Seharian, Dania uring-uringan karena Hamiz tidak bisa dihubungi. Nomornya tidak aktif sejak suaminya pamit dari rumah. Kecurigaannya semakin menjadi. Dania memilih ke suatu tempat saja, menyetir sendiri. Setelah sampai, Dania disambut pelukan oleh seorang lelaki bertubuh kekar dipenuhi tato. ”I miss you, Babe,” ucap lelaki itu sambil mengecup kening Dania. ”Gimana kabarnya ini little girl?” Lelaki itu mengusap serta mencium perut besar Dania. ”Aku udah nggak mual-mual lagi, Babe, dan anak kita baik-baik aja,” jawab Dania sambil memeluk kepala si lelaki. ”Kamu yakin ini semua bakal berhasil? Hamiz nggak curiga sama sekali?””Nggak, Babe. Dia malah jadi nggak peduli ke aku. Sebel banget aku, harus pura-pura butuhin dia terus,” keluh Dania. Dania digendong oleh lelaki bertubuh kekar itu ke kamar dan hal-hal yang biasa mereka lakukan terjadi. Selama tiga hari Dania menginap di rumah itu, rumah di mana Hamiz tidak mengetahuinya. **Alana tengah mengedit video untuk kontennya yang akan
”Jauh sebelum kamu ke sini, aku hanya menahan rindu, dan pahitnya kenyataan. Saat kisah Cinderella mampu membuatku yakin, jika cinta seperti itu hanya ada di dalam dongeng, aku mampu mulai mengikhlaskan kamu. Tuan Hamiz, bukan inginku begini. Hanya saja hatiku terlanjur lara, kala mengetahui kamu sudah berbagi sandar. Aku tau, akulah yang memasuki kehidupan kalian berdua, akan tetapi, tidak bisakah menunggu? Aku ini pencemburu, namun apa kamu tau, Tuan, saat cemburu namun bukan pada tempatnya meski kamu suamiku?”Jemari Alana lincah menari-nari di atas buku diary. Cintanya masih ada pada suaminya, akan tetapi ia merasa cintanya tidak akan menjadi nyata dan indah. ”Tamparanmu itu ... tidak membuatku dendam. Cintaku murni, karna memang mencintaimu. Aku nggak bisa mengekspresikan rasa ini, akan terasa sangat percaya diri jika kamu akan mendengarkan karna sejak awal kamu benci. Hubungan kita terlihat seperti lingkaran, tidak menemukan solusi yang baik untuk kita berjalan ke depan. Tuan .
Ada banyak cara untuk mencintai pasangannya, dari banyaknya cara, yang disediakan semesta pada Alana hanyalah luka. Luka dan kesalahan yang berbaur menjadi satu hingga mempersatukan dalam cinta yang bahagia terasa begitu sulit. Hari demi hari, yang Alana lihat hanyalah keabu-abuan. Ia tidak melihat kepastian akan datang.”Setelah pemotretan untuk bisnis makanan kamu, kita ajak Arsen jalan, ya?” Niko menawarkan. Ia tidak ingin Alana stress menghadapi serangkaian pekerjaan yang tidak menunggu wanita itu istirahat dulu. Niko membaca artikel demi artikel, kalau ibu yang baru melahirkan rawan terkena babyblues. Ia tidak ingin Alana mengalami itu. Hidup Alana sudah begitu berat dengan masalah rumah tangannya dan Niko tidak ingin hal buruk terjadi pada Arsen dan Alana.Alana mengambil sampel makanan yang siap untuk difoto, tangannya mengacung setuju pada lelaki beralis tebal itu. ”Oke!”Alana memiliki hobi memasak. Ia mengeluarkan bisnis makanan pedas siap saji yang sudah dijual beribu-ribu
Setelah kejadian semalam di saat hujan deras, Jack kembali datang ke apartemen Dania. Ia tak menyangka, jika selama ini permainan yang ia kira rapi harus terbongkar. Jack menenangkan Dania yang masih diam. Wajah cantiknya terlihat menakutkan karena eyeliner dan mascara yang luntur.”Kamu harus bertindak cepat, Babe. Kalo gini caranya kan kita nggak bakal dapet apa-apa. Menurut kamu, sekarang di mana Hamiz?” tanya jack.Dania semakin mengerutkan kening, memiliki pertanyaan yang sama. ”Apa Hamiz diam-diam udah tau keberadaan Alana?”Di tengah hujan deras yang mengguyur Jakarta, Dania memilih menaiki mobil seorang diri dengan perut besar untuk ke rumah Sarah. Ia akan menemui Hamiz di sana sambil membujuk Sarah untuk membelikan ia rumah. Ia akan gunakan kehamilannya ini untuk mendapatkan sesuatu yang ia mau.Dania berbelok ke perumahan tempat Sarah berada. Ia keluar setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah. Dania dalam keadaan basah kuyup, mengetok pintu. Sudah jam 11 malam, namun Dania
Perlahan-lahan, hanya dalam waktu satu bulan sejak Jack datang mengacaukan segalanya. Jack kira, penjualan bisnis makanan Alana akan hancur, akan tetapi isu yang menerpa itu membuat rezeki Alana datang berlipat-lipat. Akan tetapi, selang sebulan hingga kini, Hamiz tak lagi terlihat untuk datang ke rumah.Alana tidak menghiraukan itu. Alana masih berusaha meyakinkan perihal perasaannya. Apakah dirinya hanya kagum, atau memang cinta. Kedua kata itu sangat menyulitkan, bukan?Niko datang pagi dan sore, masih berusaha untuk membujuk Alana -- siapa tahu perasaan wanita itu akan beralih padanya dan benar-benar melepaskan Hamiz. Namun, ia pun penasaran. Seperti sekarang, ia tengah melirik wanita yang sudah lama ia idamkan tengah mengisi makanan pedas ke tempat yang disediakan. Alana sangat terlihat baik-baik saja, meski suaminya kembali hilang tanpa kabar.”Kamu ada waktu?” tanya Niko, pelan.Tanpa melirik lawan bicara, Alana menjawab, ”Besok aku repot ke rumah Juragan Basuki, Nik. Aku udah
Secangkir americano yang baru saja diminum oleh Alana terasa hambar. Telinganya terasa berdengung mengingat ia ke mari dengan wanita yang menjadi pemenang mantan suaminya. Bahkan pepatah yang mengatakan, orang lama tetap pemenangnya itu di-amini oleh Alana. ”Aku nggak punya siapa pun selain Hamiz, Alana,” ucap Dania, menjelaskan. ”Cowok yang dateng ke rumah kamu nggak lebih cuma sodara aku. Dia cuma sepupu. Hamiz udah tau hal ini dan dia udah minta maaf.”Alana melirik pada wanita yang sangat indah dipandang. Definisi wanita cantik semuanya melekat pada Dania, sekilas ia merasa iri. Cantik sekaligus dicintai oleh Hamiz, sedangkan dirinya hanya cukup menjadi pengagum.Alana berdeham. Wanita ini perlahan mengingat, dari awal memang dirinya yang salah telah mengagumi pasangan orang lain hingga kejadian fatal itu terjadi. Bahkan sejenak, ia pernah merasa sangat egois untuk menjadi pemenang di hati Hamiz dan ingin menguasai Hamiz tanpa Dania. Perlahan, Alana menoleh terang-terangan menat
POV AlanaKubuang sisa rasaku. Teruntuk hari ini, akan kuupayakan untuk berusaha membuang perasaanku pada Tuan Hamiz. Kubiarkan dirinya menempuh bahtera dengan Dania yang semestinya begitu dan aku menjauh. Hilang. Akan kupastikan Tuan Hamiz dan keluarganya tidak lagi bisa menemuiku beserta Arsen -- dan jika saatnya bertemu, biarlah itu takdir yang memberikan andilnya. Tak kupungkiri, Tuan Hamiz, kamu menjadi patah hati pertama dan sialnya terhebatku.Di kamar yang lampunya kubiarkan padam ini, kepalaku justru mengingat bak kaset rusak yang memutar segelintir kenangan yang kamu buat. Mengekoriku ke dapur untuk membuat salad atau berenang berdua setelah kita tahu hubungan antara kita perlahan asing.Kamu yang diam-diam mencium keningku saat tidur dan menanyakan keadaanku setiap pagi, kini harus kukubur dan biarlah hanya tinggal di palung hati terdalam. Sialnya, aku pun mengingat, saat kamu memintaku untuk tetap berdiri di sampingmu, nyatanya kamu meninggalkan aku dan kembali dengan ora
(Masih POV Alana)Pagi ini, aku merasa lebih segar meski kantung mataku membesar akibat kurang tidur. Setidaknya, aku bangun dengan semangat yang berbeda. Tuan Hamiz tidak membiarkan perpisahan ini terjadi. Pasti maksudnya begitu, kan?Terserah bagimu jika merasa, aku adalah orang yang tidak bisa mengambil keputusan tegas. Urusan perasaan ini, aku pun tidak tahu hendak seperti apa. Setidaknya, aku harus menemui Tuan Hamiz siang ini untuk membuatku dapat melihat, haruskah aku benar-benar berhenti atau tidak.Aku sudah siap 10 menit tadi, akan tetapi belum juga ingin untuk ke bawah. Sampai ketukan pintu dan suara Niko memanggilku untuk segera membukanya. ”Alana, aku anter kamu. Kamu boleh pergi, asal sama aku,” tutur Niko dari balik pintu. Aku kembali mematut diri di depan cermin. Meski kantung mataku merusak pandangan, tapi aku tetap membuka pintu dan segera bersitatap dengan Niko. Lelaki ini ... ia tidak terlihat baik. Kantung matanya sama sepertiku.”Kalo kamu capek, kamu di sini a