Raya terbangun, dia menyadari kalau suaminya tidak ada di sana.Beberapa menit terdiam, pintu hotel terbuka. Masuklah Andro dengan senyuman konyolnya."Hallo, Sayang?""Dari mana saja dirimu?""Menwmani Prabu mwnemui Kkekknya, Sayang.""Dan kau meninggalkanku?"Andro mengerucutkan bibirnya saat Raya mengeluarkan kata kata sinis. Dia mencium pipi sang istri. "Kau tidur dengan lelap.""Kau sengaja membuatku lelah supaya kau bisa kabur bukan."Andro tersenyuk kemudian berbisik, "Prabu tidak mencintai Manda. Dia jahat, Prabu ingin bebas. Dan kekangnya Kakeknya pada Prabu, membuatnya berubah.""Berubah bagaimana?""Prabu menjadi sedikit nakal, dia merokok dan minum lebih banyak.""Astaga, satabg sekali.""Semua bisa berubah dengan cepat, Sayang.""Lalu akhirnya bagaimana?""Mau bagaimana lagi besok Prabu berpesta. Artinya semuanya gagal.”Raya merasa bosan dengan pesta ini, dia melihat Rania yang tidak bisa leoaa dari Prabu. Jadi dia tidak ada teman bicara. Membuat Raya terlalu bosan, dia
Andro tersenyum puas ketika melihat pekerjaannya selesai. Dia tidak sabar untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarganya lagi.Andro menguap lebar dan bersiap siap untuk pulang, dia keluar dari ruangannya dengan penuh kebanggan.Ketika di dalam lift, Andro melihat panggilan dari Hans. Karena merasa tanggung, Andro mematikannya dan berniat menelpon kembali nanti di dalam mobil.Melangkah di basement, Andro kembali mendapat panggilan."Hallo, ada apa, Hans? Aku menyelesaikan semuanya. Kau bisa lihat.""Nyonya Raya ada di rumah sakit, Tuan.""Apa? Kenapa?""Dia terjatuh.""Kirim alamatnya padaku," ucap Andro segera mematikan telponnya.Dia segera mencari jalan tercepat saat mendapatkan alamat rumah sakit. Menyetir dengan terburu buru, Andro sampai di rumah sakit dengan Hans yang menunggu di lobi."Tuan?""Dimana Raya?""Dia masih ada di ruang operasi.""Operasi? Apa maksudmu?""Andro.....," ucap Oma yang mendengar suara cucunya.Andro menengok. "Oma?" dia segera mendekat pada Om
Raya melihat Gala yang berjalan sambil menarik mobil mainannya. Wajahnya terlihat sangat menggemaskan, tapi ekspresinya memperlihatkan kalau Gala ini memiliki sedikit sifat arrogant dari ayahnya.Yang mana membuat Raya sedikit khawatir, dengan apa yang akan terjadi dengan anaknya nanti. Dimana saat itu Andro tiba tiba memeluknya dari belakang dan mencium lehernya."Apa yang kau lihat, Sayang?""Ya, kita sedang melihat Gala. Ada apa dengannya?""Dia terlihat memiliki sifatmu.""Dia memang anakku," ucap Andro dengan sangat bangga. "Dia akan menjadi kebanggan kita nanti.""Tidak, Andro. Lihatlah bagaimana dia terlihat tengil."Andro memperhatikan apa yang dimaksud istrinya, dimana di sana Gala terlihat menggoda pengasuh baru yang cantik."Astaga, dia sudah pandai menggoda. Apa kau mengajarinya?""Tentu tidak, Sayang. Kenapa kau berfikir begitu?""Inilah alasan aku tidak ingin memperkerjakan wanita cantik, kalau bukan kau yang terjerat, anakku yang terjerat.""Dia hanya anak anak." Andro
"Aku harap Natal kali ini bisa berkumpul dengan Prabu dan Istrinya. Akan menyenangkan jika mereka berada di sini bersama kita.""Ya, tapi Oma rasa tidak mungkin. Memang harus ada yang dikorbankan setelah memiliki keluarga. Oma sulit meminta Prabu datang, mertuanya sakit sakitan, dia juga harus mengurusnya.""Rania hamil bukan?" tanya Raya."Iya, Tuhan memberkatinya. Dia akhirnya mengandung, meski di tengah pelik masalah anak Prabu yang lain.""Prabu pasti sangat senang.""Dia sudah tua, tentu dia bahagia tapi juga pusing karena sekali dapat dua, cucuku memang dua duanya luar biasa." Oma menjawab sambil memainkan ponselnya. Sampai dia menatap Raya yang sibuk melihat grafik keuangannya. "Oh ya, Ria.""Ada apa, Oma?""Oma ingin pergi mendaki bersama komunitas Oma.""Oma ikut komunitas mendaki?"Oma tersenyum malu dan mengangguk. "Ya, Oma merasa bosan. Lagipula ini memang khusus untuk manula seperti Oma. Lihatlah, Oma masih bugar, bukan?"Raya menatap Oma, memang benar Oma masih bugar. Ha
Mentari menunggu Gala di dalam mobil bersama Nana. Dia sesekali mengupil, merasa bosan.Nana yang melihat itu pun langsung menyodorkan tissue basah."Pakai ini, Nona.""Oh!" ucap Mentari terkejut dia telah didapati sedang mengupil oleh Nana. "Dala seling melalukannya, jadi Thali tidak sadal mengikuti.""Tidak apa, kotoran memang harus dikeluarkan di tempat yang tepat."Mentari menatap keluar jendela mobil. "Kenapa anak laki laki belum kelual?""Apa Tuan Gala mendapat kelas tambahan?" tanya Nana.Yang mana membuat Mentari menggeleng. "Aku lasa tidak."Sampai akhirnya anak laki laki yang memiliki wajah tampan itu keluar dari gedung dengan gerombolan anak laki laki lain dan juga diantarkan oleh guru mereka.Nana keluar untuk menjemput kedatangannya dan mempersilahkannya masuk mobil."Apa kau dihukum lagi? Kau menculi mangga?""Aku ditawari untuk masuk klub sepak bola.""Kau suka bukan?""Ya, tapi jika serius itu tidak menyenangkan.""Hah?" tanya Mentari tidak paham."Itu menyita waktu, a
"Oma mau mendaki?" tanya Andro pada akhirnya saat dia selesai bermain dengan sang istri.Kini Raya memeluknya sambil merebah di dada suaminya. Sambil mengusap perut Andro yang kotak, mencoba membujuk. kotak"Bolehkan?""Sayang, kau tahu bagaimana keadaan Oma. Kita tidak bisa berbohong kalau dia sudah tua, fakta itu tidak bisa dipisahkan," ucap Andro mengusap rambut Raya.Raya merasa khawatir dirinya tidak berhasil membujuk Andro agar memberi Oma izin."Aku tidak bisa mengizinkan Oma melakukan itu, nanti katakan padanya aku tidak mengizinkan."Raya menarik napas panjang kemudian bangun dari tidurnya."Sayang, mau kemana?""Memberitahu Oma.""Nanti saja, tidur di sini. Kau pasti kelelahan.""Oma mungkin menunggu, aku tidak bisa membiarkannya menunggu. Aku juga belum menemui anak anak.""Sayang," ucap Andro menahan tangan istrinya. "Kau tidak marah bukan?""Marah? Aku menghargai keputusanmu, memang berbahaya. Oke?""Kau akan kembali kesini bukan?"Raya tertawa kemudian memberikan Andro c
"Ini seharusnya.... Oh sayangku....."Pertama kalinya untuk kesekian kali, sekian lama, Andro tidak menggunakan pengaman. Rasanya lebih nyaman seperti ini, dia merasakan langsung kehangatan dari sentuhan antara kulit."Teruskan saja," bisik Raya di telinga suaminya dengan sensual.Andro tidak pernah bisa menahan godaan dari Raya, maka dari itu dia mulai menggerakan pinggulnya dengan menggila.Membuat dada Raya naik turun dibuatnya, dia dihimpit oleh Andro dan tembok, bagian bawahnya ditusuk tusuk begitu dalam hingga membuat dirinya mengerang. Apalagi bibir Andro menyedot ujung dada Raya dengan keras."Oh Sayang... akh...."Raya berguncang, tusukan Andro semakin dalam dan semakin cepat.Apalagi tangan nakal Andro turun memegang bokongnya."Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Raya saat tangan nakal Andro mengusapnya di sana. "Akh... jangan terlalu cepat....""Kau yang menggodaku," ucap Andro memegang erat bokong istrinya dan menghantam lebih keras sampai dia memasukan semua bagian milikn
Membuat Andro dan Raya saling menatap.Raya menurunkan Mentari. "Duduk tunggu di sini, ya.""Oke, Mommy."Andro dan Raya berjalan menuju ke pintu hendak ke kamar. Tapi sebelum Oma menyadari keberadaan mereka, Raya mendengar tangisan Oma. Dengan Gala yang terus berkata, "Sudah, Oma jangan menangis."Saat itulah Raya menarik Andro menjauh dari pintu. "Kau paham maksudku kan, Sayang."Andro terdiam. "Semakin tua seseorang, dia kembali ke masa kecil. Biarkan saja Oma melakukan apa yang dia mau, tapi berikan pengawalan. Paham kan? Kita tidak bisa selamanya melihatnya bahagia.""Sayang jangan katakan itu, itu membuatku sedih.""Maka dari itu... pilihannya.""Akan aku pertimbangkan lagi."Sementara itu, dikamar Oma sedang menangisi kuku cantiknya yang terpotong."Sudah, Oma jangan menangis. Nanti tumbuh lagi.""Lama sekali Oma memanjangkannya.""Kecelakaan bisa terjadi, ayo makan. Gala lapar.""Baiklah, Oma malah menangisi kuku Oma yang terpotong. Sekarang keluar duluan ya, nanti Oma menyusu