"Oma, kita mau kemana sebenarnya?" tanya Raya yang penasaran."Kita akan menemui teman teman Oma.""Astaga, benarkah? Seharusnya aku memakai pakaian yang lebih layak.""Itu sudah bagus.""Ini terlihat seperti akan ke pemakaman," ucap Raya yang sedang berjalan kaki sambil memperhatikan dirinya sendiri. "Aku tidak ingin membuat Oma ma.....," ucapan Raya menggantung saat dirinya melihat bahwa dirinya dibawa ke kuburan tua."Oma... ini dimana? Ini menyeramkan," ucap Raya."Disinilah teman teman Oma.""Benarkah? Mereka sudah...."Oma mengangguk dan membawa Raya ke salah satu tempat dimana di sana banyak kuburan yang dikelilingi pagar."Mereka semua di sini.""Mereka semua?""Ya, mereka meninggal saat akan pergi berkaryawisata. Dalam satu bis.""Astaga, Oma. Aku turut berduka cita.""Tidak apa," ucap Oma menyeka air matanya sambil memetik bunga yang ada di sana kemudian menyimpannya. "Tahu maksud Oma, Ria?""Kenapa?""Jangan sia siakan waktu, lakukan selagi kau mampu. Jangan sampai kematian
"Baik."Gala membaringkan tubuhnya di sana dengan senyuman sambil menutup mata. "Ini alasan Daddy suka UKS saat sekolah?""Dokter akan mengobati anak yang jatuh, jika ada apa apa beritahu asisten dokter di ruangan itu.""Baik."Saat sedang asyik berbaring selama beberapa menit, bahkan hampir terlelap, tirai tiba tiba dibuka."Apa kau benal benal sakit?""Tari, jangan buat aku membuka mata. Aku sakit perut, pergilah."Mentari memajukan bibirnya. “Aku hanya ingin membelimu pudding.""Aku tidak punya uang.""Aku yang membelikannya untukmu," ucap Mentari kesal karena Gala yang mempermainkannyaDia meninggalkan puddingnya di sana sambil keluar. "Dala menyebalkan!"Gala dan Mentari pulang ke rumah dengan wajah yang saling memalingkan diri, mereka masih saling marah. Mentari marah karena Gala telah mempermalukannya dan membuatnya kesal, sedangkan Gala kesal karena dirinya tidak mendapat nilai bagus."Lain kali, keljakan sendili pl mu supaya tidak membuat Tari kesulitan.""Lain kali, belajar
"Cobalah goda dia dengan lebih lihai sehingga bisa mendapatkan benih di dalam rahimmu," ucap Oma memberi saran. Yang mana membuat Raya menggelengkan kepalanya. "Kenapa tidak? Dia pasti akan luluh dengan sendirinya, Ria.""Andro bilang dia akan teguh pada pendiriannya, Andro ingin mempunyai anak lagi jika nanti anak anak sudah lumayan besar."Hal itu membuat Oma menarik napasnya dalam. "Malang sekali nasibmu.""Apa yang harus aku lakukan Oma?""Ya, memang tidak baik terburu buru juga. Lebih baik nikmati dulu kebersamaan kalian. Jika ada bayi, bayi besarmu tidak akan terurus dan mencari wanita lain, Ria. Kau mau?"Sontak saja Raya menggeleng. "Nah, maka dari itu bersabarlah.""Tapi aku ingin mencobanya.""Kalau begitu lubangi kondomnya.”Raya terdiam mendengar nasihat Oma, sampai dia mengangguk paham. "Akan aku lakukan itu, Oma.""Kau serius? Kau akan melubangi kondomnya?""Tentu saja," ucap Raya dengan senyuman khasnya.Kini mereka pulang dengan membawa banyak makanan untuk anak anak.
Tiga tahun kemudian.....Dimana Gala berusia tujuh tahun dan sekarang menginjak sekolah dasar bersama dengan Mentari.Keduanya tertawa bersama saat melihat film komedi yang sangat lucu. Membuat Raya tersenyum dan menyiapkan jus untuk keduanya."Tidak ada Pekerjaan Rumah?" tanya Raya sambil memberikan mereka jus sayuran."Tidak ada, kami sudah mengerjakannya.""Yaa, Ales menyontek padaku."Raya tersenyum mendengar kalimat Mentari yang masih kesulitan mengatakan huruf R. sebenarnya sudah mulaui bisa, hanya saja terkadang Mentari melupakannya."Gala, coba katakan dengan benar."Mentari mengerucutkan bibirnya mendengar kelimat yang dilontarkan saudaranya itu."Tidak apa, belajar perlahan ya. Nanti juga akan terbiasa."Mentari menganggukan kepalanya. "Teman teman di sekolah dasal tidak terlalu mengasyikan," ucap Raya mendengarkan, dia juga senang Mentari yang terkadang bisa mengatakan huruf R meski dilain waktu kesulitan."Tidak mengasyikan bagaimana?" tanya Raya. Dia mengusap rambut putri
"Maksudnya?" Tanya Raya ikut duduk di samping Oma.Tangan Raya otomatis ikut membantu mengupas sayuran di sana. "Aku tidak paham, Oma.""Bagaimana bisa? Bukankah kalian selalu memakai pengaman?""Ya, tapi saat mabuk Andro selalu melupakannya. Jadi....., kita tidak memakainya saat itu terjadi.""Kita harus melihat kemungkinan. Andro selalu berusaha keras melarang kau hamil lagi, dan kemungkinan.....," ucapan Oma menggantung."Kemungkinan?" Tanya Raya penasaran. "Dia tidak bahagia?""Dia pasti bahagia, hanya saja sedikit kecewa karena tujuannya tidak terpenuhi."Raya menghela napasnya dalam. Memang benar Andro selalu memintanya untuk tidak cepat cepat mendapatkan bayi lagi dan menikmati waktu berduaan saja."Apa yang harus aku lakukan, Oma?""Siapkan makan malam keluarga yang romantis, di tepi kolam renang misalnya.""Apa yang harus aku lakukan, Oma?""Siapkan makan malam keluarga yang romantis, di tepi kolam renang misalnya.""Bersama anak anak?"Oma menggeleng. "Jangan, berdua saja. E
"Gala, itu jelek."Gala menatap dirinya sendiri dari kaca lemari. "Gala masih tampan."Oma menatap Mentari dan Gala yang saling menautkan tangan mereka. Oma sengaja menyuruh mereka saling menggenggam satu sama lainnya supaya berbaikan.Namun, sampai saat ini belum juga ada yang membuka suara.Oma menghela napas dalam dan mengambil seutas pita. Dia mengikatkannya pada tangan Gala dan Mentari.“Apa yang Oma lakukan?” Tanya Keduanya.“Ini sudah malam. Kalian tidur bersama ya, apa kalian tidak saling merindukan?”“Dala jelek!”“Tari sering mendengkur!”Oma menghela napasnya, baru juga dua sudah membuatnya pening. Yang mana Oma memilih berdiri. “Sudah, sekarang tidur ya.”Oma tidak mengencangkan tali itu, lagipula itu akan sangat mudah dilepas jika mereka sudah malas.Oma meninggalkan kedua cicitnya di kamar dan memilih untuk menuju dapur, melihat makan malam yang masih banyak.Ditambah makan malam romantis itu dihiasi berbagai lampu dan lilin.“Jeta, duduklah,” ucap Oma pada Jeta.“Apa? S
Mentari sudah dibawa ke rumah, dengan kaki kiri yang memakai gips. Dia kini lebih banyak menghabiskan waktu di atas ranjang, memainkan boneka sambil belajar bersama dengan Raya.Oma melihat kebersamaan dua orang itu dari balik pintu, tersenyum melihat quality time ibu dan anak yang jarang sekali dilihatnya. “Oma akan ke toko.”Raya menengok, kaget melihat Oma yang ada di sana. “Ada pegawai yang mengambil alih, Oma. Tidak apa untuk tidak ke sana.”Oma menggeleng. “Oma juga bosan di rumah.”“Oma bosan jika ada Thali?” tanya Mentari yang merasa seperti itu.Oma seketika menggeleng, dia mendekat; merangkup wajah Mentari dan mencium pipinya dengan lembut. “Bukan seperti itu, Sayang. Oma hanya akan memeriksa beberapa bunga yang akan masuk, ingin dibelikan pudding cokelat di perjalanan Oma pulang nanti?”Mentari mengangguk. “Hati hati di jalan, Oma,” ucapnya memberikan pelukan.“Hati hati, Oma. Lekas pulang jika sudah selesai, Raya hanya berdua bersama Mentari, akan menyenangkan jika Oma ada
Beberapa bulan kemudian......Perut Raya semakin membesar, bayi di dalam sana mulai bergerak, yang mana menandakan kebahagiaan akan segera tiba. Raya memejamkan matanya merasakan tangan tangan kecil mengusap perut Raya dengan lembut.Anak anaknya yang sedang libur kini akan mengantar Raya melakukan USG bersama Andro pula. Sambil menunggu daddy mereka bersiap siap, keduanya memilih untuk merasakan pergerakan saudara mereka di dalam sana.Mulut mulut lucu Gala dan Mentari mengeluarkan kata kata seperti;“Woaahhh...., dia bergerak, Mommy.”“Mommy, apakah dia dapat mendengal kita?”“Mom, dia akan keluar beberapa bulan lagi? Bisa aku ajak main bola.”“Dia mungkin cantik sepelti Thali, bukan begitu Mommy?”Raya tersenyum dan mengusap pipi kedua anaknya dengan sangat lembut. “Kita akan mengetahuinya sekarang, ini bayi perempuan atau laki laki.”“Tapi....” Mentari menegakkan tubuhnya, menjauh dari perut sang Ibu sambil cemberut. Dia menghela napas dalam.“Kenapa?” tanya Raya.“Thali ingin men
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang