"Tidak sembarangan orang bisa membawa makanan sebanyak ini Tuan. Anda tahu, itu sebabnya pelayan yang lain tidak bisa.""Terima kasih, kau yang terbaik. Bagaimana Prabu dan istrinya?""Mereka sudah pergi.""Acara belum selesai bukan?"Hans mengangguk. "Abda paham bagaimana Tuan Prabu.""Cih, dia pemain wanita. Kau lihat Oma?""Saya lihat tadi, Nyonya beaar membuntuti Tuan Prabu.""Aduh gawat," ucap Andro segera pergi."Anda mau kemana, Tuan!"Andro tidak menjawab. Dengan membawa keranjang berisi makanan, dia mencari Oma takut Oma malah mengganggu Prabu. Andro takut Oma akan mengarahkan Prabu terlalu detail.Dan ketika belok di koridor, kening Andro berkerut melihat sosok bongkok yang sedang mengintip di balik tembok. Andro berjalan mendekat dan menyentuh punggungnya perlahan."Dragon," ucap Oma terkejut sambil menoleh ke belakang. "Andro! Dasar cucu tengik!""Apa yang sedang Oma lakukan?”"Shhhttttt... lihatlah."Andro ikut mengintip dan menatap ada kakeknya Prabu yang sedang merokok
"Aunty sangat baik," ucap Gala yang duduk di kursi belakang bersama Mentari memuji istri Prabu.Raya dan Andro yang duduk di bangku mobil depan itu hanya mendengarkan percakapan kedua anaknya sambil asyik memakan cokelat."Dia cantik dan baik, sepelti Thali."Gala tertawa. "Thali baik jika berbagi cokelat ini.""Aaaaa kembalikan!" teriak Mentari saat coklatnya direbut.Apalagi Gala mengangkat tinggi tangannya. "No! no!"Dala!""Kau bilang kau baik.""Aku baik jika Dala meminta baik juga."Dan saat mendengar suara getir anaknya yang menahan tangis, baru Raya bereaksi, "Gala....""Oke, Mommy," ucapnya mengembalikan makanan milik adiknya.Andro tersenyum melihatnya dari kaca spion. "Tidak ada kedamaian dalam satu hari pun.""Kau akan kesepian jika mereka tidak ada.""Kau melihatnya tadi, Sayang?""Apa?" tanya Raya sembari menyuapi suaminya kue kering."Tatapan Prabu pada istrinya."Raya mengangguk, dia mengingat pertemuannya mereka di hotel tadi. Prabu terlihat sangat mencintai istrinya
Andro tertawa. "Aku sudah menghancurkannya tau.""Siapa bilang hanya ada satu? Oma membeli lagi untuk istrinya Prabu, dan untuk berjaga jaga Oma juga membeli untuk Ria.""Oma!"Andro tersenyum secara terpaksa melihat anak anaknya berlarian enggan tidur, itu membuat kepalanya terasa pusing. Apalagi ini sudah lewat malam dan anak anak belum juga tidur, semua ini didalangi oleh Oma."Oma," panggil Andro.Oma malah bersenang senang berperan sebagai putri Diana yang sedang bertamu di rumah-rumahan milik Mentari, dipandu oleh ultramen yang tidak lain adalah Gala."Oma," panggil Andro lagi. "Oma.""Apa?" tanya Oma langsung menghilangkan raut wajah bahagianya saat menatap Andro. "Kau tidak sopan mengganggu tuan putri.""Daddy, itu tidak sopan. Putli Diana sedang beltamu di lumah kita."Andro hanya tertawa. “Ini sudah malam, Oma.""Besok mereka libur bukan?""Yesssss!" teriak Gala yang sedang berkeliling sebagai ultramen.Andro menatap kamarnya dimana istrinya berada di dalam sana. "Daddy, du
Raya mengerutkan keningnya sambil melihat jam, Oma belum juga datang sesuai jam yang dijanjikan."Oma kenapa belum datang?" tanya Raya pada dirinya sendiri. Dia berbalik menatap Andro yang ternyata sedang asyik memainkan game di ponsel."Sayang, bukankah kamu harus bekerja?""Tidak, aku baru akan pergi saat Oma datang.""Oma tidak mengangkat telponku, apa sesuatu terjadi?""Tenang saja, Oma mungkin sedang menghitung uang yang kita berikan kemarin."Bukannya tenang, Raya malah khawatir. Dia tidak bisa menghubungi ponsel Oma. Dan salah satu ide muncul di benak Raya, dia akan memesankan sesuatu sehingga saat Oma datang dia akan senang."Sayang, kau akan pesan sesuatu?""Bagaimana kau tau?" tanya Raya yang masih memegang ponsel dan bahkan belum memesan.Andro tertawa. "terlihat dari bibirmu yang digigit, kau selalu melakukan itu saat sedang akan memesan makanan."Raya menghembuskan napasnya kasar. "Kamu juga mau sesuatu, Sayang?""Ya, pesankan aku ayam goreng.""Bagaimana dengan rapatmu?"
"Andro, anak anak akan segera pulang."Andro menengok ke arah istrinya. "Pulanglah bersama Hans, nanti aku akan menyusul. Aku akan menemani Oma dulu.""Aku tidak mungkin meninggalkan Oma.""Tidak apa," ucap Andro dengan suara yang pelan dan lembut. "Kau pergi saja, aku akan menjaga Oma."Mendengar perdebatan kecil di belakangnya membuat Oma kesal, dia menoleh pada kedua pasangan di belakangnya itu. "Pergi saja kalian berdua, Oma tidak apa-apa sendiri. Kalian malah membuat Jeta terganggu.""Maaf, Oma," ucap Raya yang hendak mendekat tapi ditahan oleh sang suami.Andro menggeleng sebagai isyarat. "Kita biarkan Oma sendirian dulu oke? Besok kita kembali bersama anak anak.""Siapa yang akan menjaga Oma di sini?""Ada pelayan setianya yang cerewet.""Jeta sedang sakit dan terbaring, bagaimana dia bisa menjaga Oma?" tanya Raya.Oma kembali mendesah malas. "Keluarlah dan berdoa supaya Jeta cepat sadar. Sana!”Andro melakukannya, dia mendekat pada Oma dahulu dan memeluknya dari belakang. “Oma
"Sayang, kau tidak apa?" Tanya Andro pada putrinya."No," ucap Mentari yang berdiri dibantu oleh Andro."Apa ada yang sakit?" Tanya Andro."No," jawab Mentari lagi."Lain kali jangan lompat lompat seperti itu."Gala yang melihat kotak makan siang Mentari terpental itu segera mengambilnya. Karena penasaran bagaimana bentuknya sekarang, Gala membukanya. Kemudian Gala tertawa, "Ahahahaha, lihat bentuknya jadi aneh."Mentari segera memeriksanya, dan wajah sedihnya membuat Gala semakin tertawa."Ahahahaha, itu bukan hello kitty, tapi hello barongsai.""Huaaaa, Mommy!"***Di sekolah, kelompok bermain Mentari dan Gala terpisah. Anak anak laki laki dan perempuan sengaja terpisah. Mereka hanya disatukan untuk pelajaran tertentu saja, hal ini ditunjukan agar mereka saling menghargai satu sama lainnya.Seperti saat ini, anak anak sedang mengadakan turnamen olahraga. Gala sang ketua kelas itu mendekat pada kelas adiknya."Hallo, Gala," sapa anak perempuan lain melihat anak laki-laki tampan itu d
Ternyata, Andro membawa Raya ke sebuah tempat konstruksi untuk memperlihatkan pembangunan hotel yang sedang dilakukan. Saat ini yang dilakukan Raya adalah membantu Andro mengonsep beberapa kamar khusus untuk keluarga.Raya dengan senang hati melakukannya, membantu pekerjaan suaminya membuatnya merasa berguna.Namun, jika sampai selarut ini, Raya juga merasa keberatan. Dia melihat jam yang menunjukkan waktu hampir tengah malam."Sayang, ayo pulang."Andro yang sedang memeriksa berkas itu perlahan pura pura menatap jam di tangannya. "Sebentar lagi, Sayang.""Anak anak sendirian di rumah," ucap Raya yang merasa khawatir.Andro menarik napasnya dalam, dia menggeleng. "Kan kita sudah memanggil pelayan juga Nana, jadi mereka pasti baik baik saja.""Kalau begitu aku yang tidak baik baik saja, apa kau tega membuat aku yang sedang hamil ini bekerja sampai larut malam?"Dan pertanyaan itulah yang membuat Andro tidak bisa berkutik, akhirnya dia berdehem. "Baiklah, ayo pulang.""Bawa pekerjaan it
Gala menunduk saat sedang dinasehati oleh ibunya, dia menyesal menggunakan kaos kaki buatan tangan ayahnya untuk calon adiknya nanti.Raya tidak pernah berniat memarahi, dia hanya menasehati. "Tidak apa apa, Sayang. Mommy tahu kau tidak sengaja.""Maaf, Daddy.""Its okay," jawab Andro saat melihat wajah putranya sendu. Dia tidak bisa melihatnya seperti ini, membuat Andro segera datang dan menggendongnya lalu menciumnya.Saat digendong, Gala menangis dalam diam. Dan Andro merasakan itu, tapi justru membuatnya tertawa, "Ayolah, Gala. Its okay, Daddy sudah memaafkanmu. Sudah jangan menangis."Sedangkan Mentari yang melihat di sana itu tersenyum menahan tawa, yang mana membuat Raya segera memberinya tatapan penuh isyarat agar tidak membuat kekacauan. "Jangan tertawa, Sayang."Mentari menggigit bibir bawahnya dan berlari menuju kamar dimana Oma menginap. Di sana dia melihat Oma masih terlelap, yang mana membuatnya segera naik ke atas ranjang. "Oma!""Opa!" teriak Oma yang terkejut dan bang