Malam ini, Raya tidur sendiri. Andro berangkat ke Amerika untuk menemui adik adiknya dan juga untuk mendapatkan tanda tangan dari chef kesukaan Oma.Karena merasa belum ngantuk, Raya keluar dari kamar dan menuju dapur."Anda ingin sesuatu, Nyonya?""Ya, buatkan aku churros.""Baik," ucap Nina yang segera membuatkannya.Raya terdiam menatap keluar jendela, rumah terasa sangat sepi. Apalagi anak anak ada di rumah Oma sedang menemani Oma yang masih marah dengan suaminya.Tidak butuh waktu lama, akhirnya Nina siap dengan churros nya."Ini, Nyonya. Anda ingin yang lain?""Aku merindukan suamiku," gumam Raya."Ya, Nyonya?""Tidak, lupakan saja," ucap Raya membawa piring berisi makanan kesukaannya menuju ke kamar. “Dan Nina, tolong bawakan aku teh hangat.""baik, Nyonya."Sambil menunggu teh hangatnya, Raya duduk di sofa yang menghadap ke halaman depan. Dia memakan churros di sana.Ketika mendengar suara langkah kaki, Raya berkata, "Simpan saja di meja, Nina.""Oke, Mommy."Seketika Raya men
Andro menatap adik adiknya yang sedang makan bersama. Bagaimana pun, mereka memiliki ibu yang sama.Andro mengusap kepala adik bungsunya sebelum keluar dari ruang makan. Tangan Andro memberi isyarat pada dua pengasuh di sana. "Perhatikan mereka dengan lebih baik jika ingin gajimu naik.""Baik, Tuan. Akan saya lakukan."Dan ketika Andro hendak keluar rumah, adik tertuanya melihat."Kau akan pergi?"Andro menengok. "Aku akan ke sini saat makan malam nanti. Ada yang harus aku lakukan.""Baiklah," jawab adik pria yang tertua. "Kau benar benar akan kembali?""Aku tidak pernah berbohong. Makan lah bersama yang lain, dan kuliah dengan benar supaya kau berguna untukku," ucap Andro sembari keluar.Walau pun mereka bersaudara, tetapi masih ada kecanggungan dalam diri Andro. Apalagi dalam ingatannya, ibunya meninggalkannya demi ayah dari adiknya itu.Saat keluar dari rumah itu, Hans sudah menunggu dengan mobil di sana."Kau menemukan alamat chef itu?""Ya, Tuan. Kita bisa coba pergi ke sana.""B
"Kurasa kita harus pulang," ucap Andro sambil tiduran di atas ranjang.Berbeda dengan Hans yang sedang memeriksa isi laptop, waspada jika ada beberapa berkas yang terlewatkan."Iya, Tuan?""Bagaimana dengan Oma?""Anda bisa menggantinya dengan hal lain.""Aku pikir begitu," gumam Andro.Dia melihat jam dan meminta Hans untuk membawa mereka dahulu ke rumah adik adik Andro.Dia ingin berpamitan ke sana karena besok Andro akan langsung ke bandara."Apa anak sulung ada di rumah?""Saya dengar dia keluar.""Kau beritahu dia dan katakan kalau aku akan pulang besok.""Anda bisa menghubunginya sendiri."Andro terdiam. Sebenarnya dia memiliki kecanggungan dengan saudara tertua setelahnya itu. "Tidak, kau saja. Aku akan menemui anak anak.""Baiklah, Tuan."Andro masuk untuk menemui adik adik kecilnya."Dimana mereka?" tanya Andro."Sedang beristihat, Tuan."Dan melihat mereka terlelap adalah kebahagiaan tersendiri untuk Andro. Dia malah ikut bergabung tertidur di sana, diantara adik adiknya yan
Andro bermain dengan anak anaknya sebelum mereka berangkat ke sekolah. Membawa kostum baru, Andro kini bermain kejar kejaran dengan anak anaknya. Andro memakai kostum hulk, dengan Gala yang memakai kostum power ranger dan Mentari sebagai elsa."Kutukan es telel!" teriak Mentari sambil mengangkat tangannya ke udara sebelum menyentuh lantai."Hwaaaakkk!" teriak Andro pura pura jatuh.Kemudian di susul oleh Gala yang berteriak, "Jurus power ranger me ji ku hi bi nu um!""Huaaaaa! Oek!" Andeo mengeluarkan lidahnya berakting seolah olah mati.Kedua anaknya berteriak girang. "Horeeeee! Ayo kita salapan.""Ayo."Andro membuka matanya melihat anak anaknya membuka kostum. "Kalian mau kemana?""Salapan, kami halus sekolah.""Tapi Daddy akan bangkit lagi."Gala menarik napasnya dalam. "Daddy, ingat umur. Jangan bermain terus, ayo makan.""Ayo, Daddy. Buka kostumnya, tidak baik belmain di pagi hali."Dan Andro hanya menatap kosong pada dinding. Melihat anak anaknya keluar dari kamar, Andro bergum
Raya terbangun, dia menyadari kalau suaminya tidak ada di sana.Beberapa menit terdiam, pintu hotel terbuka. Masuklah Andro dengan senyuman konyolnya."Hallo, Sayang?""Dari mana saja dirimu?""Menwmani Prabu mwnemui Kkekknya, Sayang.""Dan kau meninggalkanku?"Andro mengerucutkan bibirnya saat Raya mengeluarkan kata kata sinis. Dia mencium pipi sang istri. "Kau tidur dengan lelap.""Kau sengaja membuatku lelah supaya kau bisa kabur bukan."Andro tersenyuk kemudian berbisik, "Prabu tidak mencintai Manda. Dia jahat, Prabu ingin bebas. Dan kekangnya Kakeknya pada Prabu, membuatnya berubah.""Berubah bagaimana?""Prabu menjadi sedikit nakal, dia merokok dan minum lebih banyak.""Astaga, satabg sekali.""Semua bisa berubah dengan cepat, Sayang.""Lalu akhirnya bagaimana?""Mau bagaimana lagi besok Prabu berpesta. Artinya semuanya gagal.”Raya merasa bosan dengan pesta ini, dia melihat Rania yang tidak bisa leoaa dari Prabu. Jadi dia tidak ada teman bicara. Membuat Raya terlalu bosan, dia
Andro tersenyum puas ketika melihat pekerjaannya selesai. Dia tidak sabar untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarganya lagi.Andro menguap lebar dan bersiap siap untuk pulang, dia keluar dari ruangannya dengan penuh kebanggan.Ketika di dalam lift, Andro melihat panggilan dari Hans. Karena merasa tanggung, Andro mematikannya dan berniat menelpon kembali nanti di dalam mobil.Melangkah di basement, Andro kembali mendapat panggilan."Hallo, ada apa, Hans? Aku menyelesaikan semuanya. Kau bisa lihat.""Nyonya Raya ada di rumah sakit, Tuan.""Apa? Kenapa?""Dia terjatuh.""Kirim alamatnya padaku," ucap Andro segera mematikan telponnya.Dia segera mencari jalan tercepat saat mendapatkan alamat rumah sakit. Menyetir dengan terburu buru, Andro sampai di rumah sakit dengan Hans yang menunggu di lobi."Tuan?""Dimana Raya?""Dia masih ada di ruang operasi.""Operasi? Apa maksudmu?""Andro.....," ucap Oma yang mendengar suara cucunya.Andro menengok. "Oma?" dia segera mendekat pada Om
Raya melihat Gala yang berjalan sambil menarik mobil mainannya. Wajahnya terlihat sangat menggemaskan, tapi ekspresinya memperlihatkan kalau Gala ini memiliki sedikit sifat arrogant dari ayahnya.Yang mana membuat Raya sedikit khawatir, dengan apa yang akan terjadi dengan anaknya nanti. Dimana saat itu Andro tiba tiba memeluknya dari belakang dan mencium lehernya."Apa yang kau lihat, Sayang?""Ya, kita sedang melihat Gala. Ada apa dengannya?""Dia terlihat memiliki sifatmu.""Dia memang anakku," ucap Andro dengan sangat bangga. "Dia akan menjadi kebanggan kita nanti.""Tidak, Andro. Lihatlah bagaimana dia terlihat tengil."Andro memperhatikan apa yang dimaksud istrinya, dimana di sana Gala terlihat menggoda pengasuh baru yang cantik."Astaga, dia sudah pandai menggoda. Apa kau mengajarinya?""Tentu tidak, Sayang. Kenapa kau berfikir begitu?""Inilah alasan aku tidak ingin memperkerjakan wanita cantik, kalau bukan kau yang terjerat, anakku yang terjerat.""Dia hanya anak anak." Andro
"Aku harap Natal kali ini bisa berkumpul dengan Prabu dan Istrinya. Akan menyenangkan jika mereka berada di sini bersama kita.""Ya, tapi Oma rasa tidak mungkin. Memang harus ada yang dikorbankan setelah memiliki keluarga. Oma sulit meminta Prabu datang, mertuanya sakit sakitan, dia juga harus mengurusnya.""Rania hamil bukan?" tanya Raya."Iya, Tuhan memberkatinya. Dia akhirnya mengandung, meski di tengah pelik masalah anak Prabu yang lain.""Prabu pasti sangat senang.""Dia sudah tua, tentu dia bahagia tapi juga pusing karena sekali dapat dua, cucuku memang dua duanya luar biasa." Oma menjawab sambil memainkan ponselnya. Sampai dia menatap Raya yang sibuk melihat grafik keuangannya. "Oh ya, Ria.""Ada apa, Oma?""Oma ingin pergi mendaki bersama komunitas Oma.""Oma ikut komunitas mendaki?"Oma tersenyum malu dan mengangguk. "Ya, Oma merasa bosan. Lagipula ini memang khusus untuk manula seperti Oma. Lihatlah, Oma masih bugar, bukan?"Raya menatap Oma, memang benar Oma masih bugar. Ha