“Iya, Pak. Ini ngantar nyonya ke kosan temannya.”Kiki menyempatkan mengangkat panggilan Devran saat Nayra sudah turun menuju kos-kosan temannya.“Oh. Masih ke rumah temannya dia?” Sambil menanadatangani beberapa dokumen, Devran menyahuti Kiki.Tadinya dia mau langsung menemui Nayra. Tapi kalau Nayranya masih di rumah temannya, Devran mungkin punya sedikit waktu untuk beristirahat.Semalaman belum bisa menyempatkan tidur barang sejenak, Devran meminta sekretarisnya mengantar dokumen yang harus ditandatanginya ke apartemen saja.Dia memaksakan diri untuk beristirahat agar kondisinya lebih fit saat menemui Nayra. Dia butuh tubuh yang bugar dan pikiran yang jernih menghadapi Nayra kalau saja akan merajuk. Sudah pasti Nayra akan merajuk karena kesal sejak dia datang kemarin Devran belum menghubungi atau menemuinya. Gimana lagi, mamanya sedikit dramatis kalau dalam keadaan sakit. nangis takt mati. Tapi kalau sudah sembuh, lupa deh dengan ketakutannya itu.“Baiklah. Sekalian tolong sampai
“Sial!”Devran mengumpati apa yang barusan terjadi.Dia membiarkan Nayra berlalu karena tahu Kiki sudah menunggunya di bawah. Lebih baik dia kembali dan mengurus gadis lancang itu.“Maaf, Pak. Tadi saya hanya mencemaskan Anda.” Gadis itu tampak ketakutan melihat tatapan Devran yang mengerikan padanya.“Apa orang tuamu tidak mengajarimu etika agar tidak sembarang masuk ke kamar seorang pria?” Devran langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Abiyan agar memecat gadis yang lancang ini.“Mohon, Pak. Jangan pecat saya!” Yasmin sampai bersimpuh di kaki Devran.“Keluar, kau!” Devran marah dan menunjuk pintu agar gadis itu punya muka untuk tidak tetap di apartemennya setelah nyata-nyata berlaku yang memalukan.Tapi Yasmin malah tergugu. “Saya terpaksa melakukan ini, Pak.”Devran menyipitkan matanya. Apa juga yang membuatnya terpaksa?“Mas Nanda memaksaku untuk melakukannya, Pak!”Devran mendengar satu nama itu terucap dari bibir sekretarisnya itu. Dia tidak lupa, kalau Yasmin adalah ana
“Mas Devran?”Devran hanya termenung hingga tak mendengar panggilan itu. Perasaannya nelangsa karena Nayra sepertinya benar-benar marah padanya. Dia bahkan mengabaikannya dengan pergi naik taksi dan tak mengucakan sepatah katapun.Pesan dan panggilannya pun tak dibalasnya. Seolah dia baru saja mendapat karma dari apa yang juga diperbuatnya pada Nayra sebelum ini.Seperti ini mungkin rasanya diabaikan, bahkan yang dirasakan Nayra pasti lebih dari ini karena sudah salah paham dengan apa yang dilihatnya tadi.“Mas Devran?” lagi Musa memanggilnya. Kali ini Devran baru tergugah.“Bagaimana?” jawabnya lemas menatap Musa.“Tidak ada manipulasi dari data hasil DNA di Edinburgh. Hanya saja Yas menyampaikan mungkin sampelnya sudah ditukar.” Tatapan mata Devran sebentar berkilat mendengarnya. Rahangnya mengerat dan sudah tergambar betapa dia akan menghancurkan pria itu kalau sampai berani mempermainkannya sebegininya.“Kurang ajar kalau benar begitu!” gumamnya bangkit dan hendak berlalu.Mu
"Alana bukan papamu, tapi aku!" Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Devran mendapat pernyataan itu.Campur aduk tak karuan hingga dia ada di sebuah titik muak dengan semuanya.Apa yang ada di benak wanita yang melahirkannya itu saat membiarkan kesalahan itu berjalan dengan begitu saja di depan matanya?Nayra hampir bunuh diri dan tidak tahu bagaimana putus asanya dirinya mengetahui semua ini. Lalu orang-orang itu dengan keegoisannya menyembunyikan kenyataan ini?“Kejam sekali kalian!” gumam Devran dengan geram setelah tahu bahwa selama ini dipermainkan saja.Lebih kesal lagi ternyata, Ananda juga selama ini tahu kalau dirinya bukan putra papanya. Dia juga akan membuat perhitungan dengan pria itu!Tenang! Bukan itu prioritasnya sekarang.Setidaknya dia sudah tahu tidak ada hal yang terlarang antara dirinya dan Nayra. Dia akan memperbaiki semuanya sebelum terlambat.Meski sedih, hatinya benar-benar lega dan bahagia untuk kenyataan lainnya. Sedihnya, karena masih menyesali, ternya
“Seharusnya kau tak melibatkan dulu poin ini ke dalam proyek. Kalau bisa di ubah, ubahlah sebelum malah akan menghambat banyak hal kedepannya.” Saran Ludwig pada mega proyek perusahaannya yang eksekusinya sedang berlangsung itu.“Tidak perlu, semua sudah matang. Kalau memberi saran kenapa tidak sebelum eksekusi dulu?” Dengan dingin Devran menanggapi saran pria yang seharusnya memang memiliki hak untuk itu.Ludwig paham. Devran pasti masih kesal dan kecewa setelah dirinya baru mengaku sebagai ayah biologisnya.Walau posisinya lebih tinggi dari Devran untuk sebuah keputusan dalam perusahaannya, tapi Ludwig memilih mengalah dan membiarkan ego Devran yang menang. Devran adalah putranya. Tidak mau lebih jauh bersitegang dengannya.“Baik, kalau menurutmu itu tidak perlu dilakukan, aku akan percaya padamu,” ujar Ludwig tampak sabar. Seolah membiarkan peserta meeting yang lain menganggapnya tak bisa menyetir Devran. Ludwig juga tidak masalah dipandang tak lebih berkuasa dari Devran atas seb
‘Mimpi apa dia datang-datang nampak kesal memperkarakanku mengangkat panggilan orang lain?’ gumam Nayra dalam hatinya, tak peduli.Dia melanjutkan merias wajahnya lantaran harus segera berangkat periksa. Mamanya pasti sudah menunggu di depan. Tapi melihat Devran malah duduk di tepi pembaringan sembari menunggunya, Nayra sedikit terusik. Hanya saja ingat, dia tidak mau lagi bicara dengan pria munafik ini.Lantas Nayra segera bangkit untuk keluar. Sayangnya, tasnya ada di samping Devran.Nanti saja diambil. Sekarang mending dirinya keluar agar pria ini ikut keluar. Setelah itu Nayra akan balik dan mengambil tasnya.Devran bisa saja melakukan sesuatu kalau dia mendekatinya. Menarik lengannya atau memeluknya mungkin saja dilakukan pria itu sekedar berbasa-basi untuk mengatakan kata maafnya.No. Nayra tidak mau lagi mendengarnya minta maaf. Sudah basi!“Ayo, Ma?” Nayra melihat sang mama yang malah belum bersiap. Papanya juga tampak sangat santai duduk di sampingnya. Padahal kemarin, F
Bugh!Nayra mencoba berdiri setelah tersungkur di lantai. Tak dipedulikan tubuhnya yang sudah lebam sana-sini akibat penyiksaan ibu dan saudari tirinya itu sejak kemarin.Mereka memang murka pada Nayra karena kabur dari pertemuan begitu sadar dirinya dijebak untuk menikahi pria tua mesum yang anaknya saja lebih tua darinya.Sayangnya, Nayra tertangkap oleh keduanya….“Kenapa kalian kejam sekali padaku?” lirih Nayra akhirnya, menahan pedih.Siapapun yang memiliki hati nurani akan kasihan padanya. Namun, ibu tirinya justru tertawa.Bahkan, saudari tirinya tiba-tiba mencengkram kuat dagu Nayra. Menatapnya tepat di kedua matanya. “Kejam? Kami justru berbaik hati padamu. Juragan itu sangat kaya dan bisa memberikanmu hidup penuh kemewahan!”“Benar, Kau seharusnya berterima kasih karena aku memilihkan jodoh yang tepat!” timpal Ibu tirinya dengan ketus, “awas saja jika kau berani kabur seperti sebelumnya.”“Tapi aku masih mau kuliah, Ma!” ujar Nayra di sisa rasa frustasinya.Dia tahu benar
“Siapa ini?!”Ketika hendak mengambil barang belanjaannya untuk dibawa ke rumah, Devran begitu terkejut ada seorang perempuan yang meringkuk di bagasi mobilnya.Bagaimana bisa ada di sana?Seketika, ahli waris keluarga Alana itu teringat bahwa dia sempat meninggalkan bagasinya terbuka saat memasukkan barang karena ayahnya menelpon.“Sial…” lirihnya tanpa sadar.Bisa-bisa, Devran disangka menculik atau berbuat buruk pada perempuan ini. Atau yang lebih parah, perempuan ini justru komplotan penipu?Tak ingin membuang waktu, Devan lantas mengguncang tubuh perempuan itu.Sayangnya ketiadaan reaksi justru membuat Devran menjadi panik.Segera, ia menoleh ke kanan dan ke kiri.Setahun di tempat ini, Devran tahu seperti apa karakter tetangganya.Meski perumahan ini terbilang modern–-setidaknya untuk ukuran kota kecil ini—mereka bukanlah orang yang berpemikiran terbuka seperti di tempat asalnya.Kemarin saja, saat bos wanita di kantor tempatnya bekerja datang dengan pakaian serba ketat ke rum
‘Mimpi apa dia datang-datang nampak kesal memperkarakanku mengangkat panggilan orang lain?’ gumam Nayra dalam hatinya, tak peduli.Dia melanjutkan merias wajahnya lantaran harus segera berangkat periksa. Mamanya pasti sudah menunggu di depan. Tapi melihat Devran malah duduk di tepi pembaringan sembari menunggunya, Nayra sedikit terusik. Hanya saja ingat, dia tidak mau lagi bicara dengan pria munafik ini.Lantas Nayra segera bangkit untuk keluar. Sayangnya, tasnya ada di samping Devran.Nanti saja diambil. Sekarang mending dirinya keluar agar pria ini ikut keluar. Setelah itu Nayra akan balik dan mengambil tasnya.Devran bisa saja melakukan sesuatu kalau dia mendekatinya. Menarik lengannya atau memeluknya mungkin saja dilakukan pria itu sekedar berbasa-basi untuk mengatakan kata maafnya.No. Nayra tidak mau lagi mendengarnya minta maaf. Sudah basi!“Ayo, Ma?” Nayra melihat sang mama yang malah belum bersiap. Papanya juga tampak sangat santai duduk di sampingnya. Padahal kemarin, F
“Seharusnya kau tak melibatkan dulu poin ini ke dalam proyek. Kalau bisa di ubah, ubahlah sebelum malah akan menghambat banyak hal kedepannya.” Saran Ludwig pada mega proyek perusahaannya yang eksekusinya sedang berlangsung itu.“Tidak perlu, semua sudah matang. Kalau memberi saran kenapa tidak sebelum eksekusi dulu?” Dengan dingin Devran menanggapi saran pria yang seharusnya memang memiliki hak untuk itu.Ludwig paham. Devran pasti masih kesal dan kecewa setelah dirinya baru mengaku sebagai ayah biologisnya.Walau posisinya lebih tinggi dari Devran untuk sebuah keputusan dalam perusahaannya, tapi Ludwig memilih mengalah dan membiarkan ego Devran yang menang. Devran adalah putranya. Tidak mau lebih jauh bersitegang dengannya.“Baik, kalau menurutmu itu tidak perlu dilakukan, aku akan percaya padamu,” ujar Ludwig tampak sabar. Seolah membiarkan peserta meeting yang lain menganggapnya tak bisa menyetir Devran. Ludwig juga tidak masalah dipandang tak lebih berkuasa dari Devran atas seb
"Alana bukan papamu, tapi aku!" Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Devran mendapat pernyataan itu.Campur aduk tak karuan hingga dia ada di sebuah titik muak dengan semuanya.Apa yang ada di benak wanita yang melahirkannya itu saat membiarkan kesalahan itu berjalan dengan begitu saja di depan matanya?Nayra hampir bunuh diri dan tidak tahu bagaimana putus asanya dirinya mengetahui semua ini. Lalu orang-orang itu dengan keegoisannya menyembunyikan kenyataan ini?“Kejam sekali kalian!” gumam Devran dengan geram setelah tahu bahwa selama ini dipermainkan saja.Lebih kesal lagi ternyata, Ananda juga selama ini tahu kalau dirinya bukan putra papanya. Dia juga akan membuat perhitungan dengan pria itu!Tenang! Bukan itu prioritasnya sekarang.Setidaknya dia sudah tahu tidak ada hal yang terlarang antara dirinya dan Nayra. Dia akan memperbaiki semuanya sebelum terlambat.Meski sedih, hatinya benar-benar lega dan bahagia untuk kenyataan lainnya. Sedihnya, karena masih menyesali, ternya
“Mas Devran?”Devran hanya termenung hingga tak mendengar panggilan itu. Perasaannya nelangsa karena Nayra sepertinya benar-benar marah padanya. Dia bahkan mengabaikannya dengan pergi naik taksi dan tak mengucakan sepatah katapun.Pesan dan panggilannya pun tak dibalasnya. Seolah dia baru saja mendapat karma dari apa yang juga diperbuatnya pada Nayra sebelum ini.Seperti ini mungkin rasanya diabaikan, bahkan yang dirasakan Nayra pasti lebih dari ini karena sudah salah paham dengan apa yang dilihatnya tadi.“Mas Devran?” lagi Musa memanggilnya. Kali ini Devran baru tergugah.“Bagaimana?” jawabnya lemas menatap Musa.“Tidak ada manipulasi dari data hasil DNA di Edinburgh. Hanya saja Yas menyampaikan mungkin sampelnya sudah ditukar.” Tatapan mata Devran sebentar berkilat mendengarnya. Rahangnya mengerat dan sudah tergambar betapa dia akan menghancurkan pria itu kalau sampai berani mempermainkannya sebegininya.“Kurang ajar kalau benar begitu!” gumamnya bangkit dan hendak berlalu.Mu
“Sial!”Devran mengumpati apa yang barusan terjadi.Dia membiarkan Nayra berlalu karena tahu Kiki sudah menunggunya di bawah. Lebih baik dia kembali dan mengurus gadis lancang itu.“Maaf, Pak. Tadi saya hanya mencemaskan Anda.” Gadis itu tampak ketakutan melihat tatapan Devran yang mengerikan padanya.“Apa orang tuamu tidak mengajarimu etika agar tidak sembarang masuk ke kamar seorang pria?” Devran langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Abiyan agar memecat gadis yang lancang ini.“Mohon, Pak. Jangan pecat saya!” Yasmin sampai bersimpuh di kaki Devran.“Keluar, kau!” Devran marah dan menunjuk pintu agar gadis itu punya muka untuk tidak tetap di apartemennya setelah nyata-nyata berlaku yang memalukan.Tapi Yasmin malah tergugu. “Saya terpaksa melakukan ini, Pak.”Devran menyipitkan matanya. Apa juga yang membuatnya terpaksa?“Mas Nanda memaksaku untuk melakukannya, Pak!”Devran mendengar satu nama itu terucap dari bibir sekretarisnya itu. Dia tidak lupa, kalau Yasmin adalah ana
“Iya, Pak. Ini ngantar nyonya ke kosan temannya.”Kiki menyempatkan mengangkat panggilan Devran saat Nayra sudah turun menuju kos-kosan temannya.“Oh. Masih ke rumah temannya dia?” Sambil menanadatangani beberapa dokumen, Devran menyahuti Kiki.Tadinya dia mau langsung menemui Nayra. Tapi kalau Nayranya masih di rumah temannya, Devran mungkin punya sedikit waktu untuk beristirahat.Semalaman belum bisa menyempatkan tidur barang sejenak, Devran meminta sekretarisnya mengantar dokumen yang harus ditandatanginya ke apartemen saja.Dia memaksakan diri untuk beristirahat agar kondisinya lebih fit saat menemui Nayra. Dia butuh tubuh yang bugar dan pikiran yang jernih menghadapi Nayra kalau saja akan merajuk. Sudah pasti Nayra akan merajuk karena kesal sejak dia datang kemarin Devran belum menghubungi atau menemuinya. Gimana lagi, mamanya sedikit dramatis kalau dalam keadaan sakit. nangis takt mati. Tapi kalau sudah sembuh, lupa deh dengan ketakutannya itu.“Baiklah. Sekalian tolong sampai
Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya mereka sampai juga di Jakarta. Hati Nayra tampak berbunga-bunga sekali. Bisa kembali menghirup udara di tanah airnya.Namun melihat mereka hanya bertiga, Nayra jadi merasa ada yang kurang.“Nenekmu juga akan datang kalau kau lahiran,” tukas Farah yang paham raut resah dari wajah Nayra.Sebenarnya Renata tidak setuju mereka balik ke Indonesia. Dia tidak suka cucunya itu mendapat masalah di sana. Tapi dia tak berdaya dengan keinginan Nayra.Hanya saja Renata memutuskan tetap di Edinburgh, agar Nayra tak segan kembali ke tempat ini untuk alasan menengoknya. Mobil jemputan sudah berada di bandra begitu mereka datang. Mereka tak menunda untuk pulang ke rumah keluarga. Kedatangan mereka di sambut beberapa pelayan. Makanan pun sudah siap di meja dengan aneka menu.Ini semua request Nayra. Dia tidak berselera makan di Edinburgh karena kangen masakan ala Indonesia.“Ayo, makan dulu, Ma!” Nayra mengajak Farah.“Ayo!” Alana langsung menyahut saat is
“Aku bisa memakainya sendiri!”Nayra merebut kimono yang di bentangkan Ananda saat ingin membantu memakaikannya.Dengan gerakan cepat dan canggung Nayra segera membalut tubuhnya dengan kimono itu.Sementara Ananda memperhatikan itu dengan wajah tenangnya. Seolah apa yang dilakukannya bukan sesuatu hal yang berlebihan.“Aku besok sudah balik ke Oxford lagi. Penelitianku sudah selesai. Tadi Tante Farah bilang kau di kamar. Jadi aku mau pamit, Nay,” ujar Ananda pada Nayra.“Iya, Dok. Terima kasih banyak selama ini sudah menyempatkan waktu untuk menemaniku dan mengingatkan tentang kesehatanku.” Nayra masih dengan sopan menyampaikan terima kasihnya pada Ananda, walau sempat ada rasa tidak berkenan barusan.“Haha, aku tidak menghitung tentang itu. Kau tidak lupa kan? Aku ini dokter, Nay. Peduli dan perhatian untuk kesehatan siapapun sudah menjadi prinsipku. Dan satu lagi... maaf, jangan perhitungan soal aku yang langsung masuk ke kamarmu, ya? Aku sering melihat pasien wanita membuka seluruh
Nayra tahu alasan itu. Tapi hanya merasa aneh saja. Dia juga ingat Devran tidak lagi memanggilnya dengan kata-kata mesra.“Mas Devran kenapa tidak lagi memanggilku sayang? Apa sudah tidak sayang lagi?” “Astaga, hanya panggilan, Nay.”“Apa panggilan sayangnya sudah pindah ke wanita lain?”“Enggak, Sayangku. Ayo, tidur. Ini sudah malam!” Devran baru sadar malah bicara kemana-mana. Padahal niatnya tadi memarahi Nayra karena selarut ini belum tidur.“Aku sudah tidur siang tadi, jadi sekarang malah enggak bisa tidur.”“Sekarang coba tidur, ya?”“Bentar, Sayang. Mas Devran belum cerita keadaan Mama Tamara.” “Dia sudah membaik, kok. Hanya belum bisa beranjak dari tempat tidur saja. Nunggu pulih perlahan.”“Oh, syukurlah, Mas.” Nayra ikut senang.Walau wanita itu selalu membencinya, Nayra tidak serta merta membencinya balik. Bagaimanapun wanita itu adalah ibu dari pria yang dicintainya, juga nenek dari buah hati mereka.“Oh, ya, Mas. Nanti kalau mama dan Papa Alana sudah balik dari Ams