Beranda / Romansa / Bukan Istri Bayaran / Bab 2 Sejengkal Asa

Share

Bab 2 Sejengkal Asa

Penulis: Liliput
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-20 15:35:57

Namun belum sempat berbicara, tawa Juragan Sabri sudah memenuhi ruangan.

Sepertinya, dia begitu bahagia dengan idenya itu. 

Untungnya, Adzan magrib akhirnya berkumandang, hingga pria itu berhenti tertawa.

"Nanti malam, orang-orangku akan mengantarmu ke Villa Dipta. Kamu ikuti Mbok Minah dan berdandanlah yang cantik. Goda Dipta. Buat Dipta mau tidur denganmu!" ancamnya lagi.

"Apa ada pertanyaan?"

Lana menggeleng dan meminta izin untuk keluar ruangan.

Dia tak kuasa duduk berlama-lama lagi.

Selain muak melihat wajah Juragan Sabri. Kakinya kelu harus duduk rapi di depan pria itu.

"Bapak macam apa pria ini? Dasar sinting!" gumam Lana lirih.

Dia berjalan menuju pintu.

Ceklek!

Namun begitu pintu terbuka, seorang wanita paruh baya sudah menyambutnya dengan senyuman.

"Ayo ikut aku Nduk Lana!"

Tangan Lana segera digenggam dan diajak untuk ke belakang.

Tak diduga, sudah ada seorang wanita muda yang menyiapkan riasan untuk Lana.

"Ini si pengantin baru?" Sang perias tersenyum melihat Lana yang terlihat polos dan tidak tahu apa-apa.

"Bagaimana Mis? Apa dia cantik?" tanya Mbok Mirah dengan nada menggoda.

"Tentu saja Juragan Sabri tidak salah pilih. Andai saja Ndoro Putri masih hidup, ia tak menyesal melihat menantunya secantik ini..."

Tawanya terkekeh.

Lana sendiri tak mengerti apa yang lucu.

Mungkin, mereka juga hanya berpura-pura karena di depan cermin besar, Lana dapat melihat wajahnya yang kusam dan penuh dengan bekas tangisan.

Dimana kecantikannya yang tertinggal?

Ia tak melihat sama sekali kecantikan yang dilihat oleh sang perias. Selain wajahnya yang acak adul tidak karuan.

**

"Bagaimana Juragan Sabri?" tanya Mbok Mirah dengan semangat begitu selesai merias.

Lana sendiri hanya diam.

Namun, dia merinding begitu mendengar ucapan Juragan selanjutnya.

"Cantik...Luar biasa..Andai Dipta tidak mengawininya, aku pun mau...hahahaha!"

Gelak tawanya disambut yang lain.

Tentu saja, kecuali Lana.

Ia jadi merasa jijik melihat wajahnya yang memang sangat cantik saat setelah dirias.

"Nah Lana..ikutlah dengan Joko. Dia akan membawamu ke Villa Tuan Dipta.."

Lana lagi-lagi hanya mengangguk. Ia berjalan dengan hati-hati di belakang pengawal yang ditunjuk oleh Juragan Sabri.

Berkali-kali Lana menutup bahunya dengan kain jarit. Angin yang kencang membuat kulitnya yang terbuka bisa langsung merasakan hawa dingin.

Beberapa langkah lagi ia akan sampai.

Sebuah bangunan nampak terlihat dengan jelas. Memang tidak sebesar rumah Juragan Sabri, namun jika dibandingkan dengan rumah orang terkaya di kampungnya, memang Villa ini sangatlah besar dan megah.

"Nah..Aku akan mengetuk pintunya.." kata sang pengawal.

Tok..tok..tok!

Rupanya tidak serta merta langsung dibukakan dari dalam. Bahkan ia harus memencet bel berkali-kali.

Lama dan hampir menyerah. Begitu ungkapan hati Lana yang tergambar saat harus berdiri menunggu pintu yang terbuka.

Hanya dalam satu hari, nasib Lana berubah terkatung-katung menjadi budak atau barang tak berharga.

Tak seperti pengawal yang terbiasa berdiri lama, Lana hampir pingsan namun ia masih berusaha untuk menguatkan dirinya.

Krekkk..

Pintu utama akhirnya terbuka.

Tak lain dan tak bukan Dipta sendiri yang membukanya.

Pandangan pria itu mengarah pada pengawal yang nampak tegang. "Siapa yang menyuruhmu?"

Suara Dipta terdengar sedikit ketus saat melirik ke arah sosok wanita di belakang pengawal.

"Apa maumu?" Kali ini Dipta bertanya pada wanita yang tertunduk lesu.

Dengan perlahan, Lana memberanikan diri untuk mengangkat wajah dan melihat ke arah Dipta.

Sebuah sengatan listrik seperti merasuk ke dalam jiwa Dipta. Tepat mengenai ulu hatinya.

"Bagaimana bisa dia terlihat begitu cantik?" batin Dipta dalam hati.

Sungguh, bukan sebuah khayalan atau ilusi.

Dipta sedang tidak bermimpi. Ia juga sedang tidak melihat bidadari.

Di sisi lain, pengawal agak takut membuka mulutnya. 

"Tuan Dipta. Ini saya disuruh Juragan Sabri untuk mengantarkan Mbak Lana," ucapanya ragu. 

"Hmmm..."

Hanya dehaman yang Dipta berikan sebagai respon.

Hal ini, membuat sang pengawal makin takut.

"Kalau begitu saya permisi dulu.." Buru-buru sang pengawal pamit dan segera menjauhi keduanya.

"Mas.." Suara lembut Lana memecah keheningan.

Dia bingung apa yang harus dia lakukan dengan Dipta.

Tapi, berbeda dengan respon dinginya, pria itu malah masuk dan membiarkan pintunya terbuka begitu saja.

"Masuklah.." titah Dipta.

Lana terdiam. Jujur, ia ingin kabur.

Bayangan kematian bapaknya bahkan masih segar di pelupuk mata.

Namun, suara petir menyambar tiba-tiba menggemparkan bumi. Hanya dalam hitungan detik, jutaan air hujan menetes menghujam ke tanah.

Sialnya lagi, listrik yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba padam.

Gemerisik angin yang masuk melalui pintu depan membuat hawa dingin menyeruak.

Tak ayal rasa takut merasuki seluruh tubuh Lana. Ia memang takut gelap dan suasana sepi sendu seperti ini.

Jadi, ia pun masuk.

Namun, Dipta tak terlihat.

"Mas.." Lana memanggil-manggil.

Berharap barangkali ada jawaban dari Dipta atau penghuni lain.

Tak dinanya, ia malah mendadak merasakan jari-jemari mulai menjamah lengannya yang tak tertutup oleh selembar kain pun!

Suara Lana menghilang tiba-tiba. Ia tak kuasa menjerit ataupun meminta sebuah pertolongan. Dan kini, sebuah dekapan yang kuat mulai mencengkeram tubuhnya!

Nafas Lana tersengal. Ia masih menerka siapa sosok manusia yang kini begitu erat memeluknya dari belakang. 

"Arggghhhh.."

Bab terkait

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 3 Ruang Hampa

    Lana sedikit mengeluarkan suara.Ia hanya bisa sedikit melakukan perlawanan.Sialnya, pelukan itu semakin kuat dan tak membiarkan Lana begitu saja.Sosok yang tak bisa dilihatnya itu kini bahkan menyeret Lana ke sebuah tempat yang tak diketahui pasti.Bug!Kaki Lana secara tidak sengaja menabrak sebuah kaki meja."Aduuhhh.." Lana mengaduh. Kakinya terbentur kayu yang begitu keras."DIAMMM..."Tanpa dinyana, sosok yang menyeret Lana dalam kegelapan itu mulai bersuara dengan keras. Sambaran petir di luar menambah rasa takut yang luar biasa."Tolong, jangan lukai aku..." Lana mulai berani bersuara.Rintihan Lana membuat sosok itu kembali bersuara."Diamlah.." Kali ini, suaranya lebih lirih dari sebelumnya.Sorotan kilat yang menyambar membuat wajah sosok itu sedikit terlihat. Sosok itu membuat Lana terkejut. Tak menduga jika sosok itu adalaha Dipta!Kedua mata pria itu menatap Lana dengan tajam. Seperti seekor serigala yang kelaparan mencari mangsa dan akan menerkamnya."Kamu?"Tubuh L

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 4 Bermain Hati

    Sayangnya, Dipta tampak tak peduli.Pria itu masih menatap dalam Alina, sang istri pertama. "Aku bisa jelaskan semuanya!" ucapnya serius."Kamu sudah gila!" Alina menjawab dengan menunjukkan jari telunjuknya. Dia lalu segera melangkah menuju ke ruang tengah. Meninggalkan Dipta yang hanya menggenakan celana panjang dengan kemeja yang berantakan. Saat ini tampilannya nampak sangat acak-acakan. "Tuan..Saya pusing...." Suara Lana kembali terdengar.Kali ini begitu lemah. Tak diduga Lana pingsan."Sialan!" Dipta berteriak ke pengawal atau pembantu agar menolong Lana. Untungnya, tak lama, seorang pembantu datang."Tolong, dia!"Begitu memastikan Lana dirawat, Dipta pun berlari keluar tanpa alas kaki mengejar Alina. "Alina..." Dipta menggedor kaca pintu mobil sedan berwarna putih. "Plisss Alina..Pliss . .Tolong dengarkan penjelasanku.." Berkali-kali Dipta berusaha untuk merayu istrinya yang sedang marah besar. Urung, Alina malah mengunci pintuNamun meski mobilnya dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 5 Siasat Sesat

    "Jangan kamu dekati dia lagi..." Dipta memperingatkan Bima agar menjauh. "Hei, santai Bang!" Senyum Bima membuat Dipta makin naik pitam. Ia merasa saudara sepupunya itu memang memiliki ketertarikan kepada Lana. "Yang jelas, jauhi dia!" gertak Dipta lagi. Semakin merasa dilarang oleh Dipta, Bima semakin penasaran terhadap Lana. Bagi Bima, Lana adalah wanita kampungan yang sangat menantang untuk ditakhlukkan, Jadi, hampir setiap hari Bima selalu berusaha dekat dengan Lana. Ia menjadi lebih sering mengungi rumah Juragan Sabri dengan berbagai alasan. Entah alasan yang masuk akal atau yang hanya dibuat-buat. Dan betul, kedekatan antara Lana dan Bima segera terjadi seiring berjalannya waktu. Beberapa kali Dipta memergoki Bima yang mengendap-endap ke kamar Lana di saat sepi.Meski Dipta sendiri tidak yakin jika Lana memang sedang berada di sana. Hingga suatu hari Lana secara tidak langsung mencurahkan isi hatinya yang merindukan rumah dan juga kedua orang tuanya yang tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 6 Pusara Abadi

    Cukup lama keduanya mencari. Tak diduga tempat peristirahatan bapaknya berada di samping makam ibunya. Lana memeluk kedua nisan milik orang tuanya. Hanya tangisan yang bisa Lana persembahkan untuk keduanya. "Bapaakkk..." Lana memegang pusara milik sang bapak.Isak tangis Lana pecah. Ia tak kuasa menyeka atau menghentikan air mata yang terus mengalir. Tak ada lagi yang tersisa. Hanya tinggal dirinya yang hidup sebatang kara di dunia. Entah berapa lama dia di sana.Lana sendiri tak tahu, sampai sebuah tangan memegang pundak kiri Lana. "Sudah, ayo kita kembali.." Kepala Lana menengadah ke atas langit. Melihat wajah itu kembali. "Ayo..." Kini tak ada alasan lagi bagi Lana untuk tidak kembali ke rumah yang penuh kemalangan itu. Tak seorangpun bisa melawan takdir! Sejengkal demi sejengkal langkah kaki Lana meninggalkan pemakaman tua di desanya. Matahari memang belum terik. Tetapi mereka takut jika harus pulang kesiangan. Perut Lana berbunyi di sepanjang jalan. Tak ayal, h

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 7 Ampunan Tuan Putri

    "Kenapa kamu melepaskanku??" Lana memicinngkan matanya kepada Dipta.Seolah Dipta memang baru saja kerasukan setan dari antah berantah.Nafasnya tersengal. Kedua tangannya yang tadinya begitu kuat mencengkeram Lana, kini hanya bisa bergetar tanpa sebab."DIAAMMM.." suara lantang Dipta membuat Lana terdiam.Kenapa Dipta tidak menghabisinya saja saat ini. Agar Lana bisa segera bertemu dengan bapak dan ibunya di pusara keabadian?Genggaman tangan Dipta membuat Lana tak percaya. Jika lelaki yang begitu dingin kepadanya kini malah mengajaknya pergi entah kemana,"Aku tidak bisa pergi..." Lana menghentikan langkah dan terdiam.Dipta seolah tak mendengar apapun yang Lana katakan. Ia tetap bersikeras menyeret tangan Lana dengan paksa.Braakkk..Pintu Jeep tertutup dengan kasar. Lana hanya bisa pasrah dan memandangi jalanan yang mulai lengang."Kemana Bima pergi?" Lana berguman lirih."Siapa yang kamu cari?" Dipta m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 8 Kebahagiaan Semu

    "BENARKAH??" Dipta seakan ikut tidak mempercayai perkataan Lana yang baru saja ia dengar. "Iya Mas Dipta.." jawab Lana dengan menunduk malu. Jawaban dari Lana bak bara api yang disiramkan di atas kepala Alina. Sebagai wanita normal, ia merasa Tuhan sangat tidak adil. Mengapa Lana bisa hamil dengan begitu cepat? Sementara Alina sudah mengupayakan semuanya agar ia bisa mengandung dan meneruskan garis keturunan Juragan Sabri dan ayahnya, "TIDAAKK..!!!" Alina menyangkal pernyataan Lana. Jika hal itu benar, Alina adalah satu-satunya manusia yang menyangkalnya. "Perempuan ini pasti berdusta!" kata Alina dengan mata berkaca-kaca. "Ini bohong!!" kedua tangan Alina mulai mengacak-acak rambutnya yang lurus. Lana memberanikan diri untuk menatap wajah Alina yang penuh dengan amarah dan kebencian. "Alina...tenangkan dirimu!" pelukan Dipta tetap tidak membuat Alina tenang. Kedua matanya tetap menampakkan kebencian yang nyata untuk Lana. "Jangan sekali-kali kamu mempercayai per

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 9 Menunggumu

    "Lana..."Bima dan Lana secara bersamaan menghadap ke arah Mbok Minah."Iya Mbok.. Ada apa?" nampak Mbok Minah terlihat tergesa-gesa."Tadi Tuan Dipta kemari..."Deg. Lana tidak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja. Benarkah laki-laki itu mendatangi tempatnya di belakang?"Mungkin Mbok Minah salah lihat.." sahut Bima."Tidak, lha wong saya tadi juga menyapa beliau kok.." imbuhnya.Mendengarnya, tiba-tiba saja jantung Lana berdetak dengan cepat. Nafasnya sedikit tersengal."Kenapa Lana?" tanya Bima.Bima terkejut dengan perubahan wajah Lana yang tiba-tiba nampak kurang sehat,"Maaf Bima, aku harus masuk ke dalam rumah.."Beberapa saat kemudian Lana berjalan dengan hati-hati menuju ke dekat pintu masuk rumahnya. Ia merasa pandangannya sedikit berkunang-kunang.Tangannya sedikit gemetar dan ingin meraih sesuatu agar bisa berpegangan.Dan tanpa sebab yang pasti, Lana tiba-tiba ambruk ke lan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Bukan Istri Bayaran   Bab 10 Kejutan Malam

    "Dipta!" Bima sedikit terkejut saat menoleh ke belakang. "Darimana kamu tahu?" lanjut Bima sedikit gugup. "Sudahlah.. Jangan sembunyikan apapun dariku.." Bagaimana bisa Dipta mengetahui jika Bima membawa kabur Lana ke rumah sakit? Apakah Mbok Minah yang memberitahukan semuanya pada Dipta? Batin Bima berkecamuk! Masalahnya bisa jauh lebih rumit lagi jika Dipta sampai tahu apa yang menyebabkan Lana pingsan dan belum sadarkan diri hingga kini. "Jangan melarikan diri.." bentak Dipta. "Aku aku hanya mencari makanan untuk Mbok Minah saja..." Bima tersenyum sambil terkekeh. Meski ia tak berniat kabur atau meninggalkan Mbok Minah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04

Bab terbaru

  • Bukan Istri Bayaran   BAB 14 Melawan Rasa

    Di dalam ruangan sudah terdengar suara Lana dan Bima yang bercengkerama. Mereka tampak tak peduli bahkan tidak sadar kalau ada Dipta yang sudah berdiri di depan pintu."Mas?" Lana kaget dan seketika menutup mulutnya.Bima tampak merasa tidak nyaman karena belum cukup rasanya berduaan dengan istri sepupunya itu."Lain kali kalau mau menjenguk, izin dulu padaku. Jangan sembarangan masuk!" Dipta meraih kursi dan duduk dengan menumpukan kaki kanannya ke paha kiri.Nampak aura kesombongan itu memenuhi ruangan. Arogan!Itu penggambaran sosok Dipta di mata Lana saat ini.Lelaki itu rupanya terbakar api cemburu. Lana tak pernah menunjukkan sifat manja dan bahagianya seperti ini saat berduaan dengannya."Tadi Lana bilang ke Mbok Minah katanya mau dibelikan jus alpukat. Jadi aku bawakan jus sekalian buahnya juga." Bima masih saja bisa mengelak dan membela diri."Ada aku, kenapa meminta kamu membelikan?" Dipta tak terima.Ini sama dengan merendahkannya."Lha katanya kamu sedang keluar. Aku tidak

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 13 Cinta tak Bersyarat

    "Mas.. Mas Dipta!" tangan kanan Lana memegang lengan Dipta.Sementara Dipta masih terpaku, terdiam dengan permintaan Lana yang diluar prediksinya."Tolong saya mas. Bebaskan saya!" Lana mengiba.Wajah Lana terlihat sendu. Entah apa yang Lana rasakan terhadap Dipta,Apakah Lana merasa tidak bahagia dengan semua fasilitas mewah yang Dipta berikan saat ini?Ataukah Lana meminta sesuatu yang lain? Yang lebih dari itu."Kenapa? Apakah uang dan semua yang aku berikan selama ini kurang?" nada bicara Dipta meninggi.Lana tidak berani memandang wajah Dipta. Ia hanya terdiam."Apa kurangku? Bukankah kamu sudah hidup enak dengan kemilau harta-harta itu..."Dipta terus berbicara panjang lebar mengungkit semua pemberian yang ia berikan dan juga pemberian Juragan Sabri, ayahnya."Bukan begitu mas, Lana hanya ingin..."Jari-jemari Dipta memegang dagu Lana. Ia menghadapkan wajah Lana beradu pandang dengan kedua matanya."Apa? Apa lagi yang kamu inginkan?" Ancam Dipta"Saya ingin menikah dengan orang

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 12 Kehidupan Kedua

    "Dokteerrrr..Dokterrr...." sang perawat yang melihat tangan Lana menjadi histeris.Ia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Benarkah Lana kembali hidup?"Astaga!" dokter juga tak kalah histeris.Meski sang dokter bisa sedikit menyembunyikan rasa takjubnya pada Lana yang tiba-tiba bisa tersadar dalam kondisi yang kritis."Benar-benar mukjizat!" seru sang dokter.Tak menunggu lama, dokter segera menghubungi Dipta agar kembali ke ruangan Lana."Apakah pasien dan bayinya sama-sama bisa selamat dok?" tanya sang perawat penasaran.Dokter yang terus memantau kesehatan Lana melalui monitor hanya bisa diam dan memberikan kedipan mata.Selama dua puluh tahun ia berpraktek menjadi dokter, baru kali ini ada wanita hamil yang sudah kritis bisa menunjukkan kehidupannya kembali."Suster, terus pantau pasien ini. Sepertinya kita harus lebih serius dalam mengobservasinya..""Baik dok...""Satu jam lagi, saya akan k

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 11 Keajaiban Cinta

    "Lana.." Dipta memegang tangan Lana yang lemah. Tatapannya nanar. Menatap istrinya yang sedang lemah terkulai dengan balutan infus dan selang oksigen. "Semoga kamu baik-baik saja.." Tak henti-hentinya Dipta mengecup tangan kanan Lana yang ia pegang dengan hati-hati. Tentu tak ada yang menyangka jika lelaki sekeras Dipta bisa luluh ketika melihat Lana tersiksa tanpa kata. "Aku akan menunggumu di sini.." Tidak hanya Lana mungkin. Bahkan Dipta pun juga heran dengan dirinya sendiri yang tak bisa ia kendalikan. Entah apa namanya rasa ini. Ia begitu ingin dekat dan selalu bersama dengan Lana. Meski terkadang egonya masih terlalu tinggi. Kebersamaannya bersama Alina nyatanya belum bisa pudar begitu saja. Dipta benar-benar bimbang. Ia dihadapkan dengan permasalahan hati yang cukup rumit. Yang tak mudah terurai dengan waktu. "Permisi Pak. Maaf Anda siapa?" Lamunan Dipta pudar. Kedatangan perawat membuatnya tersadar. "Saya suaminya.." seolah tanpa ragu ia mengakui jika i

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 10 Kejutan Malam

    "Dipta!" Bima sedikit terkejut saat menoleh ke belakang. "Darimana kamu tahu?" lanjut Bima sedikit gugup. "Sudahlah.. Jangan sembunyikan apapun dariku.." Bagaimana bisa Dipta mengetahui jika Bima membawa kabur Lana ke rumah sakit? Apakah Mbok Minah yang memberitahukan semuanya pada Dipta? Batin Bima berkecamuk! Masalahnya bisa jauh lebih rumit lagi jika Dipta sampai tahu apa yang menyebabkan Lana pingsan dan belum sadarkan diri hingga kini. "Jangan melarikan diri.." bentak Dipta. "Aku aku hanya mencari makanan untuk Mbok Minah saja..." Bima tersenyum sambil terkekeh. Meski ia tak berniat kabur atau meninggalkan Mbok Minah

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 9 Menunggumu

    "Lana..."Bima dan Lana secara bersamaan menghadap ke arah Mbok Minah."Iya Mbok.. Ada apa?" nampak Mbok Minah terlihat tergesa-gesa."Tadi Tuan Dipta kemari..."Deg. Lana tidak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja. Benarkah laki-laki itu mendatangi tempatnya di belakang?"Mungkin Mbok Minah salah lihat.." sahut Bima."Tidak, lha wong saya tadi juga menyapa beliau kok.." imbuhnya.Mendengarnya, tiba-tiba saja jantung Lana berdetak dengan cepat. Nafasnya sedikit tersengal."Kenapa Lana?" tanya Bima.Bima terkejut dengan perubahan wajah Lana yang tiba-tiba nampak kurang sehat,"Maaf Bima, aku harus masuk ke dalam rumah.."Beberapa saat kemudian Lana berjalan dengan hati-hati menuju ke dekat pintu masuk rumahnya. Ia merasa pandangannya sedikit berkunang-kunang.Tangannya sedikit gemetar dan ingin meraih sesuatu agar bisa berpegangan.Dan tanpa sebab yang pasti, Lana tiba-tiba ambruk ke lan

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 8 Kebahagiaan Semu

    "BENARKAH??" Dipta seakan ikut tidak mempercayai perkataan Lana yang baru saja ia dengar. "Iya Mas Dipta.." jawab Lana dengan menunduk malu. Jawaban dari Lana bak bara api yang disiramkan di atas kepala Alina. Sebagai wanita normal, ia merasa Tuhan sangat tidak adil. Mengapa Lana bisa hamil dengan begitu cepat? Sementara Alina sudah mengupayakan semuanya agar ia bisa mengandung dan meneruskan garis keturunan Juragan Sabri dan ayahnya, "TIDAAKK..!!!" Alina menyangkal pernyataan Lana. Jika hal itu benar, Alina adalah satu-satunya manusia yang menyangkalnya. "Perempuan ini pasti berdusta!" kata Alina dengan mata berkaca-kaca. "Ini bohong!!" kedua tangan Alina mulai mengacak-acak rambutnya yang lurus. Lana memberanikan diri untuk menatap wajah Alina yang penuh dengan amarah dan kebencian. "Alina...tenangkan dirimu!" pelukan Dipta tetap tidak membuat Alina tenang. Kedua matanya tetap menampakkan kebencian yang nyata untuk Lana. "Jangan sekali-kali kamu mempercayai per

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 7 Ampunan Tuan Putri

    "Kenapa kamu melepaskanku??" Lana memicinngkan matanya kepada Dipta.Seolah Dipta memang baru saja kerasukan setan dari antah berantah.Nafasnya tersengal. Kedua tangannya yang tadinya begitu kuat mencengkeram Lana, kini hanya bisa bergetar tanpa sebab."DIAAMMM.." suara lantang Dipta membuat Lana terdiam.Kenapa Dipta tidak menghabisinya saja saat ini. Agar Lana bisa segera bertemu dengan bapak dan ibunya di pusara keabadian?Genggaman tangan Dipta membuat Lana tak percaya. Jika lelaki yang begitu dingin kepadanya kini malah mengajaknya pergi entah kemana,"Aku tidak bisa pergi..." Lana menghentikan langkah dan terdiam.Dipta seolah tak mendengar apapun yang Lana katakan. Ia tetap bersikeras menyeret tangan Lana dengan paksa.Braakkk..Pintu Jeep tertutup dengan kasar. Lana hanya bisa pasrah dan memandangi jalanan yang mulai lengang."Kemana Bima pergi?" Lana berguman lirih."Siapa yang kamu cari?" Dipta m

  • Bukan Istri Bayaran   Bab 6 Pusara Abadi

    Cukup lama keduanya mencari. Tak diduga tempat peristirahatan bapaknya berada di samping makam ibunya. Lana memeluk kedua nisan milik orang tuanya. Hanya tangisan yang bisa Lana persembahkan untuk keduanya. "Bapaakkk..." Lana memegang pusara milik sang bapak.Isak tangis Lana pecah. Ia tak kuasa menyeka atau menghentikan air mata yang terus mengalir. Tak ada lagi yang tersisa. Hanya tinggal dirinya yang hidup sebatang kara di dunia. Entah berapa lama dia di sana.Lana sendiri tak tahu, sampai sebuah tangan memegang pundak kiri Lana. "Sudah, ayo kita kembali.." Kepala Lana menengadah ke atas langit. Melihat wajah itu kembali. "Ayo..." Kini tak ada alasan lagi bagi Lana untuk tidak kembali ke rumah yang penuh kemalangan itu. Tak seorangpun bisa melawan takdir! Sejengkal demi sejengkal langkah kaki Lana meninggalkan pemakaman tua di desanya. Matahari memang belum terik. Tetapi mereka takut jika harus pulang kesiangan. Perut Lana berbunyi di sepanjang jalan. Tak ayal, h

DMCA.com Protection Status