Jangan lupa vote dan komen ya
Semua orang telah pulang, meninggalkan Raya, Andro, anak anak dan juga dua pengasuh paruh baya khusus untuk Baby Gala dan Baby Mentari. Raya tidak ingin memasak dibantu oleh orang lain. Dia ingin berguna bagi anak anak dan suaminya juga. Dan kedua pengasuh itu hanya diperbolehkan datang saat Andro pergi. Raya ingin merasakan menjadi sosok seorang ibu dan istri yang sebenarnya. Seperti sekarang, Raya sedang menimang Baby Mentari yang lebih rewel daripada kakaknya. Baby Gala sudah terlelap di dalam box bayi mungil miliknya. "Sayang...., mau bergantian?" "Tidak usah," jawab Raya masih dingin. Raya sengaja membuka tirai kamar, yang memperlihatkan kolam ikan dan gazebo di halaman belakang. "Sayang...., Aku merindukanmu," ucap Andro memeluk dari belakang. "Kita berdamai ya?" "Aku bilang aku masih butuh waktu." "Sampai kapan." "Sampai aku bisa mencerna semua apa yang terjadi. Kau tahu kematian bukan untuk main-main." Andro mengangguk. "Aku paham, maaf." "Periksa Gala dulu, aku seda
Andro lebih banyak diam sambil menggendong Baby Mentari, memikirkan apa yang telah dia lakukan. Andro baru sadar kalau Prabu mempermainkannya. "Bunga apa ini?" Tanya Raya yang melihat buket di nakas. "Hah? Untukmu," jawab Andro dengan masih terbengong. Dirinya sendiri tidak percaya telah menyatakan cinta pada orang yang salah. Dan itu merupakan suatu aib. Jeta melihatnya bertingkah konyol di depan wanita selain Oma. "Kenapa kau belum berganti pakaian, Andro?" Tanya Raya yang membereskan jas milik suaminya. "Hah?" "Belum mandi? Aku dan Oma membuatkan cemilan sebelum makan malam." "Kenapa Oma di sini?" Tanya Andro. "Membantuku masak, dia rindu pada cicitnya. Sekarang Oma sedang bersama Baby Gala." "Ah ya...., Aku akan mandi nanti, Baby Mentari belum ingin melepaskan pegangannya padaku." Raya penasaran, dia mendekat pada bayinya yang merengek dalam pangkuan dan kenyataanya, Baby Mentari diam ketika sang ibu menggendongnya. "Aku pikir dia ingin menyusu. Kau mandi saja." "Sayang,
"Kamu mau ke kantor lagi?" Tanya Raya yang berbaring sambil menyusui Baby Gala. Sementara Baby Mentari sedang Andro gendong sambil membelakangi Raya. "Iya, Sayang. Aku akan pulang sebelum jam makan malam. Kau ingin sesuatu?" "Ya, aku ingin kamu pulang dengan selamat." Andro merasa disindir, dia tersenyum menatap Raya. "Aku akan memandikan Baby Mentari." "Tapi kamu kan sudah mandi." "Aku ingin mencobanya, Sayang. Aku pernah melihat kau melakukannya," ucap Andro memberikan ciuman di dahi Raya sebelum pergi ke kamar mandi. Raya menarik napas dalam. Kehadiran Baby Gala dan Baby Mentari berpengaruh besar. Baru beberapa minggu saja, Raya merasa perannya sebagai istri semakin berkurang. Dia tidak bangun lebih awal, tidak menyiapkan baju untuk Andro dan membuatkan hidangan sarapan. Bahkan, beberapa hari terakhir ini, Andro yang memasak sendiri, atau hanya sekedar membuat roti bakar. Raya selalu begadang semalaman karena bayi bayinya tidak kunjung terlelap, apalagi Baby Mentari. Saat i
Jeta membereskan kediaman Prakarsa seperti biasa. Setelah mendengar dari bawahannya kalau majikannya datang, Jeta segera mendekat. "Nyonya Besar, bagaimana?" Oma terlihat frustasi, dia mengusap rambutnya yang penuh dengan uban. "Misi gagal, ternyata idenya datang dari Ria. Aku harus bicara dengan Andro." "Ingin saya buatkan teh, Nyonya Besar?" "Buatkan aku rencana, Jeta!" Jeta diam bingung, untuk hal seperti ini dia tidak bisa mengeluarkan ide. "Kapan anda akan menemui Tuan Andro?" "Siang ini." "Bagaimana jika anda membawakan makanan kesukaannya?" "Astaga, Jeta," gumam Oma sambil berdecak, dia berdiri. "Itu yang hendak aku katakan." Kemudian Oma menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan siang cucunya. Oma tahu apa yang disukai Andro, yakni masakan barat yang melegenda. Saat kecil Andro hanya mau makan dengan itu setiap kali makan. Setelah selesai, Oma langsung mengepaknya dengan sangat rapi. "Aku akan berangkat, Jeta." "Baik, Nyonya Besar." Oma dengan semangat empat lima
Empat tahun kemudian. Suara keributan terdengar jelas di dalam sebuah rumah. Pagi yang sangat heboh, dimana ada banyak teriakan, tawa bahkan jeritan dari dua orang anak kecil yang saling berkejaran. "Aaaaa! Mommy!" Teriak Mentari yang dikejar oleh kakaknya, Gala mengambil belalang lalu menakut nakuti Mentari. Dan... HAP! Mentari memeluk kaki ibunya saat dia datang. "Mommy! Help me! Help me!" Raya menggendong putrinya seketika. Gala yang sedang berlari mendekat langsung berhenti, dia menyembunyikan belalang di belakangnya. "Gala," ucap Raya memperingati. "No," ucap Gala seolah menolak apa yang ada dalam pikiran ibunya. "lam just..... ingin kebun binatang." "Kau ingin kebun binatang?" Gala mengangguk. Dalam pangkuan Raya, Mentari mengadu dengan kalimat, "Dala menyimpan belalang belalang itu di kepala Tari, Mom." Anak tampan itu mengangkat bahu. "Rambut Tari sangat cocok untuk jadi kebun binatang." Dan saat itulah Mentari menangis membayangkan kepalanya akan dijadikan kebun bin
Andro harus mendapatkan infus sebagai pengganti cairan, dirinya sangat lemas karena terus menerus muntah. Di sana Hans siaga menerima berbagai keinginan Andro. "Apa anda ingin sesuatu, Tuan?" "Apa ini karma karena aku terlalu lama di Thailand? Karena aku tidak jujur?" Hans diam, dia tahu sebenarnya majikannya pergi ke Thailand untuk membangun danau cinta untuk keluarganya. "Itu bukan kebohongan, Tuan. Anda pergi untuk bekerja." "Astaga, kenapa botaknya selalu terbayang bayang di benakku?" Gumam Andro. "Anda perlu sesuatu, Tuan?" "Sudah menghubungi Raya?" "Ya, say--" "Daddy!" Teriak Mentari yang membuka pintu, dia langsung berlari dan naik ke atas ranjang. "Daddy! Are you oke?" Dan saat itulah Oma masuk. "Mereka merindukanmu, jadi Oma bawa ke sini." "Lalu Raya?" "Dia di rumah, sedang tidak enak badan." Dan tidak lama kemudian...., "Daddy!" Teriak Gala ikut naik ke atas ranjang. "Daddy! Jauhi Tari, dia punya kutu." Ingat dengan yang saudaranya lakukan, Mentari menangis seke
Karena akan menginap di rumah Oma, maka kewajiban bagi anak anak untuk membeli cemilan dan mainan lebih dulu. Seperti sekarang, Andro yang masih mual harus menggendong Gala dan Mentari menuju tempat mainan di salah satu mall dengan ditemani Hans. Sementara Oma memilih membeli berbagai makanan dengan Jeta. "Tuan, anda butuh bantuan?" Tanya Hans. "Mereka tidak ingin digendong selain Daddy nya." "We miss you, Daddy," gumam Mentari membujuk supaya tetap digendong. Baru juga mendekati toko mainan, Gala sudah mengumumkan keinginannya. "Gala mau itu," tunjuk putranya pada mainan basoka. Mata Andro melotot, dia ingat apa yang dilakukan putranya. Sering kali memodifikasi mainan hingga jadi berbahaya. Dan seringkali pantat Andro menjadi korban tembakan. "No, no, no," ucap Andro. "Selamat datang di toko mainan. Apa yang bisa saya bantu?" Tanya Karyawan itu begitu mereka masuk. "Ada benda yang anda cari, Tuan?" "Tidak, mereka akan mendapatkannya sendiri," ucap Andro menurunkan Gala dan
menatap jam, dia kesal menunggu Andro yang ternyata belum pulang juga. Dia mendesah pelan, membuat Nana yanRaya g masih menemani itu kebingungan. "Apa anda perlu sesuatu, Nyonya?" "Berhenti bertanya seperti itu, Nana, kau boleh pulang." "Saya berjanji pada Tuan Andro bahwa saya tidak akan meninggalkan anda sendirian di rumah." "Kau melakukannya dengan baik, ini hampir malam. Pulanglah dan besok bawakan aku pudding." Nana masih diam di sana, membuat Raya berdiri dan membukakan pintu keluar untuk sekretaris pribadinya itu. Dia tahu Nana mengantuk dan ingin segera pulang. "Lekaslah pulang, aku akan istirahat." "Baik, Nyonya. Selamat malam." Kenyataannya, Nana tidak pergi. Dia tangan kanan siaga, yang membuatnya berjaga di luar rumah. Hal seperti ini sudah biasa baginya, menjadi mantan intel adalah kelebihan tersendiri sekarang ini. Sementara Raya masuk kembali ke kamar sambil merebahkan diri di kasur, menatap ponsel yang tidak ada panggilan dari siapapun, bahkan Andro. Dapat dite