"Aku merindukan Oma. Maaf tidak memiliki banyak waktu dengan Oma." Membuat Oma mengusapnya pelan di sana. "Oma juga merindukan... jatah bulanan Oma." Raya sedang merapikan baju kedua anaknya sebelum berangkat ke sekolah. "Nanti pulang cepat, oke? Kita akan ke rumah Uncle Prabu dan Aunty Rania." "Mereka benar akan pindah, Mom?" "Iya, ke Amerika." "Amelika? Nanti tidak bisa beltemu lagi dengan Tari dong?" Raya tersenyum, "Tentu bisa, kita akan mengunjunginya nanti." Gala menghela napasnya dalam. "Kenapa? Kau sedih, Sayang?" "Tentu saja, nanti siapa yang akan membelikan Gala ice cream sepulang sekolah?" "Sepulang sekolah? Oh, itu alasanmu terlambat?" "Ahahaha, kau ketahuan dasal anak nakal." Ketika mereka bertiga sedang bicara, terdengar panggilan dari luar yaknu Andro. "Sayang, aku harus berangkat lebih cepat." "Baiklah, kita akan membicarakannya nanti oke?" "Hah, Mommy akan memakanmu hidup hidup, Ales." "Tari, jangan menggoda saudaramu." "Tapi itu menyenangkan." Raya
"Aku merindukan Oma. Maaf tidak memiliki banyak waktu dengan Oma." Membuat Oma mengusapnya pelan di sana. "Oma juga merindukan... jatah bulanan Oma." Raya sedang merapikan baju kedua anaknya sebelum berangkat ke sekolah. "Nanti pulang cepat, oke? Kita akan ke rumah Uncle Prabu dan Aunty Rania." "Mereka benar akan pindah, Mom?" "Iya, ke Amerika." "Amelika? Nanti tidak bisa beltemu lagi dengan Tari dong?" Raya tersenyum, "Tentu bisa, kita akan mengunjunginya nanti." Gala menghela napasnya dalam. "Kenapa? Kau sedih, Sayang?" "Tentu saja, nanti siapa yang akan membelikan Gala ice cream sepulang sekolah?" "Sepulang sekolah? Oh, itu alasanmu terlambat?" "Ahahaha, kau ketahuan dasal anak nakal." Ketika mereka bertiga sedang bicara, terdengar panggilan dari luar yaknu Andro. "Sayang, aku harus berangkat lebih cepat." "Baiklah, kita akan membicarakannya nanti oke?" "Hah, Mommy akan memakanmu hidup hidup, Ales." "Tari, jangan menggoda saudaramu." "Tapi itu menyenangkan." Raya
"Oma, kita mau kemana sebenarnya?" tanya Raya yang penasaran."Kita akan menemui teman teman Oma.""Astaga, benarkah? Seharusnya aku memakai pakaian yang lebih layak.""Itu sudah bagus.""Ini terlihat seperti akan ke pemakaman," ucap Raya yang sedang berjalan kaki sambil memperhatikan dirinya sendiri. "Aku tidak ingin membuat Oma ma.....," ucapan Raya menggantung saat dirinya melihat bahwa dirinya dibawa ke kuburan tua."Oma... ini dimana? Ini menyeramkan," ucap Raya."Disinilah teman teman Oma.""Benarkah? Mereka sudah...."Oma mengangguk dan membawa Raya ke salah satu tempat dimana di sana banyak kuburan yang dikelilingi pagar."Mereka semua di sini.""Mereka semua?""Ya, mereka meninggal saat akan pergi berkaryawisata. Dalam satu bis.""Astaga, Oma. Aku turut berduka cita.""Tidak apa," ucap Oma menyeka air matanya sambil memetik bunga yang ada di sana kemudian menyimpannya. "Tahu maksud Oma, Ria?""Kenapa?""Jangan sia siakan waktu, lakukan selagi kau mampu. Jangan sampai kematian
"Baik."Gala membaringkan tubuhnya di sana dengan senyuman sambil menutup mata. "Ini alasan Daddy suka UKS saat sekolah?""Dokter akan mengobati anak yang jatuh, jika ada apa apa beritahu asisten dokter di ruangan itu.""Baik."Saat sedang asyik berbaring selama beberapa menit, bahkan hampir terlelap, tirai tiba tiba dibuka."Apa kau benal benal sakit?""Tari, jangan buat aku membuka mata. Aku sakit perut, pergilah."Mentari memajukan bibirnya. “Aku hanya ingin membelimu pudding.""Aku tidak punya uang.""Aku yang membelikannya untukmu," ucap Mentari kesal karena Gala yang mempermainkannyaDia meninggalkan puddingnya di sana sambil keluar. "Dala menyebalkan!"Gala dan Mentari pulang ke rumah dengan wajah yang saling memalingkan diri, mereka masih saling marah. Mentari marah karena Gala telah mempermalukannya dan membuatnya kesal, sedangkan Gala kesal karena dirinya tidak mendapat nilai bagus."Lain kali, keljakan sendili pl mu supaya tidak membuat Tari kesulitan.""Lain kali, belajar
"Cobalah goda dia dengan lebih lihai sehingga bisa mendapatkan benih di dalam rahimmu," ucap Oma memberi saran. Yang mana membuat Raya menggelengkan kepalanya. "Kenapa tidak? Dia pasti akan luluh dengan sendirinya, Ria.""Andro bilang dia akan teguh pada pendiriannya, Andro ingin mempunyai anak lagi jika nanti anak anak sudah lumayan besar."Hal itu membuat Oma menarik napasnya dalam. "Malang sekali nasibmu.""Apa yang harus aku lakukan Oma?""Ya, memang tidak baik terburu buru juga. Lebih baik nikmati dulu kebersamaan kalian. Jika ada bayi, bayi besarmu tidak akan terurus dan mencari wanita lain, Ria. Kau mau?"Sontak saja Raya menggeleng. "Nah, maka dari itu bersabarlah.""Tapi aku ingin mencobanya.""Kalau begitu lubangi kondomnya.”Raya terdiam mendengar nasihat Oma, sampai dia mengangguk paham. "Akan aku lakukan itu, Oma.""Kau serius? Kau akan melubangi kondomnya?""Tentu saja," ucap Raya dengan senyuman khasnya.Kini mereka pulang dengan membawa banyak makanan untuk anak anak.
Tiga tahun kemudian.....Dimana Gala berusia tujuh tahun dan sekarang menginjak sekolah dasar bersama dengan Mentari.Keduanya tertawa bersama saat melihat film komedi yang sangat lucu. Membuat Raya tersenyum dan menyiapkan jus untuk keduanya."Tidak ada Pekerjaan Rumah?" tanya Raya sambil memberikan mereka jus sayuran."Tidak ada, kami sudah mengerjakannya.""Yaa, Ales menyontek padaku."Raya tersenyum mendengar kalimat Mentari yang masih kesulitan mengatakan huruf R. sebenarnya sudah mulaui bisa, hanya saja terkadang Mentari melupakannya."Gala, coba katakan dengan benar."Mentari mengerucutkan bibirnya mendengar kelimat yang dilontarkan saudaranya itu."Tidak apa, belajar perlahan ya. Nanti juga akan terbiasa."Mentari menganggukan kepalanya. "Teman teman di sekolah dasal tidak terlalu mengasyikan," ucap Raya mendengarkan, dia juga senang Mentari yang terkadang bisa mengatakan huruf R meski dilain waktu kesulitan."Tidak mengasyikan bagaimana?" tanya Raya. Dia mengusap rambut putri
"Maksudnya?" Tanya Raya ikut duduk di samping Oma.Tangan Raya otomatis ikut membantu mengupas sayuran di sana. "Aku tidak paham, Oma.""Bagaimana bisa? Bukankah kalian selalu memakai pengaman?""Ya, tapi saat mabuk Andro selalu melupakannya. Jadi....., kita tidak memakainya saat itu terjadi.""Kita harus melihat kemungkinan. Andro selalu berusaha keras melarang kau hamil lagi, dan kemungkinan.....," ucapan Oma menggantung."Kemungkinan?" Tanya Raya penasaran. "Dia tidak bahagia?""Dia pasti bahagia, hanya saja sedikit kecewa karena tujuannya tidak terpenuhi."Raya menghela napasnya dalam. Memang benar Andro selalu memintanya untuk tidak cepat cepat mendapatkan bayi lagi dan menikmati waktu berduaan saja."Apa yang harus aku lakukan, Oma?""Siapkan makan malam keluarga yang romantis, di tepi kolam renang misalnya.""Apa yang harus aku lakukan, Oma?""Siapkan makan malam keluarga yang romantis, di tepi kolam renang misalnya.""Bersama anak anak?"Oma menggeleng. "Jangan, berdua saja. E
"Gala, itu jelek."Gala menatap dirinya sendiri dari kaca lemari. "Gala masih tampan."Oma menatap Mentari dan Gala yang saling menautkan tangan mereka. Oma sengaja menyuruh mereka saling menggenggam satu sama lainnya supaya berbaikan.Namun, sampai saat ini belum juga ada yang membuka suara.Oma menghela napas dalam dan mengambil seutas pita. Dia mengikatkannya pada tangan Gala dan Mentari.“Apa yang Oma lakukan?” Tanya Keduanya.“Ini sudah malam. Kalian tidur bersama ya, apa kalian tidak saling merindukan?”“Dala jelek!”“Tari sering mendengkur!”Oma menghela napasnya, baru juga dua sudah membuatnya pening. Yang mana Oma memilih berdiri. “Sudah, sekarang tidur ya.”Oma tidak mengencangkan tali itu, lagipula itu akan sangat mudah dilepas jika mereka sudah malas.Oma meninggalkan kedua cicitnya di kamar dan memilih untuk menuju dapur, melihat makan malam yang masih banyak.Ditambah makan malam romantis itu dihiasi berbagai lampu dan lilin.“Jeta, duduklah,” ucap Oma pada Jeta.“Apa? S