Di kampus, Dika baru saja mendengar kepergian Satria dari Devan. “Pantas dia tidak ada!” Dia berdecak karena Satria pergi bersama Isabella walaupun itu hal yang wajar.“Jangan benci Satria, bagaimanapun kita teman satu geng.” Bukan menasihati karena Devan juga membenci Satria, tetapi tidak dengan status Satria yang adalah anggota geng yang sama.“Dia terus menyakiti Abel. Sekarang saya semakin berjauhan dengan Abel, saya khawatir.” Dika mendesah panjang saat mengatakan isi hatinya.“Dia memang brengsek, tapi setidaknya dia tidak KDRT!” Devan mendengus karena Satria tidak dapat menghapus rasa cintanya pada Naura.Dika menyadari kebencian yang menyelimuti Devan, dan dia mendukungnya hingga Dika menyeringai. Lagipula dia pikir Satria memang pantas dibenci karena terlalu brengsek.Komunikasi Satria dan anggota gengnya tetap lancar, terutama dengan Devan jadi mereka tetap bertukar informasi termasuk hari ini saat Satria mengatakan jika kawan-kawan gengnya akan mengunjungi kota tempat Devan
“Papa rasa lebih baik jangan. Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri, terutama Satria. Biarkan Satria yang mengatasi isi dari rumah tangganya, salah satunya merawat Abel yang sedang sakit.” Haris menyampaikan isi kepalanya yang berkebalikan dengan Mia.Mia mendesah kecewa saat mendengar jawaban suaminya. “Pa, bagaimana kalau Satria tetap membiarkan Abel? Kasihan Abel ....”“Papa rasa Satria tidak akan selamanya seperti itu. Maka dari itu, untuk saat ini biarkan saja dulu mereka.” Haris tersenyum lembut pada Mia seiring menggenggam tangan istrinya itu. “Papa tahu Mama mengkhawatirkan Abel, tapi kalau Mama berada di antara mereka, kapan mereka akan belajar. Terutama Satria karena putra kita yang butuh banyak sekali pelajaran hidup.”Jadi, terpaksa Mia mengurungkan niatnya saat hatinya menyimpan seribu gelisah. Namun, justru Dika yang pergi mengunjungi kota yang kini ditinggali Isabella. Dia juga tahu alamat rumah Satria setelah bertanya pada Naura.Dika pergi tanpa sepengetahua
Satria tidak menginterograsi Isabella, tetapi esoknya dia segera menemui Dika yang menginap di hotel tidak jauh dari rumahnya. “Abel hamil anak kamu?” Dia tidak berbasa-basi, tetapi Dika hanya berdecak berang.Pagi-pagi sekali Satria menghubungi Dika dan blak-blakan mengatakan tentang kehadiran Dika yang terpantau CCTV, maka tidak berselang lama mereka bertemu di sini, di kamar hotel yang ditiduri Dika semalam.Saat ini Dika tidak berkata apapun dan Satria hanya duduk santai di sofa seiring menyalakan rokok juga menyaksikan televisi. “Kalau Abel bukan hamil anak kamu, tidak mungkin sekarang kamu di sini,” ucap santainya, tetapi membuat lawan bicaranya geram.Selama beberapa detik Dika tetap hening, lalu bertanya, “Apa Abel menyebutkan kalau dia hamil anak saya?” Pun, nada suara Dika sama santainya dengan Satria walaupun diawal dia menunjukan emosinya.Satria menyunggingkan bibirnya. “Pertanyaan kamu aneh. Emang ada ya, orang yang ngaku selingkuh?” Sebelah alisnya terangkat saat menata
“Apa yang kalian lakukan di sini!” Haris menghardik dua orang anak muda di hadapannya. Satria adalah putranya yang beberapa hari lalu kabur dari rumah, sedangkan Isabella adalah perawat magang yang membantu merawat Satria.Segera, Satria membuka matanya lalu bangun dari tidurnya. Dan dia barusaja mengetahui jika Isabella berada di atas dadanya. “Pa?” Kebingungan sedang melanda pikirannya. Keadaan ini tidak pernah terduga.Haris tidak berbasa-basi. Dia mengarahkan tinju tepat di ujung bibir putranya, lalu menghardik Isabella yang berdiri tidak jauh dari Satria. “Kamu seorang perempuan. Di mana harga diri kamu!”Satria meringis kesakitan, tubuhnya segera roboh ke atas lantai setelah mendapatkan serangan dari ayahnya.Haris belum berhenti. “Jadi kalian berzina di sini! Kamu pergi dari rumah dengan perempuan yang merawat kamu, datang ke villa untuk berzina. Kalian keterlaluan sekali!” Saat ini amarah Haris sedang menggebu maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Mia-istrinya ada di sisiny
Isabella mengerti situasi yang sedang dihadapinya, tetapi kalimat yang keluar dari mulut Satria terdengar menyakitkan karena ucapan Satria seolah menggambarkan kehidupan rumah tangga mereka yang buruk dan mungkin bagaikan neraka. “Saya tidak akan meminta apapun dari kamu, kecuali satu hal.” Tatapan Isabella dipenuhi sendu karena dia harus menghadapi kehancuran hidupnya.Satria melirik dingin sesaat. “Jangan berharap saya akan mengabulkan permintaan kamu!”“Hanya satu. Tolong jaga sikap kamu di depan orangtua kita, saya tidak ingin mereka bersedih saat tahu isi pernikahan kita ....” Dunia Isabella sudah rubuh, tetapi dia masih mencoba berdiri tegap dan tetap menggapai cita-cita apapun yang terjadi. Dia tidak ingin menyia-nyiakan usaha orangtuanya selama ini.Raut wajah Satria sangat datar, dan tatapannya sangat dingin. “Hari ini saya tetap ke kampus. Kalau mau pergi ke rumah sakit, pergi saja dengan sopir.” Satria berlalu meninggalkan Isabella yang hanya mampu menatap punggungnya yang
Aksi tidak terpuji yang dilakukan Satria tidak berlangsung lama karena akhirnya dia diinterograsi polisi, lalu Haris datang pada malam hari, tepatnya pukul tujuh. Orang pertama yang ditemuinya adalah menantunya yang terlihat tidak baik-baik saja, tubuhnya menggigil ketakutan. “Nak, papa minta maaf mewakili Satria.”Isabella mengangguk kecil dengan wajah pucat. Lalu, Haris kembali berkata dengan lembut, “Mama akan segera datang. Mama akan menjemput kamu.” Tidak banyak yang bisa dilakukan Haris pada menantunya yang kini duduk di atas kursi dengan keadaan menggigil ketakutan. Lalu, dia menemui Satria yang sedang diamankan polisi. “Apa yang kamu lakukan? Kapan kamu akan berubah!”Polisi segera menghampiri dan menyuruh mereka membicarakan hal ini secara kekeluargaan. Beberapa lama kemudian, Haris sudah lebih tenang, tetapi tidak dengan hatinya. “Papa mendengar kamu menerobos jalan tol, kamu kebut-kebutan membawa Abel. Di mana otak kamu!” Suaranya terjaga walau membentak.Satria tidak menga
Mia dan Satria tiba di ruang tengah saat obrolan Haris dan Isabella berakhir. “Beristirahatlah ....” senyuman lembut Mia mengarah pada putra dan menantunya. Jadi, kini Satria dan Isabellla masuk ke dalam kamar.“Apa yang kamu bicarakan sama papa?” tanya dingin Satria.“Tentang yang tadi.” Isabella tidak bertele-tele dan tidak menyembunyikan apapun.“Orangtua kamu tahu?” Tatapan Satria segera menyelidik.“Tidak.” Isabella menatap Satria, tetapi Satria tidak terlihat sebagaimana suami, justru sejak peristiwa tadi Isabella selalu merasa jika Satria adalah ancaman.“Katakan saja!”“Heuh?” Tentu saja ucapan Satria di luar dugaan Isabella.“Kalau kamu mengadu, ada kemungkinan orangtua kamu semakin tidak menyukai saya, dan mungkin tidak lama lagi orangtua kamu meminta saya menceraikan kamu. Itu bagus.” Kini, Satria menyeringai.“Saya tidak akan mengatakan apapun pada mama dan papa.” Kalimat Satria berbanding terbalik dengan orangtuanya. Itu mengejutkan, tetapi setelah mendengar alasannya, Is
Saat ini tatapan Satria dan Isabella saling bertemu, keduanya tidak berhenti saling menatap hingga beberapa saat, kemudian Satria meninggalkan Isabella begitu saja. Malam ini dia kembali tidur di sofa.Isabella merasa malam ini selamat walaupun dia yakin seharusnya tidak boleh memiliki perasaan seperti ini, tetapi karena keadaan mereka sedang rumit, Isabella pikir jika malam pertama mereka terjadi malam ini, itu sama sekali bukan hal baik.Isabella menyodorkan selimut ke arah Satria yang sedang bermain handphone, tetapi dia sempat melihat layar handphone milik Satria yang isinya foto Naura. Hatinya sakit, tetapi ini kenyataan yang sejak awal dia ketahui. “Pakai selimut untuk menjaga kesehatan, cuaca sedang dingin.” Suaranya masih lembut dan santun.“Simpan saja.” Suara datar dan dingin Satria yang sudah mematikan layar handphonenya.“Kamu bisa tidur di kasur,” tawaran Isabella, tetapi bukan berarti dia murahan seperti yang dipikirkan Satria. Wanita ini hanya tidak ingin Satria kedingi