiro juga sudah berada di dalam rumah.Ivona masuk ke dalam rumah. Ingin mengejutkan Yoshiro dengan penampilan barunya. Rambut yang tadinya sepanjang pinggang, kini sudah ia potong sepanjang bahu. Dengan model layer hair, membuat penampilan Ivona berbeda dari sebelumnya.Ivona mendengar suara dari arah kamarnya. Ia berpikir bahwa Yoshiro mungkin saja ada di sana untuk membersihkan kasur. Ivona melangkahkan kakinya ke sana. Dan benar. Ada Yoshiro di dalam sana."Yoshiro," ujar Ivona dengan wajah sangat gembira.Yoshiro berbalik. Menatap Ivona. Ia sadar ada yang berbeda dari penampilan Ivona. Rambut. Yoshiro diam dalam waktu yang cukup lama dengan pandangan mengarah pada rambut Ivona."Itu terlihat sangat cocok denganmu," ujar Yoshiro tersenyum lebar."Benark
Ivona masuk ke dalam kamar Yoshiro. Ada Serena yang sudah tertidur dalam kondisi miring membelakangi sisi kasur yang kosong. Ivona duduk lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Terasa lebih empuk dari kasur yang ia gunakan di rumah Yoshiro. Namun entah mengapa terasa ada yang kurang. Walau sama-sama ada dua orang di kasur yang sama. Ivona merasa tidak nyaman dengan keberadaan Serena. Sejak awal ia tau bahwa Serena akan tinggal di apartemen itu, ia benar-benar ingin menolak dan menyuruh perempuan itu pergi. Namun ia tidak bisa melakukan itu karena Sheila sudah nyaman dengan keberadaan perempuan itu. "Sejak kapan Anda mengenal Yoshiro?" tanya Serena sedikit mengejutkan Ivona. "Aku tidak memiliki waktu untuk mengingat kejadian kecil seperti itu," balas Ivona. "Kalau begitu, bagaimana bisa Yoshiro bekerja untuk Anda?" "Dia tidak bekerja untukku. Dia bekerja untuk kakakku. Dia akrab dengan sekretarisku."
Ivona dan Yuri berada di balkon. Mereka membiarkan udara malam menerpa wajah cantik mereka. Sedangkan Yoshiro, Sheila, dan Serena sudah berada di kamar. Bersiap untuk tidur."Jadi bagaimana keadaan kantor?" tanya Ivona menaruh kedua tangannya di atas railing balkon."Semua baik-baik saja. Kakak Anda sangat paham perihal bisnis dan cara mengelola perusahaan. Jadi saya rasa Anda bisa tenang dan menggunakan waktu yang ada untuk istirahat," balas Yuri."Apakah Anda berniat untuk mengambil kembali perusahaan?" tanya Yuri melirik Ivona."Tidak. Aku akan membiarkannya untuk sementara," jawab Ivona."Benar katamu, aku akan mencoba menikmati kondisi yang sekarang. Lagipula ada Yoshiro di sisiku. Dia lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan apa yang aku pikirkan sebelumnya. Tanpa aku sadari, semua kebutuhanku bisa dipenuhi olehnya," lanjut Ivona.Yuri pun mendengarnya bahwa Yoshiro masih berada di kantor pusat. Menjadi asisten utama Fei O
Ada total lima orang di meja makan. Dengan meja makan penuh dengan berbagai makanan. Mulai dari daging, sayuran, dan beberapa makanan instan yang sudah digoreng.Empat orang perempuan. Dan satu laki-laki. Sheila, Serena, Yuri, Ivona, dan Yoshiro. Serena sendiri sudah diberitahu lebih awal kalau rekan kerja Yoshiro sering datang untuk makan malam bersama. Serena sudah menyiapkan diri untuk bertemu dan berbicara dengan mereka. Namun Serena tidak menyangka bahwa rekan kerja Yoshiro adalah Ivona Olivia. Seorang ketua umum dari Partai Unity. Dan pemilik dari berbagai perusahaan yang sudah berdiri di berbagai titik.Seorang perempuan yang bahkan tidak akan pernah bisa Serena tandingi. Baik secara kecantikan, pencapaian, dan kesuksesan."Sangat jarang sekali kamu bisa datang untuk makan malam bersama," ujar Sheila pada Yuri."Untuk sementara waktu, saya dipindahkan ke kantor cabang. Sehingga saya memiliki banyak waktu lenggang," jawab Yuri."Apa
Serena terkejut saat melihat ada sepatu laki-laki di rak sepatu. Memikirkan kondisi yang ada, Serena menebak bahwa sepatu itu milik Yoshiro. Laki-laki itu kembali ke apartemen karena perintah dari Sheila."Aku pulang," ujar Serena dengan ragu melangkah ke arah ruang tengah.Serena melihat ke sekitar. Sampai pada satu titik ia mendapati ada dua orang yang sedang duduk berhadapan di meja makan. Serena meletakkan tasnya di sofa dan berjalan menuju ke arah meja makan. Tebakannya benar. Ada Sheila dan Yoshiro di sana. Sheila menatap ke arah Serena. Memberikan isyarat melalui mata dan gerakan kepala pada Serena untuk duduk di kursi kosong di samping Yoshiro. Serena duduk. Suasana hatinya yang tadinya terasa nyaman tiba-tiba merasa khawatir."Apakah kamu sudah mengatakan pada Serena?" tanya Sheila menatap ke Yoshiro."Aku akan pergi ke luar negeri setelah ajaran tahun ini berakhir," ujar Yoshiro menyandarkan punggungnya pada kursi."Su
Ivona memasuki area dapur. Menatap ke seorang laki-laki menggunakan kemeja putih yang sedang memasak. Ivona berpikir bahwa laki-laki itu pasti sedang kelelahan sekarang. Karena jadwal laki-laki itu sangatlah padat. Pagi sampai siang, Yoshiro harus bersekolah. Lalu sepulang sekolah, Yoshiro harus ke kantor untuk menjadi asisten Fei. Dan ketika pulang ke rumah, laki-laki itu harus mengurus pekerjaan rumah. Memasak, menyapu, mencuci. Berbanding terbalik dengan Ivona yang seharian hanya tidur di kasur dan memainkan ponselnya."Tunggu saja di kamar atau ruang tengah," ujar Yoshiro masih fokus memotong kecil cabai."Aku bosan seharian di rumah," keluh Serena mendekat ke sisi Yoshiro."Bukankah ini baik untukmu? Kamu sudah bekerja sangat keras beberapa tahun belakangan. Jadi ambillah waktu untuk istirahat lebih banyak. Tidak perlu memikirkan tentang pekerjaan. Biar aku saja yang bekerja.""Apa kamu tidak lelah?""Tidak juga.