Share

Bab 3

Penulis: Anana-chan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 16:50:34

Aku menunggu Mas Husein hingga pukul 12 malam. Namun, lelaki itu tidak kunjung datang. Aku tertunduk lemas di atas tempat tidur. Aku sudah menunggunya selama ini. 

Mungkin dia membenciku sehingga tega meninggalkanku di malam pertama. Aku tidak berharap malam ini kami akan bercinta. Hal itu tidak ada di dalam pikiranku. Aku hanya ingin berbicara berdua saja. 

Aku keluar dari dalam kamar hotel hendak menuju rumah sakit. Aku yakin dia berada di rumah sakit sekarang. 

Sampai di loby hotel, aku memesan taksi. Di dalam taksi, aku mencoba mencari informasi mengenai keadaan Maya. Tidak ada berita mengenai Maya dan Husein lagi semenjak wanita itu koma. Husein dan Maya terkenal di dunia Maya sebagai pasangan ideal.  

Pengikut mereka sebanyak 100 ribu follower. Kisah cintanya kerap kali dibagikan di laman I*******m. Maya sangat cantik dan sholeh sehingga banyak yang tertarik dengannya.

Aku mencoba mengikuti I*******m Maya. Menatap foto cantiknya dengan sangat lama. Banyak pengikut I*******m yang mengomentari foto terakhir Maya. Mereka mencari Maya dan Husein.

Bagaimana jika para follower Maya tahu bahwa aku adalah istri kedua? Duri dalam pernikahan ini?

“Non, udah sampai,” ucap sang supir taksi dan membuatku terkejut. 

Aku segera turun dan berjalan menuju ruangan VVIP tempat Maya di rawat. Dari jendela kecil, aku bisa melihat sosok Mas Husein sedang duduk di samping istrinya. 

Lelaki itu terisak menangis. Aku terpatung membisu melihat Mas Husein menyeka air matanya. Tangannya menyentuh jemari Maya. 

Entah mengapa hatiku terasa sakit. Hai Asma, pemandangan seperti ini akan menjadi pemandangan biasa untukmu, apa yang kamu pikirkan? Aku menghardik diriku sendiri. 

Aku terus menatap Mas Husein, dia menyentuh jemari Maya dan mengecupnya sebanyak tiga kali. Tidak lupa, dia mencium pipi istrinya. 

Suara isak tangisannya memecah keheningan malam. Aku segera pergi saat lelaki itu melangkah mendekat ke arah pintu. Dia tidak boleh melihatku, tidak! Dia akan marah. 

Dengan langkah cepat aku menuju area parkir. Memesan taksi untuk kembali ke kamar hotel. Setidaknya malam ini aku tahu dia menginap di mana. 

Perlahan rasa bersalah menyelimuti hatiku. Kok kamu bisa tega sih Asma menjadi duri di pernikahan Husein dan Maya. Kamu tuh pelakor!

Aku terus mengulang kata itu di dalam kepalaku. 

Sesampai di kamar hotel, aku duduk di meja rias. Aku tiba-tiba menangis namun aku tidak tahu mengapa aku menangis. Apa aku cemburu? Oh, tidak mungkin, aku bahkan belum memiliki perasaan kepada Mas Husein. 

***

Setelah sholat subuh, aku bersiap merapikan pakaian. Di kamar hotel ini tidak ada bahan makanan. Bagaimana caranya aku menyediakan makanan untuknya? Pikirku. 

Aku duduk sejenak di depan jendela besar sambil memikirkan makanan apa yang disukai oleh lelaki itu. 

Klek!

Pintu terbuka. Aku spontan menatap ke arah pintu. Mas Husein yang juga sama terkejutnya denganku. Pandangan kami bertemu beberapa detik lalu dia mengalihkan wajahnya sejenak. 

“Kita kembali ke rumah,” ucapnya. 

Aku segera mengambil tasku. “Oh yah,” serunya lagi. Aku menatapnya. “Ada apa Mas?” tanyaku. Dia sepertinya ingin berbicara sesuatu. 

“Asma, aku tahu kalo kamu juga terpaksa dalam pernikahan ini. Aku hanya ingin kamu menjaga rahasia kita berdua. Jangan sampai ada orang yang tahu jika aku tidak tidur di sini tadi malam,” serunya. 

Aku menganggukan kepala patuh. 

“Satu lagi, aku tidak akan menyentuhmu sampai kapan pun. Aku tidak mencintaimu. Aku melakukan pernikahan ini untuk membahagiakan ibuku, kamu paham?” 

Mas Husein menatapku dan menunggu jawabanku. 

“Baik Mas,” jawabku kemudian. 

Kami keluar dari dalam kamar hotel. Mas Husein mengajakku ke parkiran dan membukakan pintu mobil untukku. 

Aku masuk ke dalam mobilnya. Suasana di dalam mobil mendadak hening. Aku bingung harus memulai pembicaraan seperti apa kepadanya. 

“Aku ingin pernikahan kita hanya enam bulan saja, aku akan menceraikanmu saat Maya sudah sadar kembali. Aku tidak bisa memberitahukan kepada Maya jika kamu adalah istriku.”

Deg!

Jantungku berdetak lebih cepat. Aku spontan memandanginya. 

“C-cerai?” tanyaku. Dia menghentikan kendaraanya lalu menatapku. 

“Aku tidak ingin istriku terluka karena kehadiranmu. Aku hanya menuruti keinginan ibuku saja. Jadi, pahami aku, Asma!”

Mobil melaju. Air mataku seketika terjatuh namun secepat kilat aku menyekanya sebelum Mas Husein melihatnya. 

Dadaku bergemuruh. Oh Tuhan, apa ini nasib hidupku? Menjadi janda di usia muda? Mengapa ibu tega melakukannya. 

“Ibumu sudah mendapatkan uang yang banyak dari ibuku. Jadi jangan takut, saat aku menceraikanmu, aku akan mengirimkan uang hingga kamu bisa mandiri lagi,” ucap Husein. 

Setiba di rumah, lelaki itu keluar dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah. Dia meninggalkanku sendiri. Wajahnya yang diingin seakan ingin mengusirku dari kehidupannya.

Aku berjalan masuk ke dalam rumah megah itu. Ada satu asisten yang menyambutku dengan ramah. Aku dibawah ke dalam kamar. 

“Oh yah Asma, aku lupa memberitahukan kepadamu. Di sini kita pisah kamar. Aku tidak ingin kamu mengodaku,” ucapnya. 

Aku menelan salivaku dengan cepat. Wajahnya memang tampan dan mempesona, namun aku tidak mungkin mengodanya. Enak saja!

Aku masuk ke dalam kamar, meletakan koperku sambil memijit kepalaku. Andai saja aku bisa kabur dari sini.

Mas Husein berpamitan keluar. Dia ingin berangkat kerja dan nanti malam, dia tidak akan berada di rumah. 

Aku tidak dizinkan melakukan pekerjaan rumah. Semua akan diurus oleh asisten rumah tangga. Aku hanya perlu berpura-pura mencintainya saat ibu dan ayahnya datang, hanya itu saja yang harus aku lakukan. 

Selain itu, aku juga tidak boleh berpakaian seksi selama Mas Husein berada di rumah. Mungkin dia takut tergoda olehku. 

Di dalam rumah megah ini, aku sendiri. Bingung harus berbuat apa. Kalo mau keluar, Mas Husein harus tahu aku kemana. Dia takut jika aku mengadu kepada ibunya. Dia memantauku. 

Dring!

Telepon Hana masuk di ponselku. 

“Gimana Asma?” tanyanya. 

“Gimana apa? Dia lelaki dingin, kaya monster!” keluhku. Aku tidak suka dengan sikap Mas Husein. Ya, pernikahan kita memang terbilang cepat. Tidak ada cinta tapi setidaknya dia bersikap baik kepadaku. Apa salahnya jika aku menemaninya di rumah sakit dan menjaga Maya bersama. 

“Apa kalian sudah …,” Hana menghentikan ucapannya. 

“Nggak lah, mana mungkin aku mau,” jawabku. Hana tertawa terbahak-bahak. Kemarin kami menangis bersama setelah akad terucap, sekarang kami tertawa bersama seperti orang gila. Hidup memang penuh permainan. 

“Istrinya cantik banget loh, Asma.”

“Selebgram cantik dan sholeh, kamu udah lihat instagramnya?” tanya Hana. Aku yakin Hana mencari I*******m Maya.

“Iya, aku tahu kalo Maya cantik, makanya dia nggak mau nyentuh aku. Katanya takut istrinya cemburu. Dia akan menceraikanku saat Maya sudah sadar,” jelasku kepada Hana. 

“Ya ampun, jahat banget dia Asma!” seru Hana. 

Aku berjalan ke taman dan duduk di sana. Menikmati udara segar sambil memandangi beberapa bunga mawar yang bermekaran. 

“Nanti aku hubungi lagi yah Asma, lagi ada tugas. Kamu nggak lanjut kuliah lagi? Bisa kan dia bayar biaya S2 kamu, dari pada nggak ada kerjaan,” seru Hana. 

Sepertinya itu ide buruk. Kalo Maya bangun besok pagi, besok pagi juga aku resmi menjadi janda. Mana mungkin dia mau repot membiayai seluruh keperluanku. 

Hana menutup panggilan teleponnya.

“Mbak Asma, mau makan siang apa?” tanya seorang wanita paruh baya yang menghampiriku. Aku menoleh ke belakang dan berjalan ke arahnya. 

“Mie goreng saja,” jawabku. Aku lupa kalo sejak pagi, aku belum makan. Aku menghabiskan waktuku di taman dan lupa sarapan. 

Aku mencoba mencari informasi mengenai Mas Husein dan tidak ada informasi apapun yang aku temukan di lama instagramnya. Satu-satunya gambar yang aku temukan adalah foto Maya dan dirinya. 

Sepertinya dia benar-benar mencintai Maya.

Tapi tunggu dulu, dia sedang mengupload satu story di lama instagramnya. Dengan cepat aku membuka postingannya. 

“Gelap? Kok gelap sih?” batinku. 

Lelaki itu mengupload sebuah gambar berwarna hitam. Aku tidak tahu maksudnya apa? 

***

Bab terkait

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 4

    ‘Selebgram cantik sedang koma di rumah sakit Mulya. Mas Husein sejak kemarin menunggunya. Benar-benar pasangan yang manis.’Aku melihat akun gossip yang sedang membahas tentang Maya dan Mas Husein. Akun gossip itu tiba-tiba muncul di berandaku. Rupanya kehidupan rumah tangga Mas Husein dan Maya menjadi sorotan publik. Banyak fans yang mengangumi sikap Mas Husein. Mas Husein terkenal sebagai lelaki tampan, kaya, sholeh dan mapan. Mereka menjadikan Mas Husein sebagai sosok suami ideal. ‘Mereka pasangan yang serasi. Insyallah sampai di Jannah. Pokoknya nggak ada yang ngalahin kesetiaan Mas Husein. Cakep!’‘Aku yakin Mas Husein pasti bersama dengan mbak Maya lagi, yang sabar yah Mas Husein.’Aku membaca beberapa komentar netizen. Mereka semua memberikan doa kepada Maya. Entah mengapa, aku jadi takut dikenal oleh publik. Aku memilih menutup Instagram dan berjalan ke arah balkon. Sudah dua hari lelaki itu meninggalkanku. Jangankan mengirim pesan, menjengukku pun, dia tidak sudi. Ibu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 5

    Satu jam berlalu, dia kemudian keluar dari ruangan ICU. Aku menunggu di depan pintu. “Mas?” panggilku saat Mas Husein berjalan ke arahku. Aku memasang senyuman yang indah saat kami akan berpapasan. Namun tiba-tiba saja dia melewatiku tanpa berbicara apapun. Aku segera mengekor di belakangnya. “Mas mau kemana?” tanyaku. Aku mempercepat setiap langkahku di belakangnya. “Mau sholat di masjid,” jawabnya dingin. Ku lirik jam di tanganku. Sudah pukul satu siang. Ya ampun, waktu cepat banget berlalu. Kami menuju masjid di samping rumah sakit. Aku dan Mas Husein berpisah sejenak. Setelah sholat, aku berjalan menuju mobil dan menunggunya. Saat keluar dari masjid, ada dua perempuan yang mengikuti Mas Husein dari belakang. Mereka tampak malu-malu menatap Mas Husein. “Ini buat Mbak Maya, semoga Mas Husein dan Mbak Maya buat konten lagi, rindu dengan konten kalian,” ucapnya. Mas Husein bersikap ramah. “Makasih yah!” jawabnya. Mas Husein kemudian menuju mobil. Dia menatapku sekilas lalu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 6

    Aku meletakan kain di atas kepala Mas Husein agar demamnya turun. Tidak lupa aku memberikannya obat penurun demam. Walaupun dia masih mengigau, setidaknya tubuhnya tidak bergetar lagi. “Mbak Asma, Mas Husein selalu seperti ini kalo dia ingat Mbak Maya. Kata Ibu Wati, dia terlalu memikirkan istrinya makannya demam. Kasihan dia,” ucap Bibi Sari. “Sudah berapa lama dia seperti ini, Bi?” tanyaku penasaran. “Semenjak Mbak Maya koma, tiap malam dia seperti ini, Mbak.”Aku menatap Mas Husein yang sudah lebih tenang. Jemarinya mengengam tanganku dengan erat dan terus menyebut nama Mbak Maya. Dia merindukan istrinya. Apa yang harus aku lakukan?“Mas?” panggilku. Tidak ada suara. “Kalo dikasih obat penurun demam, besoknya udah baikan kok, Mbak. Tapi kadang saya takut saja, makanya tadi panggil Mbak Asma,” ucap bibi Sari. “Saya keluar dulu yah, Mbak.”Bibi Sari keluar dari dalam kamar. Aku menatap wajah Mas Husein yang perlahan berkeringat. Dengan telaten, aku membersihkan peluhnya. Wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 7

    Aku dan Hana berlari masuk ke dalam mobil. Hana dengan cepat melajukan kendaraannya keluar dari cafe. Aku tidak tahu kalo follower Mas Husein dan Mbak Maya sebanyak ini. Bahkan mereka mengenal wajahku. Hana memarkir mobilnya di depan pom bensin. Jaraknya lumayan jauh dari cafe. “Alhamdulillah Asma, untung saja aku tarik kamu. Kalo tadi kita di cafe itu, kamu bisa babak belur. Kamu nggak tahu yah kalo Mbak Maya punya follower yang banyak?” ucap Hana. “Nggak tahu Han, ya Allah aku takut!” jawabku. Hari ini sebenarnya aku punya rencana mau ke rumah sakit. Menjenguk mbak Maya. Namun aku jadi takut jalan sendiri. Kalo aku berangkat ke rumah sakit bersama Mas Husein, dia nggak bakalan izinkan aku mengunjungi Mbak Maya. Aku belum melihat wajah Mbak Maya secara langsung. “Han, antar aku ke rumah sakit,” pintaku. Hana mengantarku ke rumah sakit. Aku dan dia berjalan menuju ruangan ICU. Sesampai di ruangan ICU, aku melihat seorang wanita muda berdiri di depan pintu. Aku dan Hana salin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 8

    Aku meminta izin kepada Bibi Sari untuk membuat makan siang. Sejak tadi pagi, Mas Husein sudah berangkat ke kantor. Aku berencana mau mengunjungi kantornya. Aku benar-benar bosan di rumah sendiri. “Nggak usah Mbak Asma. Biar saya saja yang masak. Nanti Mas Husein marah, saya bisa dipecat!” seru bibi Sari saat aku mencoba mengaduk iga sapi buatannya. Wanita paruh baya itu melarangku untuk membantunya di dapur. Katanya, Mas Husein akan marah. Tugasku hanyalah berada di rumah dan bersenang-senang. “Nggak apa-apa Bi, sesekali aku mau masak untuk Mas Husein. Mungkin hatinya mencair kalo aku buatkan makanan,” kekehku. Bibi Sari sedang membuat sup iga sapi. Aku berdiri di sampingnya dan memohon agar aku bisa membantunya. “Tolong lah, sekali aja Bi!” Aku memohon. “Ya deh, Mbak Asma. Tapi kalo Mas Husein marah, itu bukan salahku yah,” ucapnya. Aku menganggukan kepala sambil tersenyum. “Tenang saja, Bi!” jawabku. Aku membuat sup iga sapi yang enak. Ibu selalu mengajariku untuk membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 9

    Di dalam taksi menuju rumah, aku terus memandangi foto Mbak Maya. Wajah cantik wanita itu benar-benar menakjubkan. Pantas saja Mas Husein tidak bisa melupakannya. Bahkan saat dia sakit, Mas Husein begitu setia menemaninya. Aku membuat Instagram baru. Dua hari lalu, aku menghapus akunku karena aku stress dengan pesan yang masuk. Sekarang aku membuat Instagram baru dengan nama samaran. Aku mencoba membuka akun gossip lambe. Benar saja, semua fotoku terpampang nyata di akun gossip itu. Menyebalkan!Ada 10 ribu komentar terbaru. Para netizen kesal karena aku dituduh merebut Mas Husein. Ada diantara mereka berniat akan memukulku jika bertemu di jalan. Pantas saja Mas Husein panik kalo aku keluar dari rumah. Tidak jarang diantara mereka membuat akun Instagram atas namaku. Bahkan Instagram itu dibuat sama persis dengan Instagram lamaku dan pengikutnya berjumlah 12 ribu follower. Sumpah serapah berhamburan di akun tersebut. Menjengkelkan sekali!“Non yang lagi viral yah?” Suara pak supi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 10

    Seperti biasa di pagi hari, Mas Husein berangkat ke kantor. Aku tidak tahu, mengapa dia tidak ingin membangunkanku. Apa dia marah? Apa dia takut? Dulu aku menghayal bahwa seorang lelaki akan mengecup keningku setiap pagi. Tapi, aku salah! “Menyebalkan!” Aku berjalan ke dapur dan melihat Bibi Sari seperti biasa membuat sarapan. “Tadi Mas Husein sarapan nggak?” tanyaku.“Nggak Non, katanya nanti sarapan di rumah sakit.”Aku duduk di meja makan sambil memandangi bibi Sari membuat nasi goreng. Wanita paruh baya itu sangat rajin bekerja. Kadang dia melarangku untuk membantunya. “Sudah lama kerja di sini, Bi?” tanyaku penasaran. “Sudah 5 tahun Non, awalnya saya bekerja sama ibu Wati,” jawabnya.Aku iseng membuka media sosialku. Rupanya Galih sudah membaca pesanku namun dia sama sekali tidak ingin membalasnya. Apa Galih marah? Apa seperti ini dia marah kepadaku sekarang?Bosan berada di dapur, aku kembali ke kamar. Ding![Nanti mau dibawahkan makanan apa?]Mas Husein mengirimkan pesan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 11

    Esok harinya, aku tidak melihat Mas Husein dimana pun. Aku bertanya kepada bibi Sari sebelum berangkat ke kampus, katanya Mas Husein berangkat ke rumah sakit sejak tadi subuh dan belum pulang sampai sekarang. “Mbak Maya ada kemajuan. Katanya, Mbak Maya mengerakan tangannya, Mbak,” ucap bibi Sari bersemangat. Aku ikut bahagia mendengarkannya. Siapa sih yang tidak senang mengetahui Mbak Maya akan sehat kembali. Ya, setidaknya dia bangun dari koma dan segera mengurus Mas Husein, suaminya. Aku hampir gila dibuat lelaki itu. Aku berangkat ke kampus untuk bertemu dengan Hana. “Asma!” panggil Hana yang sudah menungguku di depan pintu gerbang kampus. Aku berangkat ke kampus menggunakan taksi karena supir Mas Husein juga bersiap ke rumah sakit. “Ada Mas Aldo mau ketemu tuh. Katanya dia baru tahu kalo kamu udah nikah,” ucap Hana. Mas Aldo adalah senior kami. Aku sudah menganggapnya seperti kakak kandung sendiri. Dia sering membayarkan biaya kuliahku. Dia juga memberikan aku uang jajan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 37

    Sudah seminggu ini aku memutuskan untuk menginap di kediaman Hana. Mas Aldo menyarankan kepadaku untuk fokus mengurus pendidikanku. Aku sudah mengirimkan proposalku kepada Madam Rebecca dan berharap dia ingin menerimaku sebagai salah satu mahasiswanya.Madam Rebecca sampai sekarang belum membalas pesanku. Aku sedikit cemas, takut jika dia tidak peduli lagi karena aku lama membalas pesannya.Aku tidak punya pilihan lain selain pergi dari rumah. Ibu mengusirku dan menganggapku sebagai anak yang durhaka. Dia terus membujukku untuk kembali kepada Mas Husein.Sudah seminggu ini, Mas Husein tidak menghubungiku. Sekedar mengirimkan pesan pun, dia sepertinya tidak ingin.Entahlah, apa secepat itu dia melupakanku.“Nggak mau bertemu Galih?”Hana tiba-tiba datang dari belakang dan menepuk pundakku dengan lembut. Aku spontan menoleh dan menatapnya.“Gimana? Kalo kamu mau, Mas Aldo akan mengantarmu ke sana.”Aku menggeleng.“Nggak usah!” jawabku.Aku duduk di depan jendela. Kepalaku masih dipenuh

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 36

    Husein Sandewa Pov“Mas Husein, Mbak Asma nggak ada di kampus. Saya sudah nunggu di depan parkiran, eh nggak muncul, biasanya dia ke kampus karena saya dengar, Mbak Asma ada urusan di sana,” ucap Pak Soni.Aku menghela napas panjang. Sudah beberapa hari Asma tidak membalas pesanku. Biasanya dia cepat membalas pesanku. Ada apa? Apa dia sangat marah kepadaku?“Kalo ruangan Mas Aldo, kamu sudah lihat?” tanyaku sambil memandangi Pak Soni. Pak Soni tampak bingung.“Mas Husein, sebenarnya ada yang ingin saya katakan sama Mas Husein, tapi saya sedikit ragu. Saya takut Mas kalo ini ….,”“Apa?” potongku dengan cepat. Aku tidak suka basa-basi. Aku ingin Pak Soni berbicara dengan cepat kepadaku. Lelaki paruh baya itu sesekali menghela napas panjang. Wajahnya tampak cemas dan membuatku semakin penasaran.“Apa? Apa yang kamu mau katakan?” tanyaku lagi.“Katanya, Mas Aldo dan Mbak Asma itu pernah ada hubungan Mas. Saya juga kurang tahu, tapi sepertinya Mas Aldo suka sama Mbak Asma,” ucap Pak Soni.

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 36

    POV Husein SandewaAku sangat mencintai Maya Anjani dan tidak ada satu pun yang bisa membuatku berpaling darinya. Dia istriku yang sangat cantik. Cinta pertamaku dan belahan jiwaku. Lalu Tuhan menguji cinta kami berdua. Malam itu, ibu menangis di hadapanku. Dia memohon agar aku mau menikah lagi. Rencana gila yang dua bulan lalu sudah disusunnya dengan rapih. Kata ibu, dia mengenal seorang gadis yang rajin bernama Asma Hanifa. Ibu sangat menyukainya. Pernah sekali ibu melihatnya di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan di bidang farmasi. Karena itu lah ibu menginginkannya.Alasan tepatnya adalah, ibu melihat Asma sebagai wanita yang sabar dan penurut dan tentu saja dia ingin menjadi istri keduaku.Aku menolak perjodohan gila ini namun ibu terus memaksaku. Maya Anjani, perempuan yang aku cintai kecelakaan. Sehari sebelum berangkat ke Bandung, dia mengatakan bahwa aku harus memikirkan dengan baik rencana ibu. Dia tidak menolak, dia juga tidak menerima. Namun di hatiku yang paling dal

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 35

    Kami memutuskan untuk berpisah. Malam itu juga, Mas Husein mengantarku ke rumah. Sejujurnya dia tidak ingin membawahku pulang ke rumah malam-malam. Namun aku memaksanya. Mas Husein belum mengucapkan kata talak kepadaku karena dia menyuruhku untuk menimbang setiap keputusan ini. Selama di perjalanan, kami saling diam. Sesekali dia menatapku dari balik kaca spion dan menghela napas panjang. “Jangan menangis, takutnya ibumu berpikir buruk sama saya.”“Nggak, aku nggak nangis kok, Mas,” jawabku. Aku menyeka air mataku dengan cepat. Aku tidak ingin dia melihatku. Demi Allah, aku tidak ingin Mas Husein beranggapan jika aku lemah. Tidak ada yang boleh menganggapku lemah. Sesampai di rumah ibu, aku berjalan masuk ke dalam kamar. Ibu yang berdiri di depan pintu terkejut menatapku. “Asma, Asma!” panggilnya. Dia mengikuti dari belakang. “Asma, apa yang terjadi? Kamu dan Husein beneran pisah? Gila yah kamu!” Aku tidak mengubris ucapan ibu. Aku dengan cepat menutup pintu. Mas Husein sepert

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 34

    Seminggu setelah kematian Mbak Maya, kelakuan Mas Husein masih saja sama. Dia sering kali ditemukan terlelap tidur di samping makam Mbak Maya. Ibu Wati yang melihat hal itu segera menghubungi psikolog untuk membantu putranya. Berkali-kali Mas Husein marah. Dia tidak ingin dianggap gila. “Nggak apa-apa Mas, siapa tahu dengan bantuan psikiater, Mas lebih baik,” ucapku. Ini kali pertama aku berbicara kepada Mas Husein. Dia spontan menatapku dengan pandangan tajam. “Jadi, kamu juga berpikir kalo aku gila, begitu?” teriaknya. Aku menggeleng dengan cepat. Aku takut jika Mas Husein marah seperti ini. “Nggak Mas!” jawabku. Mas Husein segera menutup pintu kamar dengan keras. Aku terperanjak kaget. “Asma!” panggil Ibu Wati. Aku segera berjalan cepat masuk ke dapur. Di sana, Ibu Wati menatapku dengan wajah sedih. Dia mengelus pungungku dan menuntunku untuk duduk di meja makan. Wajahnya terlihat serius memandangiku. “Asma, aku tahu ini nggak mudah bagi kamu. Husein sulit melupakan Maya d

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 33

    Setelah kepergian Mbak Maya, suasana di rumah sangat berbeda. Malam ini, orang-orang berdatangan untuk melaksanakan takziah. Ibu Wati berada di depan pintu menyambut para tamu. Saat ibu-ibu masuk ke dalam rumah, mereka menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Apalagi saat aku duduk berdampingan dengan Mas Husein, mereka mencibir.“Pasti dia senang, jadi istri satu-satunya, siapa sih nggak bahagia?”“Pelakor naik pangkat, keren banget dia.”Aku menunduk saat melewati ibu-ibu pengajian yang memandangiku dengan tatapan menjijikan. Mereka kerap kali bertanya apakah aku sudah hamil atau tidak. Entahlah, sepertinya kehidupanku adalah hal yang menarik bagi mereka. “Mas mau minum?” seruku kepada Mas Husein. Sejak tadi, dia duduk dan diam saja. Bahkan untuk berbicara pun sepertinya dia tidak sanggup.Mas Husein tidak bersuara saat aku menawarkan secangkir teh hangat. “Mas makan dulu yah.”Mas Husein menggeleng. “Mbak Maya bakalan sedih kalo Mas Husein seperti ini. Mas belum makan da

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 32

    Malam harinya, aku menemani Mas Husein untuk menjaga Mbak Maya. Sampai sekarang kondisi Mbak Maya sama sekali tidak ada perubahan.“Mas, tangannya gerak Mas!” ucapku kepada Mas Husein yang terlelap tidur di sampingku. Dia segera bangun dan mencoba menatap Mbak Maya.“Tadi gerak!” ucapku lagi. Aku takut dia mengatakan aku bohong kepadanya.“Tangan Mbak Maya dingin banget Mas,” seruku.Jemarinya sangat dingin dan aku tidak enak hati untuk menjelaskan hal ini kepada Mas Husein sejak tadi.“Mas panggil dokter dulu yah. Kamu di sini!”Mas Husein berdiri lalu berjalan menuju pintu. Namun aku segera memanggilnya saat jemari Mbak Maya bergerak sekali lagi.“Mas, mas, gerak lagi Mas!”Mas Husein kembali. Dia menyentuh kening Mbak Maya dan berbisik. Aku tidak tahu apa yang dia katakan, suaranya sangat pelan.“Nggak ada waktu lagi, Mas harus panggil dokter!”Mas Husein berlari menuju pintu. Jemariku bergetar saat Mas Husein mengatakan itu. Apa yang terjadi? Aku sangat takut.“Mbak Maya, mbak ban

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 31

    Orang-orang mengatakan jika kematian Mbak Maya sebentar lagi. Saat aku berada di ruangan itu, ku lihat ibu Wati dan beberapa orang menangis di hadapanku.Mas Husein tidak terlihat dimana pun. Tadi dia mengatakan ingin berbicara dengan dokter. Namun sampai sekarang Mas Husein tidak kembali. Aku berusaha mencarinya. Dia harus ada di tempat ini sekarang.Aku melangkah menuju taman rumah sakit, rupanya dia ada di sana. Mas Husein menundukan wajahnya, sesekali dia terlihat menghela napas panjang. Jika kematian itu terjadi, betapa hancurnya dirinya.Aku tahu, dia sangat mencintai Maya. Aku tahu, tidak ada perempuan di dunia ini yang mampu mengantikan Mbak Maya di hatinya.Aku rela diceraikan olehnya saat Mbak Maya telah sehat kembali. Seharusnya aku tidak mengambil kebahagian mereka. Seharusnya aku tidak ada di sini dan menganggu hubungan mereka.“Mas dicari sama Ibu,” ucapku.Dia perlahan menongakan wajahnya ke atas dan melihatku. Dia tersenyum, aku membalas senyumannya. Bola matanya berka

  • Bukan Aku yang Diinginkan   Bab 30

    Asma POVHana menemaniku di Bogor selama dua minggu. Aku bahagia di sini. Aku tidak pulang ke rumah Mas Husein. Entahlah, aku sedang memikirkan rencana perceraian kami. “Apa nggak sebaiknya bertemu Mas Husein yah, biar hubungan kalian jelas. Kalo seperti ini kan, nggak baik,” ucap Hana tiba-tiba. “Maksudnya gimana, Han? Kamu suruh aku balik lagi ke rumah itu?” tanyaku. Hana menunjukan ponselnya kepadaku. “Tadi aku baca berita kalo Mbak Maya kambuh lagi. Dia dilarikan ke rumah sakit pukul dua malam. Entahlah, katanya dia punya asam lambung yang cukup parah,” jelas Hana. “Iya, dia punya riwayat asam lambung yang cukup parah, kasihan juga sih,” sahutku. Aku memasukan beberapa barang ke koper. Rencananya, Mas Aldo akan menjemput kami di Bogor dan akan mengajak aku dan Hana jalan-jalan ke Jogja. Hana menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Wajahnya tampak sedih. Dari tadi dia terlihat gelisah. “Jujur Asma, aku kasihan sama Mbak Maya. Suaminya menikah lagi saat dia sakit, p

DMCA.com Protection Status