"Andro, anak anak akan segera pulang."Andro menengok ke arah istrinya. "Pulanglah bersama Hans, nanti aku akan menyusul. Aku akan menemani Oma dulu.""Aku tidak mungkin meninggalkan Oma.""Tidak apa," ucap Andro dengan suara yang pelan dan lembut. "Kau pergi saja, aku akan menjaga Oma."Mendengar perdebatan kecil di belakangnya membuat Oma kesal, dia menoleh pada kedua pasangan di belakangnya itu. "Pergi saja kalian berdua, Oma tidak apa-apa sendiri. Kalian malah membuat Jeta terganggu.""Maaf, Oma," ucap Raya yang hendak mendekat tapi ditahan oleh sang suami.Andro menggeleng sebagai isyarat. "Kita biarkan Oma sendirian dulu oke? Besok kita kembali bersama anak anak.""Siapa yang akan menjaga Oma di sini?""Ada pelayan setianya yang cerewet.""Jeta sedang sakit dan terbaring, bagaimana dia bisa menjaga Oma?" tanya Raya.Oma kembali mendesah malas. "Keluarlah dan berdoa supaya Jeta cepat sadar. Sana!”Andro melakukannya, dia mendekat pada Oma dahulu dan memeluknya dari belakang. “Oma
"Sayang, kau tidak apa?" Tanya Andro pada putrinya."No," ucap Mentari yang berdiri dibantu oleh Andro."Apa ada yang sakit?" Tanya Andro."No," jawab Mentari lagi."Lain kali jangan lompat lompat seperti itu."Gala yang melihat kotak makan siang Mentari terpental itu segera mengambilnya. Karena penasaran bagaimana bentuknya sekarang, Gala membukanya. Kemudian Gala tertawa, "Ahahahaha, lihat bentuknya jadi aneh."Mentari segera memeriksanya, dan wajah sedihnya membuat Gala semakin tertawa."Ahahahaha, itu bukan hello kitty, tapi hello barongsai.""Huaaaa, Mommy!"***Di sekolah, kelompok bermain Mentari dan Gala terpisah. Anak anak laki laki dan perempuan sengaja terpisah. Mereka hanya disatukan untuk pelajaran tertentu saja, hal ini ditunjukan agar mereka saling menghargai satu sama lainnya.Seperti saat ini, anak anak sedang mengadakan turnamen olahraga. Gala sang ketua kelas itu mendekat pada kelas adiknya."Hallo, Gala," sapa anak perempuan lain melihat anak laki-laki tampan itu d
Ternyata, Andro membawa Raya ke sebuah tempat konstruksi untuk memperlihatkan pembangunan hotel yang sedang dilakukan. Saat ini yang dilakukan Raya adalah membantu Andro mengonsep beberapa kamar khusus untuk keluarga.Raya dengan senang hati melakukannya, membantu pekerjaan suaminya membuatnya merasa berguna.Namun, jika sampai selarut ini, Raya juga merasa keberatan. Dia melihat jam yang menunjukkan waktu hampir tengah malam."Sayang, ayo pulang."Andro yang sedang memeriksa berkas itu perlahan pura pura menatap jam di tangannya. "Sebentar lagi, Sayang.""Anak anak sendirian di rumah," ucap Raya yang merasa khawatir.Andro menarik napasnya dalam, dia menggeleng. "Kan kita sudah memanggil pelayan juga Nana, jadi mereka pasti baik baik saja.""Kalau begitu aku yang tidak baik baik saja, apa kau tega membuat aku yang sedang hamil ini bekerja sampai larut malam?"Dan pertanyaan itulah yang membuat Andro tidak bisa berkutik, akhirnya dia berdehem. "Baiklah, ayo pulang.""Bawa pekerjaan it
Gala menunduk saat sedang dinasehati oleh ibunya, dia menyesal menggunakan kaos kaki buatan tangan ayahnya untuk calon adiknya nanti.Raya tidak pernah berniat memarahi, dia hanya menasehati. "Tidak apa apa, Sayang. Mommy tahu kau tidak sengaja.""Maaf, Daddy.""Its okay," jawab Andro saat melihat wajah putranya sendu. Dia tidak bisa melihatnya seperti ini, membuat Andro segera datang dan menggendongnya lalu menciumnya.Saat digendong, Gala menangis dalam diam. Dan Andro merasakan itu, tapi justru membuatnya tertawa, "Ayolah, Gala. Its okay, Daddy sudah memaafkanmu. Sudah jangan menangis."Sedangkan Mentari yang melihat di sana itu tersenyum menahan tawa, yang mana membuat Raya segera memberinya tatapan penuh isyarat agar tidak membuat kekacauan. "Jangan tertawa, Sayang."Mentari menggigit bibir bawahnya dan berlari menuju kamar dimana Oma menginap. Di sana dia melihat Oma masih terlelap, yang mana membuatnya segera naik ke atas ranjang. "Oma!""Opa!" teriak Oma yang terkejut dan bang
"Terima kasih, Mommy Raya," ucap anak perempuan yang merupakan sahabat dari Mentari.Raya tersenyum dan mengatakan, “Sama sama, makanlah cemilan ini dengan baik.""Apa Gala akan bergabung?""Gala sedang tidur, jangan khawatir, dia tidak akan mengganggu kalian."Raya tersenyum kemudian keluar dari kamar itu meninggalkan kedua anak itu bersama. Raya sedikit khawatir dengan orangtua Cantika yang belum kunjung menjemputnya.Raya memberi isyarat agar Nana mendekat kemudian bertanya, "Apakah orangtuanya sudah dihubungi?""Sudah, mereka masih dalam perjalanan. Sebelumnya mobilnya mogok di sebuah desa.""Sekarang sudah diperbaiki?""Sudah kembali berjalan."Raya mengangguk paham, dia hanya khawatir pada anak perempuan yang terlihat cemas dengan keberadaan orangtuanya itu."Apa Gala tidur?""Iya, Nyonya. Dia bersama dengan Nyonya Besar."Gala memang tidur bersama Oma di rumah baru Oma, itu membuat Mentari senang karena tidak ada gangguan dari saudaranya.Dan saat Raya sedang sibuk mempersiapka
"Oma, aku sedikit khawatir," ucap Raya saat dia membaca pesan yang masuk."Ada apa memangnya?" tanya Oma mendekat dan melihat isi pesan Raya.Ternyata di sana Andro mengirim pesan dan menjelaskan kalau dirinya ada di pasar tradisional dengan anak anak.Sebenarnya Raya memang berencana membawa anak anak ke sana untuk memperlihatkan sisi lain dari kehidupan yang selama ini mereka jalani, tapi karena kehamilannya Raya jadi waspada. Dan dia khawatir kalau Andro melakukan pendekatan yang salah pada anak anak saat berada di pasar tradisional hingga membuat anak-anaknya tidak merasa senang berada disana."Aku khawatir anak tidak happy, mereka selalu manja pada daddy nya, jadi mungkin mereka akan melakukan sesuatu yang menyusahkan.""Berpikir positif saja, Ria. Itu lebih baik untuk kandungan mu."Raya menarik napas dalam dan memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya sendiri.Dan saat mereka sedang merapikan pakaian Oma yang belum selesai sejak kemarin, Jeta datang. "Nyonya Besar, saya suda
"Dimana Andro?" tanya Oma yang masih memperlihatkan wajah kesalnya, dia melihat Raya datang ke rumahnya sendirian. "Apa dia tertinggal di sana?""Andro sedang berkemas.""Dia mau kemana?""Mengunjungi adik adiknya sekalian untuk mendatangi pernikahan Prabu dan Manda.""Kau tidak akan ikut Ria?""Aku rasa tidak, Oma. Kondisiku sedang seperti ini, Oma tahu aku mudah lelah."Oma mengangguk anggukan kepalanya paham. "Kau memang seharusnya istirahat saja. tapi apakah dia akan baik baik saja? bukannya pernikahan Prabu kira kira satu bulanan lagi?"Raya mengangguk. "Ada pekerjaan yang harus dia selesaikan juga," ucap Raya melihat Jeta yang sedang memasakan seblak untuk Oma."Apa kau tahu apa yang dilakukan lelaki tengikmu pada wajan kesayangan Oma?"Raya mengangguk, dia bergabung untuk duduk di karpet bersama Oma yang sedang memilihkan film yang akan diputar."Jadi jangan aneh jika Oma masih marah padanya oke?"Raya hanya mengangguk, bagaimanapun Oma sudah tua dan tingkahnya semakin lama sem
Malam ini, Raya tidur sendiri. Andro berangkat ke Amerika untuk menemui adik adiknya dan juga untuk mendapatkan tanda tangan dari chef kesukaan Oma.Karena merasa belum ngantuk, Raya keluar dari kamar dan menuju dapur."Anda ingin sesuatu, Nyonya?""Ya, buatkan aku churros.""Baik," ucap Nina yang segera membuatkannya.Raya terdiam menatap keluar jendela, rumah terasa sangat sepi. Apalagi anak anak ada di rumah Oma sedang menemani Oma yang masih marah dengan suaminya.Tidak butuh waktu lama, akhirnya Nina siap dengan churros nya."Ini, Nyonya. Anda ingin yang lain?""Aku merindukan suamiku," gumam Raya."Ya, Nyonya?""Tidak, lupakan saja," ucap Raya membawa piring berisi makanan kesukaannya menuju ke kamar. “Dan Nina, tolong bawakan aku teh hangat.""baik, Nyonya."Sambil menunggu teh hangatnya, Raya duduk di sofa yang menghadap ke halaman depan. Dia memakan churros di sana.Ketika mendengar suara langkah kaki, Raya berkata, "Simpan saja di meja, Nina.""Oke, Mommy."Seketika Raya men
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang