Mentari menunggu Gala di dalam mobil bersama Nana. Dia sesekali mengupil, merasa bosan.Nana yang melihat itu pun langsung menyodorkan tissue basah."Pakai ini, Nona.""Oh!" ucap Mentari terkejut dia telah didapati sedang mengupil oleh Nana. "Dala seling melalukannya, jadi Thali tidak sadal mengikuti.""Tidak apa, kotoran memang harus dikeluarkan di tempat yang tepat."Mentari menatap keluar jendela mobil. "Kenapa anak laki laki belum kelual?""Apa Tuan Gala mendapat kelas tambahan?" tanya Nana.Yang mana membuat Mentari menggeleng. "Aku lasa tidak."Sampai akhirnya anak laki laki yang memiliki wajah tampan itu keluar dari gedung dengan gerombolan anak laki laki lain dan juga diantarkan oleh guru mereka.Nana keluar untuk menjemput kedatangannya dan mempersilahkannya masuk mobil."Apa kau dihukum lagi? Kau menculi mangga?""Aku ditawari untuk masuk klub sepak bola.""Kau suka bukan?""Ya, tapi jika serius itu tidak menyenangkan.""Hah?" tanya Mentari tidak paham."Itu menyita waktu, a
"Oma mau mendaki?" tanya Andro pada akhirnya saat dia selesai bermain dengan sang istri.Kini Raya memeluknya sambil merebah di dada suaminya. Sambil mengusap perut Andro yang kotak, mencoba membujuk. kotak"Bolehkan?""Sayang, kau tahu bagaimana keadaan Oma. Kita tidak bisa berbohong kalau dia sudah tua, fakta itu tidak bisa dipisahkan," ucap Andro mengusap rambut Raya.Raya merasa khawatir dirinya tidak berhasil membujuk Andro agar memberi Oma izin."Aku tidak bisa mengizinkan Oma melakukan itu, nanti katakan padanya aku tidak mengizinkan."Raya menarik napas panjang kemudian bangun dari tidurnya."Sayang, mau kemana?""Memberitahu Oma.""Nanti saja, tidur di sini. Kau pasti kelelahan.""Oma mungkin menunggu, aku tidak bisa membiarkannya menunggu. Aku juga belum menemui anak anak.""Sayang," ucap Andro menahan tangan istrinya. "Kau tidak marah bukan?""Marah? Aku menghargai keputusanmu, memang berbahaya. Oke?""Kau akan kembali kesini bukan?"Raya tertawa kemudian memberikan Andro c
"Ini seharusnya.... Oh sayangku....."Pertama kalinya untuk kesekian kali, sekian lama, Andro tidak menggunakan pengaman. Rasanya lebih nyaman seperti ini, dia merasakan langsung kehangatan dari sentuhan antara kulit."Teruskan saja," bisik Raya di telinga suaminya dengan sensual.Andro tidak pernah bisa menahan godaan dari Raya, maka dari itu dia mulai menggerakan pinggulnya dengan menggila.Membuat dada Raya naik turun dibuatnya, dia dihimpit oleh Andro dan tembok, bagian bawahnya ditusuk tusuk begitu dalam hingga membuat dirinya mengerang. Apalagi bibir Andro menyedot ujung dada Raya dengan keras."Oh Sayang... akh...."Raya berguncang, tusukan Andro semakin dalam dan semakin cepat.Apalagi tangan nakal Andro turun memegang bokongnya."Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Raya saat tangan nakal Andro mengusapnya di sana. "Akh... jangan terlalu cepat....""Kau yang menggodaku," ucap Andro memegang erat bokong istrinya dan menghantam lebih keras sampai dia memasukan semua bagian milikn
Membuat Andro dan Raya saling menatap.Raya menurunkan Mentari. "Duduk tunggu di sini, ya.""Oke, Mommy."Andro dan Raya berjalan menuju ke pintu hendak ke kamar. Tapi sebelum Oma menyadari keberadaan mereka, Raya mendengar tangisan Oma. Dengan Gala yang terus berkata, "Sudah, Oma jangan menangis."Saat itulah Raya menarik Andro menjauh dari pintu. "Kau paham maksudku kan, Sayang."Andro terdiam. "Semakin tua seseorang, dia kembali ke masa kecil. Biarkan saja Oma melakukan apa yang dia mau, tapi berikan pengawalan. Paham kan? Kita tidak bisa selamanya melihatnya bahagia.""Sayang jangan katakan itu, itu membuatku sedih.""Maka dari itu... pilihannya.""Akan aku pertimbangkan lagi."Sementara itu, dikamar Oma sedang menangisi kuku cantiknya yang terpotong."Sudah, Oma jangan menangis. Nanti tumbuh lagi.""Lama sekali Oma memanjangkannya.""Kecelakaan bisa terjadi, ayo makan. Gala lapar.""Baiklah, Oma malah menangisi kuku Oma yang terpotong. Sekarang keluar duluan ya, nanti Oma menyusu
"Aku merindukan Oma. Maaf tidak memiliki banyak waktu dengan Oma."Membuat Oma mengusapnya pelan di sana. "Oma juga merindukan... jatah bulanan Oma."Raya sedang merapikan baju kedua anaknya sebelum berangkat ke sekolah."Nanti pulang cepat, oke? Kita akan ke rumah Uncle Prabu dan Aunty Rania.""Mereka benar akan pindah, Mom?""Iya, ke Amerika.""Amelika? Nanti tidak bisa beltemu lagi dengan Tari dong?"Raya tersenyum, "Tentu bisa, kita akan mengunjunginya nanti."Gala menghela napasnya dalam."Kenapa? Kau sedih, Sayang?""Tentu saja, nanti siapa yang akan membelikan Gala ice cream sepulang sekolah?""Sepulang sekolah? Oh, itu alasanmu terlambat?""Ahahaha, kau ketahuan dasal anak nakal."Ketika mereka bertiga sedang bicara, terdengar panggilan dari luar yaknu Andro. "Sayang, aku harus berangkat lebih cepat.""Baiklah, kita akan membicarakannya nanti oke?""Hah, Mommy akan memakanmu hidup hidup, Ales.""Tari, jangan menggoda saudaramu.""Tapi itu menyenangkan."Raya yang gemas mencium
"Aku merindukan Oma. Maaf tidak memiliki banyak waktu dengan Oma."Membuat Oma mengusapnya pelan di sana. "Oma juga merindukan... jatah bulanan Oma."Raya sedang merapikan baju kedua anaknya sebelum berangkat ke sekolah."Nanti pulang cepat, oke? Kita akan ke rumah Uncle Prabu dan Aunty Rania.""Mereka benar akan pindah, Mom?""Iya, ke Amerika.""Amelika? Nanti tidak bisa beltemu lagi dengan Tari dong?"Raya tersenyum, "Tentu bisa, kita akan mengunjunginya nanti."Gala menghela napasnya dalam."Kenapa? Kau sedih, Sayang?""Tentu saja, nanti siapa yang akan membelikan Gala ice cream sepulang sekolah?""Sepulang sekolah? Oh, itu alasanmu terlambat?""Ahahaha, kau ketahuan dasal anak nakal."Ketika mereka bertiga sedang bicara, terdengar panggilan dari luar yaknu Andro. "Sayang, aku harus berangkat lebih cepat.""Baiklah, kita akan membicarakannya nanti oke?""Hah, Mommy akan memakanmu hidup hidup, Ales.""Tari, jangan menggoda saudaramu.""Tapi itu menyenangkan."Raya yang gemas mencium
"Aku merindukan Oma. Maaf tidak memiliki banyak waktu dengan Oma."Membuat Oma mengusapnya pelan di sana. "Oma juga merindukan... jatah bulanan Oma."Raya sedang merapikan baju kedua anaknya sebelum berangkat ke sekolah."Nanti pulang cepat, oke? Kita akan ke rumah Uncle Prabu dan Aunty Rania.""Mereka benar akan pindah, Mom?""Iya, ke Amerika.""Amelika? Nanti tidak bisa beltemu lagi dengan Tari dong?"Raya tersenyum, "Tentu bisa, kita akan mengunjunginya nanti."Gala menghela napasnya dalam."Kenapa? Kau sedih, Sayang?""Tentu saja, nanti siapa yang akan membelikan Gala ice cream sepulang sekolah?""Sepulang sekolah? Oh, itu alasanmu terlambat?""Ahahaha, kau ketahuan dasal anak nakal."Ketika mereka bertiga sedang bicara, terdengar panggilan dari luar yaknu Andro. "Sayang, aku harus berangkat lebih cepat.""Baiklah, kita akan membicarakannya nanti oke?""Hah, Mommy akan memakanmu hidup hidup, Ales.""Tari, jangan menggoda saudaramu.""Tapi itu menyenangkan."Raya yang gemas mencium
"Aku merindukan Oma. Maaf tidak memiliki banyak waktu dengan Oma." Membuat Oma mengusapnya pelan di sana. "Oma juga merindukan... jatah bulanan Oma." Raya sedang merapikan baju kedua anaknya sebelum berangkat ke sekolah. "Nanti pulang cepat, oke? Kita akan ke rumah Uncle Prabu dan Aunty Rania." "Mereka benar akan pindah, Mom?" "Iya, ke Amerika." "Amelika? Nanti tidak bisa beltemu lagi dengan Tari dong?" Raya tersenyum, "Tentu bisa, kita akan mengunjunginya nanti." Gala menghela napasnya dalam. "Kenapa? Kau sedih, Sayang?" "Tentu saja, nanti siapa yang akan membelikan Gala ice cream sepulang sekolah?" "Sepulang sekolah? Oh, itu alasanmu terlambat?" "Ahahaha, kau ketahuan dasal anak nakal." Ketika mereka bertiga sedang bicara, terdengar panggilan dari luar yaknu Andro. "Sayang, aku harus berangkat lebih cepat." "Baiklah, kita akan membicarakannya nanti oke?" "Hah, Mommy akan memakanmu hidup hidup, Ales." "Tari, jangan menggoda saudaramu." "Tapi itu menyenangkan." Raya
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang