Dalam sehari ini Ayah pontang-panting mencari orang pintar yang diyakininya bisa menghilangkan santet yang menempel di tubuhku. Ibu sibuk menghubungi keluarga besar yang sekiranya bisa membantu kami. Monic dan Sahla yang seharusnya kembali ke kota mereka, akhirnya mengalah untuk menungguku di Rumah Sakit bersama Hilal.Dokter menyarankan Ibu agar aku menggunakan ventilator, tapi aku menolaknya. Nafasku sudah tidak bisa dikatakan normal, tapi aku tahu jika menggunakan alat itu jauh lebih menyakitkan. Tepat di tengah perdebatanku dengan Ibu, Tante Ning datang. Adik perempuan satu-satunya Ibu yang masih sangat muda. Ayah menyusul memasuki kamar membawa kelapa muda, bunga tujuh rupa yang masih segar, serta berpasang-pasang pisang yang sudah matang."Ini, dari Mbah Karma," ujar Ayah. Pisang dan kelapa muda memang masuk akal untuk dikonsumsi sebagai penambah daya tahan tubuh. Tapi bunga-bunga dan bermacam-macam benda aneh lainnya hanya membuat kamar ini menjadi tidak karuan baunya. Aku yak
Kematian perempuan yang dulunya adalah anak paling menyebalkan membuatku sangat terpukul. Sebesar apapun rasa benciku padanya, pada akhirnya aku merasa bersalah. Ia sangat mencintai suamiku dan tak pernah mendapatkan balasan. Cinta yang bertepuk sebelah tangan dan membuatnya menderita lahir batin.Semoga di akhir hidupnya Ia tahu bahwa dirinya sudah mendapatkan apa yang Ia inginkan, dinikahi Mas Rizki. "Kamu nggak boleh sedih, Sayang. Karena kita semua akan berjuang bersama-sama untuk kemoterapi," bisik Mas Rizki di pundakku."Sebentar lagi rambutku akan habis dan rupaku menjadi semakin jelek. Mas Rizki pasti risih melihatku," ucapku. "Tidak, Sayang," Mas Rizki menggenggam tanganku.Aku divonis mengidap tumor ganas dua minggu setelah melahirkan anak keduaku. Takdir yang tidak kuduga saat cinta kami mulai bersemi kembali. Itsna tak mendapatkan kasih sayang yang penuh karena konsentrasiku terus terbagi. Takdir ini kuterima saat hobiku sedang berada di puncak. Banyak job sebagai pembic
Dua tahun kemudian …."Ayah, nanti malam mandi bola lagi ya," ucap Ikhda."Kita kan mau ke rumah Simbah, Kak," tanggap Rizki kepada putra sulungnya. Sembari menggendong Itsna yang baru berusia dua tahun, tangan satunya menggandeng Ikhda menuju gerbang sekolah. Sudah takdir bahwa Ia menjadi seorang single father yang mengurus dua anak sekaligus. Ia berkomitmen merawat dua buah hatinya, dua bukti cinta dari istri pertamanya, Fatma.Setelah memastikan Ikhda memasuki kelas tempat Ia belajar, langkah kakinya kembali menuju mobil yang Ia parkir di dekat gedung sekolah. Didudukkannya putri piatu itu ke kursi mobil. "Ayah," celoteh si mungil."Iya?" Rizki menoleh sambil berusaha sekeras mungkin untuk konsentrasi pada kemudi mobilnya. "Nana mau apa?" Tanya Rizki karena putrinya tidak kunjung bicara juga."Ke rumah Simbah," jawabnya. "Iya, tapi nanti ya. Sekarang Nana sekolah dulu, biar pintar," jawabnya."Ke rumah simbah," ulang si kecil."Iya, kita tunggu Kakak sekolah dulu ya. Nana juga
Menjadi istri kedua bukan pilihan yang mudah bagi Putri, perempuan yang akhirnya dikaruniai buah hati di pernikahan keduanya itu mendapat bermacam-macam asumsi yang dilontarkan kepadanya. Labelling pelakor adalah salah satu yang paling menyakitkan baginya. Perempuan pelakor memang menyakitkan dan dianggap hama oleh hampir semua perempuan lain. Tetapi hal yang lebih menyakitkan adalah ketika dituduh sebagai pelakor.Apakah istri kedua sudah tentu pelakor? Bagaimana jika itu adalah pilihan Sang Suami? Bagi lelaki, memadu perempuan bukanlah hal yang berdosa. Ia berhak mempersunting perempuan lebih dari satu jika telah memenuhi syarat. Konsekuensi tersakitinya perasaan istri pertama mungkin lebih disorot karena Ia adalah perempuan yang terlebih dahulu hadir di hati suami. Apakah orang-orang tahu bahwa menjadi istri kedua juga sama menyakitkannya karena suami sudah memiliki tambatan hati yang sesungguhnya yaitu istri pertama? Ia, istri kedua hanyalah tambahan, hanya sandaran kedua. Setida
Gadis itu termenung setelah membaca portofolio di depannya. Lelaki itu, lelaki kaya raya kolega ayahnya yang melamarnya adalah seorang CEO duda beranak dua yang sudah pernah memiliki istri dua kali. Jika Ia mau menerima permintaan ayahnya untuk menerima lamaran tersebut, maka Ia adalah perempuan ketiga yang menjadi istri lelaki itu.Mengejutkannya lagi, istri kedua lelaki itu adalah almarhum temannya sendiri saat kuliah. Nahru Rizki Budiman, duda rupawan itu adalah mantan suami Falencia Nikita teman kuliah yang digandrungi banyak lelaki. Ia sangat membenci gadis itu karena kekasihnya sendiri pun tak luput menyukai Fani. Fani jugalah yang menyebabkan Ia diputus oleh Hilal.Febi sudah tidak peduli lagi sekarang Hilal ada di mana dan bagaimana kehidupannya. Ia yakin lelaki itu pasti sangat menyesal telah meninggalkannya demi gadis lain, lalu ternyata apa yan
Tekadnya sudah bulat, firasatnya setelah tiga kali sholat istikhoroh tidak dapat Ia ragukan lagi. Rizki mengajukan proposal lamaran kepada Pak Omar tidak peduli seberapa kekanakan tingkah anak gadis koleganya, Rizki benar-benar tertarik kepadanya. Dengan berbekal keyakinan dan restu Ummi, Rizki melamar Febi melalui ayah gadis itu."Saya tidak menyangka Bapak berkenan melamar anak saya, semoga ini semakin mempererat hubungan bisnis kita…”“Hmm mohon maaf, Pak saya melamar putri Bapak karena Alloh. tapi meskipun begitu semoga hubungan bisnis kita juga semakin baik."Pak Omar tersipu malu denngan ucapan Rizki, oleh karena itu Rizki bersikeras mengutarakan maksudnya. Ia menikahi gadis itu bukan semata-mata karena uang, ia ingin anak-anaknya memiliki seorang ibu. Ia tidak diuntungkan dari segi bi
Memiliki dua istri bukanlah perkara mudah. Hikam harus benar-benar adil dan tegas dalam mengelola rumah tangganya. Salis yang selalu berupaya mencurangi agar dirinya terus bersama Hikam tanpa peduli dengan Putri, ataupun Putri yang selalu merasa diperlakukan tidak adil oleh Hikam."Aku harus bagaimana, Mas. Mengapa Mas Hikam tidak pernah memedulikan Aghni. Apa Mas kira dia tidak butuh peran ayah?""Lis, aku selalu bersama Aghni tiap pagi dan sore hari. Ya, mungkin kecuali hari Sabtu dan Minggu. Kurang bagaimana lagi?""Apa Mas tahu dia di sekolah punya cerita apa saja?"Hikam diam sesaat memahami maksud ucapan Salis."Mas Hikam bersama Aghni tetapi hati dan pikirannya entah ke mana."
Hari-hari yang seharusnya Febi gunakan untuk mengurus surat-surat lamarannya ke lowongan pekerjaan menjadi sia-sia, pikiran tentang perjodohan yang bakal menimpa dirinya sangat mengganggu dan menguras air mata. Ayahnya tega melakukan itu padanya. Apakah karena sudah bosan menghidupinya hingga dengan serta merta menerima lamaran pengusaha kaya itu?Febi memutar otak bagaimana cara agar dirinya terhindar dari pernikahan tidak adil yang sudah semakin dekat. Ia tidak mau itu tejadi, Ia harus pergi ke manapun Ia bisa sampai akhirnya pernikahan itu tidak terjadi pada dirinya. Ia tersenyum simpul ketika sesuatu terlintas di dalam benaknya, mungkin tidak salah jika Ia meminta bantuan kepada seseorang. Ia berharap rencana itu berhasil, diambilnya handphone yang hampir setengah hari Ia diamkan lalu menggerakkan jemarinya di layar dengan terampil.“Hil, Lu sekarang