Yuki dan Ven terkejut. Benar, Yoshiro datang. Namun tidak sendirian. Laki-laki itu datang bersama dengan Keenan berserta seluruh anggota White Owl.White Owl tidak mungkin bergerak karena laki-laki muda itu. Menandakan bahwa ada orang di balik kedatangan mereka. Seseorang yang memiliki kekayaan sampai bisa menggerakkan seluruh anggota White Owl yang ada."Tetaplah berada di sini," ujar Yuki pada Ven.Yuki loncat dari balkon. Melihat Yuki yang berjalan menuju ke arah Keenan pun, membuat seluruh pasukan Yamazaki berkumpul dan berjalan di belakang Yuki.Di situlah kedua kelompok besar saling berhadapan satu sama lain. White Owl yang sedang berada di puncak rantai kejahatan. Dan kelompok Yamazaki yang digadang-gadang akan bisa melengserkan White Owl dari puncak kejayaannya."Kenapa kamu bergerak? Siapa yang mengirimmu?" tanya Yuki menatap Keenan."Aturan pertama. Merahasiakan orang yang memesan jasa apa pun kondisinya," balas Keenan."Jarang sekali melihat kalian berkumpul secara penuh se
Keadaan seketika berubah 180°. Yoshiro yang tadinya hanya bisa bertahan dan menerima pukulan Ven, kini berhasil menyerang dan mengimbangi pergerakan Ven.Pergerakan Yoshiro sangat lincah. Dengan pukulan yang kekuatannya tak pernah bisa dibendung oleh pertahanan Ven. Bahkan Ven yang tadinya memegang kendali, kini hanya bisa bertahan sembari membiarkan Yoshiro berdansa dengan ritme cepat dan kekuatan yang mematikan.Keenan yang awalnya tadi menatap kagum kemampuan Yoshiro pun harus melirik ke arah kirinya saat ia merasakan ada sosok asing yang tiba-tiba saja muncul di sana. Dan benar. Ada seorang laki-laki menggunakan jas setelan hitam. Membawa payung yang terbuka walau tidak turun hujan.Aewon So. Tangan kanan sekaligus orang kepercayaan perdana menteri, Martin Mcknight. Seorang mantan prajurit khusus yang tak pernah terkalahkan sekalipun saat sedang dalam Medan perang."Sepertinya akhir-akhir ini dunia bawah mulai bermunculan anak iblis," ujar Aewon menyalakan rokok yang sudah dihampi
Serena membuka matanya. Ia cukup kebingungan saat melihat ada di sebuah gang kecil yang benar-benar sepi dengan orang lewat. Hanya ada dirinya di antara dinding. Dan di hadapannya ada sebuah lampu penerang jalan serta sebuah tong sampah besar.Serena memegang kepalanya. Terasa sakit. Dan saat itulah Serena bisa mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Ada yang menabrak mobilnya dan memisahkannya dengan ayahnya.Serena mulai panik. Menatap ke arah belakang karena di depannya benar-benar tidak ada orang. Mencoba meminta pertolongan jika memang ada orang di belakang sana.Namun belum benar-benar tubuh dan kepala Serena menghadap ke arah belakang, kepalanya lebih dulu ditahan dan diarahkan kembali ke arah depan."Tenang saja. Kita akan pergi dari sini sebentar lagi. Aku butuh sedikit waktu istirahat," ujar seorang laki-laki dari arah belakangnya.Kening Serena mengkerut saat mendengar saat mendengar suara itu. Serena mengenal suara itu. Suara Yoshiro. Namun ia tidak bisa melihat ke arah bel
Kazue mendorong kursi roda Serena memasuki ruangan rawat inap. Mereka sedang berada di Rumah Sakit Central untuk memeriksakan kondisi tubuh Honpil, Serena, dan Yoshiro.Honpil dan Serena tidak mendapatkan luka serius. Hanya sebuah luka-luka kecil. Yang mendapatkan luka serius adalah Yoshiro. Membuat Yoshiro belum sadar sampai detik ini dan harus dirawat sementara di rumah sakit itu.Namun saat ini bukanlah Yoshiro yang sedang ingin Serena kunjungi. Melainkan seorang perempuan paruh baya yang sedang dirawat di ruangan Celius nomor 1.Sheila dan Serena sama-sama saling menatap penuh kebingungan. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu. Sheila mengira bahwa Serena salah masuk ruangan. Sedangkan Serena bingung harus berkata apa."Maaf, tapi sepertinya kamu salah ruangan," ujar Sheila tersenyum lebar ke arah Serena."Tidak. Saya memang ingin menemui Anda," balas Serena sesaat setelah Kazue memberhentikan kursi rodanya tepat di samping kasur Sheila."Pergilah. Aku akan menghubungimu setel
Yoshiro mulai bisa membuka matanya. Tubuhnya terasa sakit. Ia tidak bisa bangun. Hanya kepalanya saja yang bisa ia gerakan.Saat ia menggerakkan kepalanya ke arah kanan. Ia melihat ada seorang perempuan sangat cantik duduk di sofa ruangan dengan kemeja berwarna putih. Dan blazer yang ia sandarkan pada tangan sofa. Perempuan itu sedang menatap ke arahnya.Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri untuk apa seorang perempuan yang menduduki posisi sebagai pemimpin Partai Unity itu berada di sana. Ivona Olivia."Apakah kamu tidak panik? Aku sedang menculikmu sekarang," tanya Ivona menyilangkan kakinya."Menculik saya?" tanya Yoshiro lalu melihat ke arah segala arah ruangan. Memastikan di manakah ia berada sekarang.Terlihat seperti ruangan inap rumah sakit. Namun tempatnya terasa sangat berbeda. Ada banyak sekali barang atau benda yang tidak ada di ruangan ibunya dirawat. Kasur penunggu, beberapa sofa bed, kulkas, dan masih ada banyak sekali fasilitas yang hanya bisa ditemukan di ruangan VVI
Yoshiro menunggu di depan gerbang. Menunggu Serena yang baru saja turun dari mobil dan sedang dibantu duduk di kursi roda oleh supir pribadinya.Tidak lama setelah mobil itu melenggang pergi, Yoshiro baru berjalan mendekat ke arah Serena. Mendorong kursi roda perempuan itu memasuki area sekolah."Siapa yang membawamu?" tanya Serena tidak lama setelah Yoshiro memegang kursi rodanya."Aku tidak paham dengan apa yang kamu tanyakan," balas Yoshiro dengan santai."Kamu tidak berada di rumah sakit. Menurut dokter, kamu dipindahkan ke rumah sakit. Siapa yang memindahkanmu?""Entahlah. Lagipula kenapa kamu penasaran terkait hal itu? Bukankah itu tidak ada hubungannya denganmu?""Aku rasa kamu benar."Yoshiro masih belum ingin menceritakan tentang Ivona kepada Serena. Karena untuk saat ini prioritasnya tertuju pada Serena. Setelah tugasnya selesai, baru ia akan memikirkan tentang tawaran yang diajukan oleh Ivona."Apakah tidak masalah kamu masuk sekolah hari ini? Bukankah seharusnya kamu memin
Sesuai apa yang dikatakan oleh Yoshiro tadi, Yoshiro membawa Serena ke sebuah danau. Yang di sekitarnya terdapat rerumputan hijau.Namun tidak sesuai dengan apa yang direncanakan oleh Yoshiro tadi. Serena tidak berlatih berjalan. Serena hanya diam. Menatap ke arah danau. Serena diam seribu bahasa. Mengisyaratkan bahwa Serena marah atas apa yang dilakukan oleh Yoshiro tadi. Menyerahkan kursi rodanya pada Brain.Yoshiro pun mengerti akan hal itu. Yoshiro duduk di rerumputan. Di samping kursi roda Serena. Membuka kotak persegi panjang berisikan ice cream yang baru saja ia beli tadi. Ia membeli dua. Dan satunya ia serahkan pada Serena."Makanlah sebelum mencair," ujar Yoshiro setelah berhasil membuka kotak ice cream miliknya sendiri.Serena hanya diam. Menatap ke arah danau. Tanpa memperdulikan kotak ice cream yang ada di pangkuannya."Bukankah kamu masih mencintainya? Lalu di mana salahku?" tanya Yoshiro menggunakan sendok kecil untuk mengeruk ice cream yang ada di kotak itu."Apakah aku
Yoshiro kembali ke apartemen mewah yang disewa oleh Ivona untuk dirinya. Benar-benar luas. Dan perabotan yang ada di dalamnya memiliki nilai yang sangat fantastis.Yoshiro berjalan menuju ke arah sofa. Atau lebih tepatnya ke meja yang ada di depan sofa. Menatap sebuah koper berwarna hitam diletakkan di sana entah oleh siapa.Yoshiro penasaran dengan hal itu. Membuatnya membuka koper itu. Di bagian atas, ada beberapa kertas. Lalu pada bagian bawahnya ada jubah berwarna hitam dan sebuah topeng wajah serigala berwarna merah yang menutup bagian kening sampai bagian bawah hidung saja.Telepon Yoshiro berdering. Nomor tidak dikenal. Membuat Yoshiro memiliki firasat bahwa koper hitam itu memiliki kaitannya dengan orang yang menelponnya sekarang. Membuatnya menjawab sambungan telepon itu tanpa pikir panjang."Sembunyikan koper itu di lokasi yang tidak bisa ditemukan oleh orang lain. Aku tidak mau tau, semua berkas dan jubah yang ada di dalam sana harus pergi dari ruanganmu sebelum matahari te
Yoshiro bersantai di dalam bathtub yang berisikan dengan air hangat. Menatap ke arah televisi berukuran 43 inci yang terpasang di dinding. Menyimak berita siaran ulang tentang Ivona yang mengadakan konferensi pers terkait pemecatan Nova Wesl. Yoshiro belum bertemu dengan Ivona sehingga Yoshiro belum tau alasan pasti mengapa perempuan itu mengambil tindakan itu. Yoshiro menatap ke arah pintu masuk yang jaraknya cukup jauh dari bathtub saat mendengar suara gagang pintu. Dan secara kebetulan perempuan yang muncul di siaran ulang, kini muncul di hadapannya. Mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Melepaskan sepatu hak tinggi dan segala pakaian kerjanya. "Di mana ibumu?" tanya Ivona menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuhnya. "Saya tidak tau. Tapi kemungkinan ibu saya sedang keluar untuk membeli bahan makanan makan malam," jawab Yoshiro menyalakan suara televisi sekeras mungkin supaya suara mereka tidak keluar dari luar. "A
Kemampuan bertahan milik Yuki. Teknik pukulan milik Aewon. Dan teknik tendangan milik Keenan. Martin melihat itu semua pada diri Yoshiro saat ini. Membuat Martin merasa sedikit tertarik dengan bakat yang dimiliki oleh anak muda itu.Meniru kemampuan beladiri orang lain dan menyempurnakan semua teknik dari berbagai orang dalam satu tubuh. Itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dan Martin tidak pernah melihat itu sebelumnya.Sedangkan di satu sisi lain, Keenan merasa ada yang aneh. Yoshiro terlihat seperti bergerak di luar kendali. Seakan-akan ada yang mendorongnya untuk segera menyelesaikan pertarungan itu dengan cepat. Tidak seperti Yoshiro biasanya yang selalu menikmati segala pertarungan dan suka mengulur waktu."Hujan, 'ya? Apakah karena ini?" tanya Keenan menatap ke arah luar kaca. Atau lebih tepatnya ke arah air hujan yang turun sangat deras.Semua orang yang mafia, Yakuza, ataupun kelompok pembunuh bayaran tau bahwa Aewon sangat berbahaya saat huj
Martin menatap secara saksama pertarungan yang terjadi di gedung olahraga. Yoshiro menggunakan tangan kosong. Dan Galil menggunakan pedang katana. Keuntungan penuh ada di sisi Galil. Hanya saja Martin merasa bahwa pertarungan yang ada tidak berjalan sesuai dengan keinginan Galil. Seakan-akan Galil bertarung sesuai dengan kemauan Yoshiro. Semua orang yang ada di sana pun menyadarinya bahkan Yoshiro tidak sama sekali merasakan tekanan atas kondisi yang menguntungkan Galil. Tidak ada satupun tebasan Galil yang dapat mengenai titik vital Yoshiro. Dan Yoshiro terus bisa bergerak ke sana ke mari sesuka hatinya. "Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Martin pada Aewon. "Mengulur waktu. Dia selalu seperti itu. Bertarung sesuka hatinya di awal. Dan mulai serius setelah mendapatkan luka fatal," balas Aewon mengamati pergerakan Martin. "Bukankah kamu sudah pernah bertarung dengannya sebelumnya? Lalu mengapa dia masih ber
Yuri masuk ke dalam ruangan kerja Ivona setelah menjawab sebuah sambungan telepon. "Yoshiro bertemu dengan perdana menteri dan memprovokasinya," ujar Yuri melaporkan keadaan yang ada.Ivona diam sejenak. Ia mengenal baik bagaimana sikap Martin. Tidak mungkin orang sepertinya akan meladeni tingkah anak kecil seperti Yoshiro. Sehingga Ivona yakin kalaupun memang ada pertarungan di sana, maka yang akan bertarung bukanlah Martin ataupun orang bawaan Martin."Siapa yang akan dilawan oleh Yoshiro?" tanya Ivona mengambil ponselnya."Galil Fal. Pengawal dari Keluarga Wesl," jawab Yuri. "Wesl? Bukankah kepala keluarga mereka anggota partaiku?" "Benar. Nova Wesl. Dan anaknya Ethan Wesl."Ivona bukanlah tipe ketua partai yang sering menghabiskan waktu bersama dengan anggota partainya. Apalagi dengan anggota partainya yang berjenis kelamin laki-laki. Ivona bahkan tidak pernah mau datang jika seandainya ada undangan minum yang ber
Pertemuan antara orang tua dilaksanakan di sekolah. Untuk membahas beberapa hal termasuk progam studi lanjutan, serta penerimaan hasil laporan sementara terkait nilai siswa.Itu dilaksanakan di dua hari yang berbeda. Hari pertama akan didatangi oleh orang tua dari murid kelas elite. Sedangkan hari kedua didatangi oleh orang tua dari murid kelas beasiswa.Hari ini adalah hari di mana para orang tua murid kelas elite menampilkan kekayaaan yang mereka punya. Mereka membawa mobil yang sangat mahal. Menggunakan setelan jas serta barang-barang mewah. Serta membawa pengawal dengan nama besar.Martin Mcknight. Seorang perdana menteri datang dan menjadi pusat perhatian. Tubuh laki-laki itu benar-benar besar, melebihi tubuh orang pada umumnya. Serta dipenuhi oleh otot. Membuat semua orang yang melihat kedatangan perdana menteri itu tidak berani bertindak macam-macam."Sepertinya baru kali ini kita bertemu setelah sekian lama," ujar Martin menatap seorang la
Kazue dan Serena berdiri di sisi danau. Menikmati hawa dingin dari angin malam. Serena baru saja selesai melakukan pemeriksaan rutin. Ia tidak mau langsung pulang ke rumah karena di rumah tidak ada siapa pun. Ayahnya sedang ada tugas di luar. Sehingga Serena meminta Kazue untuk membawanya ke danau yang pernah dikunjunginya bersama Yoshiro. Jika saja saat itu Yoshiro tidak membawanya ke sana, Serena tidak akan tau bahwa ada danau dengan pemandangan sebagus itu sampai detik ini. "Dari mana Nona Muda tau tentang danau ini?" tanya Kazue berdiri di belakang kursi roda Serena. "Yoshiro pernah membawaku ke sini," balas Serena. "Sepertinya pengetahuannya tentang tempat-tempat sepi seperti ini cukup bagus." "Tempat ini lebih bagus jika datang sesaat sebelum matahari terbenam." "Benarkah? Saya akan datang lain waktu untuk memeriksanya." Suasana hening. Serena menikmati keindahan air danau
Ivona bangun dalam kondisi terkejut saat melihat ada seorang perempuan melintas di hadapannya. Ia memegang dengan sempurna selimut yang menutupi tubuhnya. Ia teringat bahwa ia sedang berada di apartemen Yoshiro.Selama ini, ia berada di apartemen Yoshiro untuk tidur bersama laki-laki itu. Menghabiskan malam bersama sampai lupa waktu. Ia berpikir bahwa ia ketiduran saat sedang melakukan itu bersama dengan Yoshiro. Dan masih dalam kondisi telanjang. Namun ternyata tidak. Ia masih menggunakan kemeja putih miliknya. Terkejutnya Serena membuat Sheila dan Yoshiro yang berada di sana pun ikut terkejut. "Kenapa? Apakah ada yang salah?" tanya Sheila menatap Ivona dengan cemas."Tidak. Aku hanya bermimpi buruk," balas Ivona memegang keningnya. Yoshiro datang membawa sebotol air mineral dingin yang ia ambil dari kulkas dan memberikannya pada Ivona. Ia tidak tau apa yang terjadi pada perempuan itu. Namun setidaknya dengan seteguk air putih bisa me
Sheila baru saja kembali dari supermarket untuk membeli beberapa sayur dan daging menggunakan kartu kredit milik Yoshiro. Ia berniat untuk memasak sebelum Yoshiro datang. Anaknya itu akan datang sedikit lebih malam karena pekerjaannya ada yang belum selesai. Saat sampai di unit apartemen milik Yoshiro, Sheila mendapati pintu apartemennya terbuka sedikit. Ia berpikir bahwa mungkin saja Yoshiro datang lebih awal. Namun setelah ia masuk dan menutup pintu rapat-rapat, ia mendapati sepatu hak tinggi berwarna hitam. Itu bukan miliknya ataupun milik Yoshiro. Menandakan bahwa ada orang lain di dalam sana. Sheila masuk ke area ruang tamu. Ia mendapati seorang wanita yang sangat cantik sedang duduk di sofa. Seorang wanita dengan kulit seputih salju. Rambut hitam berkilau sepanjang pinggang. Dan badan ideal yang terlihat jelas walau sedang menggunakan kemeja berwarna putih. "Siapa?" tanya Sheila setelah sadar dari lamunannya. "Ah, ini
Brain dan Ethan duduk di kursi VVIP pada gedung sikuit balap milik Keluarga Mcknight. Mereka menatap ke arah lintasan kosong tanpa mobil balap. Mereka hanya ingin menghabiskan waktu di sana. Dengan makanan dan minuman yang menumpuk di meja depan mereka. Dan Aewon serta Galil yang berdiri di belakang kursi mereka. "Siapa laki-laki itu?" tanya Ethan masih mempertanyakan siapakah sebenarnya laki-laki yang tadi menjemput Serena."Yoshiro. Aku lupa nama panjangnya. Tapi yang jelas, dia pengawal Serena sampai kaki Serena bisa berjalan lagi," balas Aewon."Apakah dia memang menjengkelkan seperti itu?" "Terkadang. Tapi dia juga sudah beberapa kali membantuku. Aku rasa dia tidak terlalu buruk."Aewon masih belum mengerti Yoshiro sepenuhnya. Karena memang laki-laki itu datang dan pergi sesuka hatinya sendiri. Aewon tidak pernah benar-benar memiliki waktu untuk mengenal lebih dalam siapakah Yoshiro sebenarnya."Apa dia memang sekuat itu s