Sepasang suami istri itu menatap kedua anaknya yang hendak berangkat ke sekolah. Mereka berlarian dengan kaki kecil mereka, membuat Andro maupun Raya tersenyum di sana.Senakal nakalnya Gala dan secengeng cengengnya Mentari, mereka berdualah alasan rumah ini menjadi hangat.Andro tersenyum kemudian mencium puncak kepala istrinya, dengan tangan mengusap calon bayi mereka yang ada dalam kandungan."Hangat sekali.""Pelukanku?" tanya Andro yang percaya diri. "Terima kasih, Sayang.""Bukan, tapi hatiku yang hangat.""Karena ciumanku? Aku bisa melakukannya setiap hari."Raya malah tertawa, dia memberikan kecupan di pipi suaminya sebelum kembali ke dalam.Andro yang masih percaya diri dan mengira hati istrinya menghangat karena dirinya itu ikut masuk ke dalam. Dia membantu istrinya membereskan barang belanjaan.Jika dirinya ada di rumah, Andro selalu meminta asisten rumah tangga melakukan pekerjaan di luar rumah seperti di tanam. Alasannya jelas supaya dia dan istrinya bisa bermesraan di ma
"Tidak sembarangan orang bisa membawa makanan sebanyak ini Tuan. Anda tahu, itu sebabnya pelayan yang lain tidak bisa.""Terima kasih, kau yang terbaik. Bagaimana Prabu dan istrinya?""Mereka sudah pergi.""Acara belum selesai bukan?"Hans mengangguk. "Abda paham bagaimana Tuan Prabu.""Cih, dia pemain wanita. Kau lihat Oma?""Saya lihat tadi, Nyonya beaar membuntuti Tuan Prabu.""Aduh gawat," ucap Andro segera pergi."Anda mau kemana, Tuan!"Andro tidak menjawab. Dengan membawa keranjang berisi makanan, dia mencari Oma takut Oma malah mengganggu Prabu. Andro takut Oma akan mengarahkan Prabu terlalu detail.Dan ketika belok di koridor, kening Andro berkerut melihat sosok bongkok yang sedang mengintip di balik tembok. Andro berjalan mendekat dan menyentuh punggungnya perlahan."Dragon," ucap Oma terkejut sambil menoleh ke belakang. "Andro! Dasar cucu tengik!""Apa yang sedang Oma lakukan?”"Shhhttttt... lihatlah."Andro ikut mengintip dan menatap ada kakeknya Prabu yang sedang merokok
"Aunty sangat baik," ucap Gala yang duduk di kursi belakang bersama Mentari memuji istri Prabu.Raya dan Andro yang duduk di bangku mobil depan itu hanya mendengarkan percakapan kedua anaknya sambil asyik memakan cokelat."Dia cantik dan baik, sepelti Thali."Gala tertawa. "Thali baik jika berbagi cokelat ini.""Aaaaa kembalikan!" teriak Mentari saat coklatnya direbut.Apalagi Gala mengangkat tinggi tangannya. "No! no!"Dala!""Kau bilang kau baik.""Aku baik jika Dala meminta baik juga."Dan saat mendengar suara getir anaknya yang menahan tangis, baru Raya bereaksi, "Gala....""Oke, Mommy," ucapnya mengembalikan makanan milik adiknya.Andro tersenyum melihatnya dari kaca spion. "Tidak ada kedamaian dalam satu hari pun.""Kau akan kesepian jika mereka tidak ada.""Kau melihatnya tadi, Sayang?""Apa?" tanya Raya sembari menyuapi suaminya kue kering."Tatapan Prabu pada istrinya."Raya mengangguk, dia mengingat pertemuannya mereka di hotel tadi. Prabu terlihat sangat mencintai istrinya
Andro tertawa. "Aku sudah menghancurkannya tau.""Siapa bilang hanya ada satu? Oma membeli lagi untuk istrinya Prabu, dan untuk berjaga jaga Oma juga membeli untuk Ria.""Oma!"Andro tersenyum secara terpaksa melihat anak anaknya berlarian enggan tidur, itu membuat kepalanya terasa pusing. Apalagi ini sudah lewat malam dan anak anak belum juga tidur, semua ini didalangi oleh Oma."Oma," panggil Andro.Oma malah bersenang senang berperan sebagai putri Diana yang sedang bertamu di rumah-rumahan milik Mentari, dipandu oleh ultramen yang tidak lain adalah Gala."Oma," panggil Andro lagi. "Oma.""Apa?" tanya Oma langsung menghilangkan raut wajah bahagianya saat menatap Andro. "Kau tidak sopan mengganggu tuan putri.""Daddy, itu tidak sopan. Putli Diana sedang beltamu di lumah kita."Andro hanya tertawa. “Ini sudah malam, Oma.""Besok mereka libur bukan?""Yesssss!" teriak Gala yang sedang berkeliling sebagai ultramen.Andro menatap kamarnya dimana istrinya berada di dalam sana. "Daddy, du
Raya mengerutkan keningnya sambil melihat jam, Oma belum juga datang sesuai jam yang dijanjikan."Oma kenapa belum datang?" tanya Raya pada dirinya sendiri. Dia berbalik menatap Andro yang ternyata sedang asyik memainkan game di ponsel."Sayang, bukankah kamu harus bekerja?""Tidak, aku baru akan pergi saat Oma datang.""Oma tidak mengangkat telponku, apa sesuatu terjadi?""Tenang saja, Oma mungkin sedang menghitung uang yang kita berikan kemarin."Bukannya tenang, Raya malah khawatir. Dia tidak bisa menghubungi ponsel Oma. Dan salah satu ide muncul di benak Raya, dia akan memesankan sesuatu sehingga saat Oma datang dia akan senang."Sayang, kau akan pesan sesuatu?""Bagaimana kau tau?" tanya Raya yang masih memegang ponsel dan bahkan belum memesan.Andro tertawa. "terlihat dari bibirmu yang digigit, kau selalu melakukan itu saat sedang akan memesan makanan."Raya menghembuskan napasnya kasar. "Kamu juga mau sesuatu, Sayang?""Ya, pesankan aku ayam goreng.""Bagaimana dengan rapatmu?"
"Andro, anak anak akan segera pulang."Andro menengok ke arah istrinya. "Pulanglah bersama Hans, nanti aku akan menyusul. Aku akan menemani Oma dulu.""Aku tidak mungkin meninggalkan Oma.""Tidak apa," ucap Andro dengan suara yang pelan dan lembut. "Kau pergi saja, aku akan menjaga Oma."Mendengar perdebatan kecil di belakangnya membuat Oma kesal, dia menoleh pada kedua pasangan di belakangnya itu. "Pergi saja kalian berdua, Oma tidak apa-apa sendiri. Kalian malah membuat Jeta terganggu.""Maaf, Oma," ucap Raya yang hendak mendekat tapi ditahan oleh sang suami.Andro menggeleng sebagai isyarat. "Kita biarkan Oma sendirian dulu oke? Besok kita kembali bersama anak anak.""Siapa yang akan menjaga Oma di sini?""Ada pelayan setianya yang cerewet.""Jeta sedang sakit dan terbaring, bagaimana dia bisa menjaga Oma?" tanya Raya.Oma kembali mendesah malas. "Keluarlah dan berdoa supaya Jeta cepat sadar. Sana!”Andro melakukannya, dia mendekat pada Oma dahulu dan memeluknya dari belakang. “Oma
"Sayang, kau tidak apa?" Tanya Andro pada putrinya."No," ucap Mentari yang berdiri dibantu oleh Andro."Apa ada yang sakit?" Tanya Andro."No," jawab Mentari lagi."Lain kali jangan lompat lompat seperti itu."Gala yang melihat kotak makan siang Mentari terpental itu segera mengambilnya. Karena penasaran bagaimana bentuknya sekarang, Gala membukanya. Kemudian Gala tertawa, "Ahahahaha, lihat bentuknya jadi aneh."Mentari segera memeriksanya, dan wajah sedihnya membuat Gala semakin tertawa."Ahahahaha, itu bukan hello kitty, tapi hello barongsai.""Huaaaa, Mommy!"***Di sekolah, kelompok bermain Mentari dan Gala terpisah. Anak anak laki laki dan perempuan sengaja terpisah. Mereka hanya disatukan untuk pelajaran tertentu saja, hal ini ditunjukan agar mereka saling menghargai satu sama lainnya.Seperti saat ini, anak anak sedang mengadakan turnamen olahraga. Gala sang ketua kelas itu mendekat pada kelas adiknya."Hallo, Gala," sapa anak perempuan lain melihat anak laki-laki tampan itu d
Ternyata, Andro membawa Raya ke sebuah tempat konstruksi untuk memperlihatkan pembangunan hotel yang sedang dilakukan. Saat ini yang dilakukan Raya adalah membantu Andro mengonsep beberapa kamar khusus untuk keluarga.Raya dengan senang hati melakukannya, membantu pekerjaan suaminya membuatnya merasa berguna.Namun, jika sampai selarut ini, Raya juga merasa keberatan. Dia melihat jam yang menunjukkan waktu hampir tengah malam."Sayang, ayo pulang."Andro yang sedang memeriksa berkas itu perlahan pura pura menatap jam di tangannya. "Sebentar lagi, Sayang.""Anak anak sendirian di rumah," ucap Raya yang merasa khawatir.Andro menarik napasnya dalam, dia menggeleng. "Kan kita sudah memanggil pelayan juga Nana, jadi mereka pasti baik baik saja.""Kalau begitu aku yang tidak baik baik saja, apa kau tega membuat aku yang sedang hamil ini bekerja sampai larut malam?"Dan pertanyaan itulah yang membuat Andro tidak bisa berkutik, akhirnya dia berdehem. "Baiklah, ayo pulang.""Bawa pekerjaan it
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang