Gala menunduk saat sedang dinasehati oleh ibunya, dia menyesal menggunakan kaos kaki buatan tangan ayahnya untuk calon adiknya nanti.Raya tidak pernah berniat memarahi, dia hanya menasehati. "Tidak apa apa, Sayang. Mommy tahu kau tidak sengaja.""Maaf, Daddy.""Its okay," jawab Andro saat melihat wajah putranya sendu. Dia tidak bisa melihatnya seperti ini, membuat Andro segera datang dan menggendongnya lalu menciumnya.Saat digendong, Gala menangis dalam diam. Dan Andro merasakan itu, tapi justru membuatnya tertawa, "Ayolah, Gala. Its okay, Daddy sudah memaafkanmu. Sudah jangan menangis."Sedangkan Mentari yang melihat di sana itu tersenyum menahan tawa, yang mana membuat Raya segera memberinya tatapan penuh isyarat agar tidak membuat kekacauan. "Jangan tertawa, Sayang."Mentari menggigit bibir bawahnya dan berlari menuju kamar dimana Oma menginap. Di sana dia melihat Oma masih terlelap, yang mana membuatnya segera naik ke atas ranjang. "Oma!""Opa!" teriak Oma yang terkejut dan bang
"Terima kasih, Mommy Raya," ucap anak perempuan yang merupakan sahabat dari Mentari.Raya tersenyum dan mengatakan, “Sama sama, makanlah cemilan ini dengan baik.""Apa Gala akan bergabung?""Gala sedang tidur, jangan khawatir, dia tidak akan mengganggu kalian."Raya tersenyum kemudian keluar dari kamar itu meninggalkan kedua anak itu bersama. Raya sedikit khawatir dengan orangtua Cantika yang belum kunjung menjemputnya.Raya memberi isyarat agar Nana mendekat kemudian bertanya, "Apakah orangtuanya sudah dihubungi?""Sudah, mereka masih dalam perjalanan. Sebelumnya mobilnya mogok di sebuah desa.""Sekarang sudah diperbaiki?""Sudah kembali berjalan."Raya mengangguk paham, dia hanya khawatir pada anak perempuan yang terlihat cemas dengan keberadaan orangtuanya itu."Apa Gala tidur?""Iya, Nyonya. Dia bersama dengan Nyonya Besar."Gala memang tidur bersama Oma di rumah baru Oma, itu membuat Mentari senang karena tidak ada gangguan dari saudaranya.Dan saat Raya sedang sibuk mempersiapka
"Oma, aku sedikit khawatir," ucap Raya saat dia membaca pesan yang masuk."Ada apa memangnya?" tanya Oma mendekat dan melihat isi pesan Raya.Ternyata di sana Andro mengirim pesan dan menjelaskan kalau dirinya ada di pasar tradisional dengan anak anak.Sebenarnya Raya memang berencana membawa anak anak ke sana untuk memperlihatkan sisi lain dari kehidupan yang selama ini mereka jalani, tapi karena kehamilannya Raya jadi waspada. Dan dia khawatir kalau Andro melakukan pendekatan yang salah pada anak anak saat berada di pasar tradisional hingga membuat anak-anaknya tidak merasa senang berada disana."Aku khawatir anak tidak happy, mereka selalu manja pada daddy nya, jadi mungkin mereka akan melakukan sesuatu yang menyusahkan.""Berpikir positif saja, Ria. Itu lebih baik untuk kandungan mu."Raya menarik napas dalam dan memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya sendiri.Dan saat mereka sedang merapikan pakaian Oma yang belum selesai sejak kemarin, Jeta datang. "Nyonya Besar, saya suda
"Dimana Andro?" tanya Oma yang masih memperlihatkan wajah kesalnya, dia melihat Raya datang ke rumahnya sendirian. "Apa dia tertinggal di sana?""Andro sedang berkemas.""Dia mau kemana?""Mengunjungi adik adiknya sekalian untuk mendatangi pernikahan Prabu dan Manda.""Kau tidak akan ikut Ria?""Aku rasa tidak, Oma. Kondisiku sedang seperti ini, Oma tahu aku mudah lelah."Oma mengangguk anggukan kepalanya paham. "Kau memang seharusnya istirahat saja. tapi apakah dia akan baik baik saja? bukannya pernikahan Prabu kira kira satu bulanan lagi?"Raya mengangguk. "Ada pekerjaan yang harus dia selesaikan juga," ucap Raya melihat Jeta yang sedang memasakan seblak untuk Oma."Apa kau tahu apa yang dilakukan lelaki tengikmu pada wajan kesayangan Oma?"Raya mengangguk, dia bergabung untuk duduk di karpet bersama Oma yang sedang memilihkan film yang akan diputar."Jadi jangan aneh jika Oma masih marah padanya oke?"Raya hanya mengangguk, bagaimanapun Oma sudah tua dan tingkahnya semakin lama sem
Malam ini, Raya tidur sendiri. Andro berangkat ke Amerika untuk menemui adik adiknya dan juga untuk mendapatkan tanda tangan dari chef kesukaan Oma.Karena merasa belum ngantuk, Raya keluar dari kamar dan menuju dapur."Anda ingin sesuatu, Nyonya?""Ya, buatkan aku churros.""Baik," ucap Nina yang segera membuatkannya.Raya terdiam menatap keluar jendela, rumah terasa sangat sepi. Apalagi anak anak ada di rumah Oma sedang menemani Oma yang masih marah dengan suaminya.Tidak butuh waktu lama, akhirnya Nina siap dengan churros nya."Ini, Nyonya. Anda ingin yang lain?""Aku merindukan suamiku," gumam Raya."Ya, Nyonya?""Tidak, lupakan saja," ucap Raya membawa piring berisi makanan kesukaannya menuju ke kamar. “Dan Nina, tolong bawakan aku teh hangat.""baik, Nyonya."Sambil menunggu teh hangatnya, Raya duduk di sofa yang menghadap ke halaman depan. Dia memakan churros di sana.Ketika mendengar suara langkah kaki, Raya berkata, "Simpan saja di meja, Nina.""Oke, Mommy."Seketika Raya men
Andro menatap adik adiknya yang sedang makan bersama. Bagaimana pun, mereka memiliki ibu yang sama.Andro mengusap kepala adik bungsunya sebelum keluar dari ruang makan. Tangan Andro memberi isyarat pada dua pengasuh di sana. "Perhatikan mereka dengan lebih baik jika ingin gajimu naik.""Baik, Tuan. Akan saya lakukan."Dan ketika Andro hendak keluar rumah, adik tertuanya melihat."Kau akan pergi?"Andro menengok. "Aku akan ke sini saat makan malam nanti. Ada yang harus aku lakukan.""Baiklah," jawab adik pria yang tertua. "Kau benar benar akan kembali?""Aku tidak pernah berbohong. Makan lah bersama yang lain, dan kuliah dengan benar supaya kau berguna untukku," ucap Andro sembari keluar.Walau pun mereka bersaudara, tetapi masih ada kecanggungan dalam diri Andro. Apalagi dalam ingatannya, ibunya meninggalkannya demi ayah dari adiknya itu.Saat keluar dari rumah itu, Hans sudah menunggu dengan mobil di sana."Kau menemukan alamat chef itu?""Ya, Tuan. Kita bisa coba pergi ke sana.""B
"Kurasa kita harus pulang," ucap Andro sambil tiduran di atas ranjang.Berbeda dengan Hans yang sedang memeriksa isi laptop, waspada jika ada beberapa berkas yang terlewatkan."Iya, Tuan?""Bagaimana dengan Oma?""Anda bisa menggantinya dengan hal lain.""Aku pikir begitu," gumam Andro.Dia melihat jam dan meminta Hans untuk membawa mereka dahulu ke rumah adik adik Andro.Dia ingin berpamitan ke sana karena besok Andro akan langsung ke bandara."Apa anak sulung ada di rumah?""Saya dengar dia keluar.""Kau beritahu dia dan katakan kalau aku akan pulang besok.""Anda bisa menghubunginya sendiri."Andro terdiam. Sebenarnya dia memiliki kecanggungan dengan saudara tertua setelahnya itu. "Tidak, kau saja. Aku akan menemui anak anak.""Baiklah, Tuan."Andro masuk untuk menemui adik adik kecilnya."Dimana mereka?" tanya Andro."Sedang beristihat, Tuan."Dan melihat mereka terlelap adalah kebahagiaan tersendiri untuk Andro. Dia malah ikut bergabung tertidur di sana, diantara adik adiknya yan
Andro bermain dengan anak anaknya sebelum mereka berangkat ke sekolah. Membawa kostum baru, Andro kini bermain kejar kejaran dengan anak anaknya. Andro memakai kostum hulk, dengan Gala yang memakai kostum power ranger dan Mentari sebagai elsa."Kutukan es telel!" teriak Mentari sambil mengangkat tangannya ke udara sebelum menyentuh lantai."Hwaaaakkk!" teriak Andro pura pura jatuh.Kemudian di susul oleh Gala yang berteriak, "Jurus power ranger me ji ku hi bi nu um!""Huaaaaa! Oek!" Andeo mengeluarkan lidahnya berakting seolah olah mati.Kedua anaknya berteriak girang. "Horeeeee! Ayo kita salapan.""Ayo."Andro membuka matanya melihat anak anaknya membuka kostum. "Kalian mau kemana?""Salapan, kami halus sekolah.""Tapi Daddy akan bangkit lagi."Gala menarik napasnya dalam. "Daddy, ingat umur. Jangan bermain terus, ayo makan.""Ayo, Daddy. Buka kostumnya, tidak baik belmain di pagi hali."Dan Andro hanya menatap kosong pada dinding. Melihat anak anaknya keluar dari kamar, Andro bergum