Share

21.

POV Alana

Bebanku seolah berkurang pergi dari rumah megah itu. Meski air mataku tak hentinya mengalir. Meski hatiku terus saja berdarah. Meski perutku terasa kram, aku masih bilang, bebanku perlahan berkurang. Aku kesakitan, tapi tidak ada luka menganga yang terlihat. Hatiku berulangkali menjerit, sakitnya sampai membuatku sesak saat bernapas.

Kupandangi rumah bercat ungu ini dengan pandangan buram, karena air mata tak hentinya mengalir. Seseorang mengusap bahuku.

”Tante Arumi nggak ikut?” tanya Niko.

Ya, aku memang bersama Niko. Aku berniat ikut kembali ke desa, di mana dulu aku di sana. Tabunganku sudah lebih dari cukup jika hanya tinggal di kampung.

”Ibu nggak mau hidup miskin lagi, Nik,” jawabku.

”Aku janji bakal cukupin kehidupan kalian berdua. Biar aku ke rumah kamu lagi buat ngomong sama tante, aku liat mobil suamimu pergi nggak lama kamu ke sini,” ujarnya.

Sebelum aku memintanya untuk mengabaikan ibu, Niko sudah pergi menyebrangi jalan menuju rumah. Satu menit, 10 menit, hin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status