Setelah puas memuntahkan isi perutnya, barulah ia keluar dari kamar mandi dan berbaring kembali di atas tempat tidur.Ingin rasanya membangunkan istrinya, dan mengadu. Namun rasanya tidak tega, mengingat Hana yang baru saja tertidur selesai mengerjakan ibadah shalat subuh. Bila kondisi sakit seperti ini, ia hanya ingin bermanja-manja dengan istrinya dan meminta perhatian lebih.Tangannya menempel di pelipis keningnya dan melakukan gerak memijat. Ia berharap rasa pusing di kepalanya bisa sembuh seketika. Tubuhnya yang terasa amat lemas setelah memuntahkan semua yang di makannya, kini membutuhkan waktu untuk beristirahat agar memulihkan kembali tenaganya.***"Abang bangun, ini sudah jam berangkat ke kantor." Hana yang baru saja terbangun melihat suaminya masih tidur di sebelahnya. Daffin membuka matanya ketika mendengar suara Hana yang membangunkannya. "Badan Abang rasanya nggak enak dek "Abang Kenapa?" tanya Hana ketika melihat wajah suaminya yang tampak pucat."Kepala abang pusi
"Daffin apa tidak ke kantor?" Surya memandang meja makan yang hanya berisi dirinya bersama dengan istrinya.Mita menggelengkan kepalanya. "Nggak tahu pa, kok belum turun ya. Sampai jam segini." Dipandangnya ke arah tangga."Bi mau ke mana?" Mita memandang Tugiyem yang sedang membawa baki."Mau ke kamar ibu Hana, Bu, soalnya tadi ibu Hana minta antarkan sarapan ke kamar." Bi Tugiyem menjelaskan."Kenapa?" Mita mengerutkan keningnya."Nggak tahu Bu, tapi ini ada minta wedang jahe, biasanya kalau minum wedang jahe, bila masuk angin," jelas ucap tugiyem.Mita mengangguk kan kepalanya. "Antar aja dulu ke atas bi" perintahnya. "Apa Hana morning sickness, ya pa?" Mita memandang suaminya. "Nanti mama cek ya." Surya menggigit roti isi dagingnya."Iya pa." Melihat gejala hamil Hana yang mengalami morning sickness seperti ini, membuat Mita cemas. "Ma, papa langsung berangkat ya. Kalau Hana mengalami morning sickness, beri tahu saja tentang kehamilannya. Atau Mama coba ajak Hana ke dokte
"Gimana kondisi kamu?" Surya memandang putranya. Ia bertanya , ketika mereka sedang makan malam."Mualnya cuman pagi tadi aja pa, gitu siang sudah enak makan." Daffin makan dengan lahap. Apa yang tadi pagi dikeluarkannya, kini harus digantinya lagi, agar tenaganya kuat lagi."Kamu nikmati saja yang seperti itu." Surya tersenyum."Kenapa gitu pa?" tanya Daffin. Ia berharap, bahwa yang dialaminya pagi tadi tidak akan terulang lagi. "Kamu pilih mana, kamu yang ngalami hal seperti itu, atau istri kamu?" Surya memberi pertanyaan pilihan untuk putranya.Hana yang sedang makan, tidak terlalu fokus dengan apa yang saat ini dibicarakan papa mertua dan suaminya. Ia hanya menikmati menu yang saat ini disantapnya sambil ngobrol dengan mama mertua. Selama ini, papa dan suaminya hanya sibuk cerita tentang bisnis. Karena dia tidak mengerti, jadi sering tidak menghiraukan. Daffin tidak mengerti dengan pertanyaan dari papanya. "Maksudnya pa?" tanyanya."Kamu pilih mana? kamu yang ngalangin muntah
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja, Daffin menyimpan data yang tadi dikerjakannya di folder penyimpanan di laptopnya. Ia kemudian memadamkan laptop dan meninggalkan ruang kerja.Daffin berjalan menuju ke kamarnya di lantai atas dan berharap Hana belum tidur. Mengingat saat ini belum terlalu malam.Dibukanya pintu kamar secara pelan-pelan dan melihat Hana yang duduk di atas tempat tidur. "Lagi apa?" Ia berjalan mendekati tempat tidur. Pria itu kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil memandang piring yang ada di pangkuan istrinya."Belajar buat ngantuk bang, jadi Hana makan buah, biar nggak ngantuk. Lagian mau makan yang lain-lain, takut tambah gendut." Hana tersenyum dan menggigit buah yang saat ini ada di tangannya."Adek makan apa?" tanya Daffin yang penasaran."Mangga," jawab Hana."Kenapa warnanya tidak kuning?" Daffin melihat daging mangga yang berwarna putih. Meskipun tahu bahwa mangga yang dimakan istrinya, mangga muda, namun tetap saja ia bertanya."Biar mata
Susi begitu sangat menyayangi anaknya. Apapun yang diinginkan Berliana akan selalu diturutinya. Penghasilan yang didapat Berliana menjadi artis tidaklah begitu besar. Berhubung ia tidak termasuk kedalam artis yang memiliki pembayaran tinggi. Sedangkan untuk dunia tarik suara, karir Berliana bersinar, karena suaranya yang masuk kategori biasa-biasa saja. Selama ini penghasilannya di dunia hiburan akan habis untuk berfoya-foya. Susi tidak menyangka bahwa sikapnya yang begitu sangat menyayangi, akan berakhir dengan cara yang seperti ini. Dulu Berliana, memiliki uang yang nominal besar di rekening. Apartemen mewah, dan mobil. Semua itu, Daffin yang memfasilitasi. Namun pada saat putrinya melarikan diri di saat beberapa hari acara pernikahannya berlangsung, membuat Daffin begitu sangat marah. Susi sudah mencoba untuk menyelamatkan dirinya dan berharap dengan mengorbankan Hana untuk menjadi istri pengganti Daffin. Pria itu tidak mencabut semua fasilitas yang dinikmatinya selama ini. N
"Apa yang biasanya, keluar banyak dek?" Daffin mengulum senyumnya."Abang jangan pura-pura nggak tahu." Hana mencubit pinggang suaminya.Daffin tertawa ketika mendengar ucapan istrinya. "Beneran ini nggak tahu apa, sayang," ucapnya dengan gaya genit."Selai strawberry, makanya Hana gak minta pembalut." Hana menjelaskan dengan kesal."Oh ternyata dari situ bisa keluar selai strawberry ya, kalau selai nanas ada nggak? dengan sengaja Daffin menggoda istrinya.Hana menggelengkan kepalanya."Terus ?" Daffin kembali dengan topik yang sedang dibahas saat ini. "Bulan ini belum dapat." Hana memajukan bibirnya. "Apa karena haidnya nggak lancar ya, makanya perutnya jadi besar." Hana mulai menebak-nebak penyebab perutnya yang menjadi besar seperti sekarang. perutnya yang rata, kini sudah menonjol bahkan terkesan seperti orang hamil 3 bulan."Sepertinya ini masalah yang serius dek, apa mau kita periksa?" Daffin tampak panik."Tunggu 2 minggu lagi." Hana mengangkat dua jarinya."Kenapa nungguin
Setelah melakukan lobi ke ketua jurusan, pada akhirnya, ia diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan dan menyaksikan istrinya yang sedang ujian. Kini ia menjadi penonton, meskipun bukan seorang mahasiswa. Selain meminta untuk menonton secara langsung, Daffin juga meminta agar jadwal ujian istrinya tidak terlalu lama, mengingat saat ini kondisi Hana yang sedang berbadan dua. Hana tersenyum ketika melihat suaminya yang memang benar-benar menemaninya ujian bahkan ikut serta masuk ke dalam ruangan ujiannya."Segitu cintanya bang Daffin, sampai-sampai istrinya ujian ditungguin." Nara memandang Hana.Hana hanya tersenyum malu ketika mendengar ucapan sahabatnya. Sejak tadi dirinya sudah sangat banyak mendengar teman-temannya mentertawakan, bukan hanya temannya saja, dosen pembimbing 1 dan 2, dosen yang akan mengujinya, juga ikut mentertawakan. Sekarang sahabatnya, juga ikut serta, hingga membuat Hana kesal. "Sudah dikasih tahu tadi nggak usah ikut, tapi dianya ngotot." Hana mengecilkan suaran
"Abang kantor ya sayang." Daffin senyum memandang Hana yang mengantarnya hingga ke teras depan. "Iya, hati-hati," jawab Hana."Adek kenapa, pagi ini kelihatannya beda?" Daffin memandang istrinya.Hana tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Coba cerita sama abang, biar abang tahu. Siapa tahu nanti abang punya solusinya." Daffin berkata dengan memegang kedua belah tangan istrinya. Ingin sekali ia tahu seperti apa perasaan Hana dan apa yang menjadi permasalahan yang saat ini mengganjal di hatinya. Ia tidak ingin bila Hana memiliki permasalahan namun tidak diungkapkan, sehingga akan berpengaruh terhadap janinnya. "Nggak ada kok, cuman pengen tidur aja," jawab Hana."Oh iya, belum ada tidur pagi ini." Daffin tersenyum. Biasanya, istrinya akan tidur setelah shalat subuh, namun pagi ini Hana, tidak tertidur setelah selesai salat subuh."Iya," jawab Hana."Ya sudah, kalau gitu. Tidur ya, Abang berangkat dulu.""Iya." Hana menjawab dengan singkat"Apa benar nggak mau main-main ke kantor?"