Dunia bawah adalah tempat para makhluk yang berjiwa kelam dan penuh hasrat akan kekacauan, kerakusan dan kesesatan. Dunia para makhluk abadi, iblis. Itu adalah penggambaran umum para manusia mengenai dunia itu.
Namun, hal itu menjadi berbeda. 500 tahun lalu, lahirnya eksistensi baru yang memberi sebuah kedamaian dunia bawah. Makhluk yang terlahir dari kesucian dan pengabdian Taman Eden, dia disebut sebagai Eve. Kehadirannya yang membuat penghuni dunia bawah hilang dari kesesatan dan kekacauan, dan itu berlangsung hingga ratusan tahun.
Hingga waktu yang tak terduga, Eve menghilang. Eksistensinya yang lenyap membuat pengaruh yang dia pancarkan memudar. Dunia bawah menjadi kacau, banyak ras yang memberontak dan melepaskan naluri iblisnya.
Sampai lima penjaga taman tak berdaya menghadapi situasi saat itu, mereka waktu itu hanyalah iblis remaja yang baru saja diberi warisan sebagai Sang Penjaga oleh leluhur mereka.
Lima anak itu mendapat tanggung jawab menampung kepercayaan Eve. Sebuah tugas mulia bagi ras iblis murni. Kepercayaan, ikatan, pengabdian, dan sebagai sosok anak-anak berbakti bagi dewi agung mereka, Eve. Namun, disisi lain, itu juga termasuk tugas berat jika dibandingkan mereka hanyalah anak-anak, warisan itu adalah tradisi asli dari ras iblis murni, hanya iblis dari ras itu, bukan ras lain.
Waktu itu, saat Eve menghilang, dunia bawah perlahan mulai terjadi kerusuhan. Banyak ras yang mulai melepaskan nalurinya, memberontak. Fase awal makhluk dunia bawah saat melepaskan jati diri mereka.
“Kakak, kita harus lakukan apa?” tanya remaja laki-laki bersurai merah sepunggung pada kakak tertuanya.
Laki-laki yang disebut kakak tadi merenung, “Tenang, semua pasti akan baik-baik saja. Oke?” Dia berusaha tidak menimbulkan khawatir untuk keempat adiknya.
“A-aku takut..” cicit laki-laki yang paling muda, dia menggigit bibirnya menahan isak.
“Alan, kau masih saja cengeng. Dengar, kita bisa melalui ini! Tuan seribu strategi, berikan kemampuanmu untuk masalah ini,” Kakaknya yang berambut blonde menghiburnya.
“Kalau satu saudara saling bekerja sama, kita pasti bisa menghadapi ini.”
Dia melihat keempat kakaknya, mereka semua penuh dengan keyakinan. Dia mengusap matanya dengan kasar. “Serahkan padaku.”
**
Saat ini, Rin masih dalam keadaan yang sama. Dikurung di sebuah tempat yang berada jauh di dalam kastil.
Sedangkan di luar sana, terdengar samar-samar suara bising. Walau tempat dia dikurung terpelosok dalam kastil, suara di luar masih teresonansi.
“Apa yang membuat bising diluar?” lirih Rin. Lalu dia tertunduk lagi.
Keadaan di luar sana;
Satu pengawal bagian luar melapor, “Tuan Argon, ada penyusupan. Ada sekitar 3 orang menyusup ke dalam kastil, dilaporkan mereka adalah para pengeran dari Devon.”
Orang yang sedang duduk itu bangkit, tersenyum lebar “Devon ya? Aku sudah menunggu ini.”
Situasi sedikit rusuh karna para orang-orang Behemoth memburu penyusup yang masuk ke dalam kastil mereka beberapa waktu lalu.
“Cari semua hallway! Bagian aula dan auditorium utama juga!” seru pemimpin pengawal kepada para orang-orangnya, mereka pun sibuk berlarian.
“Apa kita berhasil mengalihkan perhatian mereka?” tanya Rei pada Alan di sampingnya.
Alan terkikik, “Haha... mereka jadi berbondong-bondong mencari kita.”
Rei ikut tertawa lirih. “Seru ya!”
Alan dan Rei bertos ria.
Dengan situasi yang tiba-tiba berubah sedikit kacau, Damian merasa tidak bebas bergerak untuk menyusup lebih jauh. Dia mendengar kalau situasi ini terjadi karena penyusupan langsung, yang tak dia sangka penyusup itu merupakan para saudaranya.
“Jadi mereka ikut bergerak ya.” cibir Damian.
Beberapa waktu sebelumnya;
“Menyusup secara terang-terangan?!”
Ketiga kakak Alan tercengang mendengar usulan Alan tentang strateginya.
“Yaps!” ucap Alan mantap.
“Tapi, itu kan gawat. Kita langsung ketahuan dan bukankah kita bisa langsung tertangkap?” protes Rei. Menurutnya Rencana Alan ini sedikit tak masuk akal.
“Tunggu dulu dong, aku belum selesai tahu!” sela pemilik usulan.
Alan melanjutkan perkataanya. “Aku bilang kita menyusup secara langsung, bukan berarti kita semua melakukan itu. Aku dan kak Rei di garda depan, kamilah yang menyusup dengan terang-terangan, dengan begitu, perhatian orang bagian luar akan teralih dan saat itulah mereka pasti akan rusuh beserta orang bagian dalam untuk mencari kami berdua. Selanjutnya, giliran Kak Ryan yang beraksi!”
“Saat situasi ricuh, saat itulah Kak Ryan mengambil langkah. Kastil Behemoth itu sama rumitnya seperti Auditorium Kak Lumiere....” Alan menjeda karena merasa ada yang menatap horor ke arahnya. Lumiere. Alan cepat-cepat mengelak.
“Ah, intinya, tugas Kak Ryan mengambil peta susunan kastil mereka, ada dibagian sisi kiri kastil, hati-hati, tempatnya adalah dibelakang ruang utama. Lalu setelah dapat, Kakak cari ruangan yang tertulis ‘T.ture’ di peta. Kemungkinan itu ruangan Kak Rin.”
“Disana ‘kan ada Damian juga?” sela Rei.
“Soal itu, Kalau kebetulan bertemu, Kak Ryan bergabunglah dengannya. Damian pasti sudah dapat informasi. Itu akan mempermudah.” jelas Alan.
“Tapi, pasti situasi akan berubah, entah berbanding balik atau malah menguntungkan.” prediksi Alan. Rei dan Ryan menautkan Alis.
“Akan ada sedikit persen kita tidak berhadapan dengan orang utama Behemoth, terlebih ajudan mereka. Argon. Sewaktu-waktu kita pasti akan berhadapan dengannya. Mau rencana penyelamatan mulus atau tidak.” ungkap Lumiere mengikuti jalan pikir Alan.
“Kalau begitu, kita ambil jalan pengalihan. Kak Lumiere harus datang ketika kami mengirim aba-aba. Kita berkumpul. Dan saat itulah satu di antara kita harus lolos membawa Kak Rin pergi dari sana, dan yang tersisa.. berhadapan dengan musuh asli kita. Behemoth.” jelas Alan.
“Sepertinya itu terkesan kita melakukan seperti yang mereka inginkan. Perang.” ujar Ryan.
“Memang sih, kalau kita bergabung dengan Damian mungkin akan sedikit mudah, dia bisa menjadi pelopor pelarian kita nanti.”
“Misi utamaku selain mengambil peta untuk diriku sendiri dan Rin, aku harus menemukan Damian juga.” ujar Ryan.
“Itu ide bagus.” ucap Lumiere.
“Akh! Pasti kita juga akan bertemu dengan si penculik itu, Onel kah..? Jujur, dia itu merepotkan.” keluh Rei.
“Aku punya rencana cadangan untuk itu.” ujar Alan. Senyumnya terukir lebar.
**
Ryan membaca situasi. Inilah waktunya dia melangkah sesuai rencana Alan. Dia mengendap dalam bayangan dan menyusup ke dalam. Melakukan misinya.
Sebelumnya ada banyak orang-orang penjaga yang berlarian, setelahnya berlalu dan Ryan terus melangkah maju.
Dia pintar dalam mengendap dan mencuri, tanpa ketahuan sedikitpun. Itulah kelebihannya, tak heran Alan menempatkannya dalam hal ini pada strateginya.
Tap Tap Tap
Suara langkah sepatunya sedikit bergema di lorong sepi, itu tak jadi masalah. toh tidak ada satu pun orang selain dirinya. Ryan berjalan dengan tenang.
Mata Ryan menelusuri sekitar, dia sudah sampai jauh ke dalam. Dengan prediksinya, dia menerka-nerka dimana dan kemana arah yang harus dia tuju. mengingat tempat ini yang mudah membuat siapapun tersesat bagi yang tidak terbiasa, dia sempat heran kenapa prajurit mereka tidak tersesat.
“Di sana.” Dia menerka kalau sebuah pintu yang dia lihat adalah tujuan utamanya. Dipikir kalau ini sudah mendalam ke sisi kiri kastil. Ruang utama biasanya pintu berdaun lebar dan besar seprti di tempat tinggalnya. ini dibelakang ruang utama. Jadi ini tepat.
Ryan sempat berhati-hati saat melewati ruang utama tadi. Untung di sana sangat sepi tidak ada indikasi apapun. Sejauh ini, dia melakukan tugas tanpa kendala.
Saat memasuki sebuah ruangan, sangat gelap. Ryan mencari sesuatu untuk penerangan dan dia menemukan rangka lentera, lalu menggesekan sesuatu hingga muncul api lalu membuatkan lentera menyala.
Ruangan terlihat sedikit berdebu dan banyak barang yang terbengkalai. Ryan mencari sesuatu yang ia cari. Sebuah peta di tempatkan di tempat seperti ini sepertinya itu bukanlah hal yang spesial. Matanya menemukan sebuah peti kecil, ia menghampiri dan membukanya. Peta yang dia cari sudah didapat. Sebelum keluar, dia mendapati sesuatu yang menarik perhatiannya.
Sekarang Ryan mencari jalan, niat selanjutnya menemukan Damian. Di seberang sisi tembok terdengar bising, mungkin orang-orang yang masih mencari Rei dan Alan.
Tap! tap! tap!--
BRAAKKK!!
Seseorang menabrak Ryan dari belakang dan berakhir jatuh bersama. Ryan menengok ternyata itu adalah Damian.
“Aduhh...”
Ryan terkejut, “Kau..”
Damian ikut terkejut saat melihat Ryan di depannya, “Ryan? Oi, kenapa kau disini?”
“Cari disana! Orang itu kabur ke Hallway depan!” Seruan pengawal kastil ini terdengar dari belakang mereka berdua. Mereka sudah menemukan Damian, dan sekarang dialah yang menjadi target kejaran mereka.
“Sial!” umpat Damian.
Damian bangkit berdiri, dan ikut menarik Ryan.
“Ayo! Pergi dari sini, aku sudah ketahuan. Pasti mereka sedang menuju kesini.”
Mereka berdua lari bersama, menghindari para orang-orang yang mengejarnya.
Haah..haah... Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana. Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”
Empat lelaki tergeletak di tanah, tak berdaya, mereka sekarat. Di hadapan mereka berdiri sosok hitam berjubah dengan sorot mata angkuh dan kejam, terlihat tersenyum puas ke arah empat lelaki yang sekarat itu. Hasil pertarungan empat lawan satu berakhir dengan kekalahan mereka berempat. Beberapa waktu lalu, ada penyerangan di wilayah Devon, kastil iblis dunia bawah. Sekitar lima puluh pasukan penyusup tak dikenal menyerang kastil Devon dan beberapa prajurit serta orang-orang di dalamnya. Dan kini sosok hitam sebagai pemimpin penyerangan itu menjadi lawan keempat pangeran yang sekarang sedang terkapar itu.
Di sebuah kedai makan, kedai yang letaknya berhimpitan diantara toko-toko, jalanan disekitar penuh orang yang berlalu-lalang disertai pencahayan lampu malam. Kedai itu juga saat ini sedang ramai lantaran sebagai tempat persinggahan orang-orang yang ingin mengisi perut mereka. Seorang gadis pelayan berambut hitam membawa nampan makanan, untuk mengantarkannya ke meja pelanggan. "Rin, kalau pekerjaanmu sudah selesai, manajer bilang kau boleh pulang," ucap gadis yang juga pelayan di situ. "Baik"
Rin terkejut dengan kedatangan pria itu. Apa yang dia lakukan disini? Dan dia ke sini sendirian, tidak dengan tiga saudaranya yang lain. Ryan menyentuh pintu jeruji dan mengutak-atiknya disana, Rin hanya memandanginya. Lalu terdengar suara besi yang berisik. Kreek.... Pintu jerujinya terbuka, Ryan membukanya. Rin memandang tak percaya, sungguh apa yang sedang dilakukan pria ini, pikir Rin. “Keluar!” perintah Ryan. “Eh? Tunggu,
Rin berjalan gontai di koridor, dia baru saja keluar dari kamarnya. Karena merasa pusing memikirkan soal ‘Eve’ dan yang waktu itu Lumiere katakan. Memang butuh waktu baginya untuk menerima semua itu.Tampak Rin yang tidak fokus jalan, dia menabrak tembok. Tersadar sejenak lalu berjalan lagi. Di depan sana ada Rei yang melihatnya, dan menghampiri Rin.“Nona, kau kenapa?” tanya Rei.Rin menoleh dan tersenyum lembut. “Aku tidak apa-apa.”“Tapi kau seperti tidak baik-baik saja.""Aku hanya sedikit kelelahan saja, mungkin," R
Malam ini, Rin sedang berada di ruang makan bersama empat pangeran. Ya, hanya Rei, Ryan, Damian dan Alan serta Rin. Lumiere tidak hadir dalam makan malam kali ini.“Dimana Lumiere? Dia tidak ikut makan malam?” tanya Rin di sela Rei menata makanan di atas meja.“Ah, dia sedang lembur,” jawab Rei sambil memasang semyum.“Lembur?”
“Ini cara yang licik.” Lumiere mengelus dagunya, alisnya yang garang mengerut. “Kak Rei menyuruhku menghubungimu, sekarang dia sedang berdiskusi dengan kak Ryan.” Lumiere mendongak. “Damian?” Alan mendengar pertanyaan itu, bola matanya melirik sana-sini “Di
Haah..haah... Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana. Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”
Dunia bawah adalah tempat para makhluk yang berjiwa kelam dan penuh hasrat akan kekacauan, kerakusan dan kesesatan. Dunia para makhluk abadi, iblis. Itu adalah penggambaran umum para manusia mengenai dunia itu.Namun, hal itu menjadi berbeda. 500 tahun lalu, lahirnya eksistensi baru yang memberi sebuah kedamaian dunia bawah. Makhluk yang terlahir dari kesucian dan pengabdian Taman Eden, dia disebut sebagai Eve. Kehadirannya yang membuat penghuni dunia bawah hilang dari kesesatan dan kekacauan, dan itu berlangsung hingga ratusan tahun.Hingga waktu yang tak terduga, Eve menghilang. Eksistensinya
“Ini cara yang licik.” Lumiere mengelus dagunya, alisnya yang garang mengerut. “Kak Rei menyuruhku menghubungimu, sekarang dia sedang berdiskusi dengan kak Ryan.” Lumiere mendongak. “Damian?” Alan mendengar pertanyaan itu, bola matanya melirik sana-sini “Di
Malam ini, Rin sedang berada di ruang makan bersama empat pangeran. Ya, hanya Rei, Ryan, Damian dan Alan serta Rin. Lumiere tidak hadir dalam makan malam kali ini.“Dimana Lumiere? Dia tidak ikut makan malam?” tanya Rin di sela Rei menata makanan di atas meja.“Ah, dia sedang lembur,” jawab Rei sambil memasang semyum.“Lembur?”
Rin berjalan gontai di koridor, dia baru saja keluar dari kamarnya. Karena merasa pusing memikirkan soal ‘Eve’ dan yang waktu itu Lumiere katakan. Memang butuh waktu baginya untuk menerima semua itu.Tampak Rin yang tidak fokus jalan, dia menabrak tembok. Tersadar sejenak lalu berjalan lagi. Di depan sana ada Rei yang melihatnya, dan menghampiri Rin.“Nona, kau kenapa?” tanya Rei.Rin menoleh dan tersenyum lembut. “Aku tidak apa-apa.”“Tapi kau seperti tidak baik-baik saja.""Aku hanya sedikit kelelahan saja, mungkin," R
Rin terkejut dengan kedatangan pria itu. Apa yang dia lakukan disini? Dan dia ke sini sendirian, tidak dengan tiga saudaranya yang lain. Ryan menyentuh pintu jeruji dan mengutak-atiknya disana, Rin hanya memandanginya. Lalu terdengar suara besi yang berisik. Kreek.... Pintu jerujinya terbuka, Ryan membukanya. Rin memandang tak percaya, sungguh apa yang sedang dilakukan pria ini, pikir Rin. “Keluar!” perintah Ryan. “Eh? Tunggu,
Di sebuah kedai makan, kedai yang letaknya berhimpitan diantara toko-toko, jalanan disekitar penuh orang yang berlalu-lalang disertai pencahayan lampu malam. Kedai itu juga saat ini sedang ramai lantaran sebagai tempat persinggahan orang-orang yang ingin mengisi perut mereka. Seorang gadis pelayan berambut hitam membawa nampan makanan, untuk mengantarkannya ke meja pelanggan. "Rin, kalau pekerjaanmu sudah selesai, manajer bilang kau boleh pulang," ucap gadis yang juga pelayan di situ. "Baik"
Empat lelaki tergeletak di tanah, tak berdaya, mereka sekarat. Di hadapan mereka berdiri sosok hitam berjubah dengan sorot mata angkuh dan kejam, terlihat tersenyum puas ke arah empat lelaki yang sekarat itu. Hasil pertarungan empat lawan satu berakhir dengan kekalahan mereka berempat. Beberapa waktu lalu, ada penyerangan di wilayah Devon, kastil iblis dunia bawah. Sekitar lima puluh pasukan penyusup tak dikenal menyerang kastil Devon dan beberapa prajurit serta orang-orang di dalamnya. Dan kini sosok hitam sebagai pemimpin penyerangan itu menjadi lawan keempat pangeran yang sekarang sedang terkapar itu.