Malam ini, Rin sedang berada di ruang makan bersama empat pangeran. Ya, hanya Rei, Ryan, Damian dan Alan serta Rin. Lumiere tidak hadir dalam makan malam kali ini.
“Dimana Lumiere? Dia tidak ikut makan malam?” tanya Rin di sela Rei menata makanan di atas meja.
“Ah, dia sedang lembur,” jawab Rei sambil memasang semyum.
“Lembur?”
Alan ikut menimpali, “Itu karena tugas kak Lumiere yang suka menumpuk.” Kemudian Alan mengambil tempura di depannya, membuat Rei memukul tangannya karena itu tidak sopan. Alan mendengkus.
Rin ikut menata makanan seperti Rei, menyiapkan untuk yang lainnya dan untuk dirinya sendiri. Setelah selesai dia kembali duduk, yang lain pun memulai makan. Para pelayan yang sedari tadi berdiri di belakang mereka pun kembali ke dapur.
Saat semua sedang makan, Rin justru sedang berpikir soal hal yang belum ia tuntasi penasarannya. Siang tadi dia memang sudah membaca bukunya waktu di perpustakaan, pikirannya jadi teralihkan karena menemani Alan. Namun, dia juga butuh penjelasan langsung dengan para pangeran. Tapi dia pikir lebih baik tanya langsung dengan Lumiere. Sayangnya, pangeran itu tidak ada sekarang.
“Ngomong-ngomong, dimana tempat Lumiere bekerja?”
“Auditorium,” sahut Rei di sela makannya. “Itu ditempat yang sedikit jauh dari kastil, di sebelah desa Vee.”
“Memangnya kenapa, kak Rin?” tanya Alan
“Ah, tidak. Aku hanya ingin tau saja kok” Rin hanya beralasan. Tapi memang benar, dia hanya ingin tahu.
Setelah makan malam, Rin kembali ke kamarnya. Gadis itu sedang melipat selimut yang di atas kasur. Dan tiba-tiba saja, terdengar suara kaca yang pecah. Rin terlonjak dan langsung menoleh, jendela kaca dibelakangnya sudah pecah dan berlubang, potongan kacanya berserakan di mana-mana. Dan lagi, ada sosok yang sedang berdiri di sana, menyeringai padanya.
“Malam, nona manis.”
Damian yang berjalan dilorong kamar Rin mendengar teriakan gadis itu, dia buru-buru ke kamar yang diujung lorong ini. Betapa kagetnya dia melihat seseorang tersenyum smirk padanya sambil membawa Rin yang sudah pingsan, lalu dia pergi keluar lewat jendela.
“Oi, mau kau apakan gadis itu!” teriak Damian melongok dari jendela Rin yang pecah, sosok itu sudah hilang entah kemana.
Damian menggertakan gigi kesal, wajahnya menggarang. Dia melihat ada sepucuk kertas usang di lantai dan mengambilnya, kejengkelannnya kian meluap begitu tahu isi kertas itu. Dengan rasa amat kesal, dia meremas kertas di genggamanya kemudian keluar dari kamar.
Rei dan Alan berpapasan dengan Damian di lorong, mereka yang melihat wajah Damian yang jengkel, Rei pun menghentikannya.
“Kau kenapa, Damian? Apa terjadi sesuatu?” Namun, Damian menghempaskan tangan Rei, dia kembali berjalan dengan wajah yang masih sama.
Perasaan Rei mendadak buruk, kembarannya itu berjalan dari arah kamar Rin. Jadi dia pergi ke sana untuk memastikan, diikuti Alan di belakangnya.
Sama terkejutnya seperti Damian sewaktu ke sini, dua pangeran itu tercengang melihat kondisi kamar Rin.
“Apa yang terjadi disini?” Rei berjalan mendekati jendela yang pecah, dia merasa menginjak sesuatu yang ringan lalu menengok ke bawah.
Kertas yang sudah teremas, dia pun mengambilnya dan membukanya. Rei sekarang tahu kenapa Damian bersikap seperti tadi, Alan menghampiri Rei.
“Kakak, itu... kertas ancaman...”
“Ya, mereka sudah memulainya.”
Alan mengambil kertas itu dari tangan Rei. “Dead or Threat! Jika masih ingin melihat gadis ini bernafas, hadapi kami dan bersiaplah mati!” Nah, Alan juga tahu apa maksudnya.
“Kita harus menyusun rencana, kembaranku yang bodoh itu pasti bertindak sendirian,”
Rei menoleh ke Alan, “Kau hubungi Lumiere, aku dan Ryan akan menyusun rencana penyelamatan Nona Rin.”
Alan mengangguk.
**
Dengan sedikit tergesa, Rei berjalan menuju tempat Ryan berada.
“Ryan! Sekarang kita punya sedikit masalah.”
Ryan yang sedang membaca buku di sofa menoleh pada Rei yang berdiri di ambang pintu.
“Nona Rin... dia diculik,” ungkap Rei singkat. Membuat Ryan terkejut mendengarnya.
Sedangkan, Alan berjalan di lorong yang sedikit gelap sambil menatap radar peta di tangannya.
“Aah... Auditorium ini rumit sekali sih! Kenapa kak Lumiere membuat bangunan serumit ini? kalau saja aku tidak membawa radar seperti kemarin pasti aku sudah tersesat. Aaaaa! Aku mau protes, aku mau protes!” gerutunya.
Bangunan yang sekarang Alan telusuri adalah tempat dimana Lumiere bekerja sebagai pemimpin Devon, karena bangunan ini dibuat dengan susunan rumit, Alan suka tersesat saat akan pergi ke ruang kakaknya, bahkan pangeran yang lain hampir tidak bisa kembali keluar dari sini. Alasannya adalah agar saat ada penyusup, penyusup itu akan tersesat sendiri dan kapok.
“Horaa! Ketemu!” Alan membuka pintu dengan keras.
Lumiere hampir terlonjak kaget, dia melihat Alan yang terlihat lelah berjalan ke arahnya. Setelah lelah mencari ruangan Lumiere yang membuat Alan ngalur-ngidul, akhirnya Alan menemukannya juga.
“Kenapa kau kesini?”
Alan gantian menggebrak meja. “Kakak! Kak Rin, dia dibawa seseorang!”
“Ini!” Alan menunjukkan kertas yang kucel di depan Lumiere.
**
Di sisi lain. Kastil yang berdiri di bawah langit yang gelap, suasana yang mendominasi dengan aura kejahatan, di sanalah markas Behemoth, tempat Rin berada sekarang.
Seorang gadis yang sekarang tubuhnya disalib dengan keadaan pingsan, mulai membuka matanya. Dia melihat seorang pria berdiri di depannya.
“Waaa, kau sudah bangun Nona, bagaimana?”
Seorang pria berpakaian serba hitam, dia memakai mantel berbulu dan sepatu booth hitam. Rin seperti pernah melihatnya di waktu yang sebelumnya, tapi kepalanya sedikit pusing membuat ingatannya sedikit kacau. Dan juga dia merasa tubuhnya seperti menggantung.
“Siapa kamu?” tanya Rin lirih.
“Aku?” Pria itu menunjuk diri, “Aku Onel, dan aku yang menyulikmu,” ungkapnya menyengir bangga.
"Tebak, kenapa aku menyulikmu, Nona? Kau mau tahu?"
Sedangkan, sedari tadi Rin terkejut hingga membuatnya terdiam tak merespon.
“Itu karena aku sangat membenci pangeran-pangeran di Devon. Tahu kenapa?... Karena mereka membuat rencanaku selalu gagal! Dan itu membuatku tidak mendapat penghargaan dari seniorku!” Onel mengatakannya dengan wajah yang tampak garang, tapi kemudian kembali seperti semula.
“Nah, aku juga mendengar tentang ramalan itu. Nona, itu kau kan?” wajah pria itu menatap Rin dengan senyum yang sedikit aneh.
“Itu... Aku...” Dan sekarang Rin mulai bergetar. Kenapa pria ini sampai mengarah ke sana, batin Rin.
“Kau tak bisa menyangkalnya,” sergah Onel.
“Seorang Eve dari ramalan kuno, ditakdirkan untuk menjadi pemilik taman Eden yang baru dan mengubah segalanya bagai sosok dewi. Yah, itu memang legenda seluruh dunia bawah sih. Dan sekarang, para pangeran Devon itu mengambil seorang gadis yang akan menjadi Eve-nya. Ahh! Betapa liciknya,”
“Yang lebih liciknya lagi, mereka memanfaatkan itu untuk menyingkirkan kami, Behemoth”
Onel berjalan mendekat, wajahnya memasang ekspresi menyeramkan. “Dan aku tidak akan membiarkan itu. Aku akan menghancurkannya. Itulah alasan tertepat kau ada di sini. Dengan begitu, tidak ada lagi Eve, tidak ada lagi sosok dewi penolong mereka, dan mereka akan hancur!” Onel tertawa berbahak.
"Kenapa kau melakukan itu?! Bukankah itu kejam?"
Ekspresi Onel mendatar. "Jelas bukan? Aku ingin menghancurkan Devon. Kenapa kau malah bertanya?"
Rin tercekat, sedari tadi mendengar tuturan dari pria ini membuat tubuhnya tak berhenti bergetar. Dia memikirkan tentang bagaimana Devon nanti dan para pangerannya, akan ada kekacauan yang melanda mereka, dugaan Lumiere seakan benar. Dan setelah pria ini menutur sampai ke 'Eve', itu menambah ketakutan Rin. Pria ini berbahaya.
“Aah~ wajahmu bagus, aku suka ekspresi itu. Kau takut ya?” Onel memiringkan wajahnya. Rin pikir, dipenjara oleh para pangeran Devon lebih baik daripada diculik disini, karena ini lebih menyeramkan. Dia berharap ada yang datang menolongnya.
Onel menjauh. “Mungkin cukup sampai disini, aku ingin melapor ke senior dulu. Jadi tunggu aku ya, bye-bye!” Onel melambaikan tangan setelah itu pergi dari sana.
Rin tertunduk lemas. Entah kenapa sekarang dia merasa bersalah dengan Devon dan para pangerannya. Dia mulai merasa tergantung dengan mereka, pada kelima pria Devon.
“Ini cara yang licik.” Lumiere mengelus dagunya, alisnya yang garang mengerut. “Kak Rei menyuruhku menghubungimu, sekarang dia sedang berdiskusi dengan kak Ryan.” Lumiere mendongak. “Damian?” Alan mendengar pertanyaan itu, bola matanya melirik sana-sini “Di
Dunia bawah adalah tempat para makhluk yang berjiwa kelam dan penuh hasrat akan kekacauan, kerakusan dan kesesatan. Dunia para makhluk abadi, iblis. Itu adalah penggambaran umum para manusia mengenai dunia itu.Namun, hal itu menjadi berbeda. 500 tahun lalu, lahirnya eksistensi baru yang memberi sebuah kedamaian dunia bawah. Makhluk yang terlahir dari kesucian dan pengabdian Taman Eden, dia disebut sebagai Eve. Kehadirannya yang membuat penghuni dunia bawah hilang dari kesesatan dan kekacauan, dan itu berlangsung hingga ratusan tahun.Hingga waktu yang tak terduga, Eve menghilang. Eksistensinya
Haah..haah... Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana. Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”
Empat lelaki tergeletak di tanah, tak berdaya, mereka sekarat. Di hadapan mereka berdiri sosok hitam berjubah dengan sorot mata angkuh dan kejam, terlihat tersenyum puas ke arah empat lelaki yang sekarat itu. Hasil pertarungan empat lawan satu berakhir dengan kekalahan mereka berempat. Beberapa waktu lalu, ada penyerangan di wilayah Devon, kastil iblis dunia bawah. Sekitar lima puluh pasukan penyusup tak dikenal menyerang kastil Devon dan beberapa prajurit serta orang-orang di dalamnya. Dan kini sosok hitam sebagai pemimpin penyerangan itu menjadi lawan keempat pangeran yang sekarang sedang terkapar itu.
Di sebuah kedai makan, kedai yang letaknya berhimpitan diantara toko-toko, jalanan disekitar penuh orang yang berlalu-lalang disertai pencahayan lampu malam. Kedai itu juga saat ini sedang ramai lantaran sebagai tempat persinggahan orang-orang yang ingin mengisi perut mereka. Seorang gadis pelayan berambut hitam membawa nampan makanan, untuk mengantarkannya ke meja pelanggan. "Rin, kalau pekerjaanmu sudah selesai, manajer bilang kau boleh pulang," ucap gadis yang juga pelayan di situ. "Baik"
Rin terkejut dengan kedatangan pria itu. Apa yang dia lakukan disini? Dan dia ke sini sendirian, tidak dengan tiga saudaranya yang lain. Ryan menyentuh pintu jeruji dan mengutak-atiknya disana, Rin hanya memandanginya. Lalu terdengar suara besi yang berisik. Kreek.... Pintu jerujinya terbuka, Ryan membukanya. Rin memandang tak percaya, sungguh apa yang sedang dilakukan pria ini, pikir Rin. “Keluar!” perintah Ryan. “Eh? Tunggu,
Rin berjalan gontai di koridor, dia baru saja keluar dari kamarnya. Karena merasa pusing memikirkan soal ‘Eve’ dan yang waktu itu Lumiere katakan. Memang butuh waktu baginya untuk menerima semua itu.Tampak Rin yang tidak fokus jalan, dia menabrak tembok. Tersadar sejenak lalu berjalan lagi. Di depan sana ada Rei yang melihatnya, dan menghampiri Rin.“Nona, kau kenapa?” tanya Rei.Rin menoleh dan tersenyum lembut. “Aku tidak apa-apa.”“Tapi kau seperti tidak baik-baik saja.""Aku hanya sedikit kelelahan saja, mungkin," R
Haah..haah... Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana. Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”
Dunia bawah adalah tempat para makhluk yang berjiwa kelam dan penuh hasrat akan kekacauan, kerakusan dan kesesatan. Dunia para makhluk abadi, iblis. Itu adalah penggambaran umum para manusia mengenai dunia itu.Namun, hal itu menjadi berbeda. 500 tahun lalu, lahirnya eksistensi baru yang memberi sebuah kedamaian dunia bawah. Makhluk yang terlahir dari kesucian dan pengabdian Taman Eden, dia disebut sebagai Eve. Kehadirannya yang membuat penghuni dunia bawah hilang dari kesesatan dan kekacauan, dan itu berlangsung hingga ratusan tahun.Hingga waktu yang tak terduga, Eve menghilang. Eksistensinya
“Ini cara yang licik.” Lumiere mengelus dagunya, alisnya yang garang mengerut. “Kak Rei menyuruhku menghubungimu, sekarang dia sedang berdiskusi dengan kak Ryan.” Lumiere mendongak. “Damian?” Alan mendengar pertanyaan itu, bola matanya melirik sana-sini “Di
Malam ini, Rin sedang berada di ruang makan bersama empat pangeran. Ya, hanya Rei, Ryan, Damian dan Alan serta Rin. Lumiere tidak hadir dalam makan malam kali ini.“Dimana Lumiere? Dia tidak ikut makan malam?” tanya Rin di sela Rei menata makanan di atas meja.“Ah, dia sedang lembur,” jawab Rei sambil memasang semyum.“Lembur?”
Rin berjalan gontai di koridor, dia baru saja keluar dari kamarnya. Karena merasa pusing memikirkan soal ‘Eve’ dan yang waktu itu Lumiere katakan. Memang butuh waktu baginya untuk menerima semua itu.Tampak Rin yang tidak fokus jalan, dia menabrak tembok. Tersadar sejenak lalu berjalan lagi. Di depan sana ada Rei yang melihatnya, dan menghampiri Rin.“Nona, kau kenapa?” tanya Rei.Rin menoleh dan tersenyum lembut. “Aku tidak apa-apa.”“Tapi kau seperti tidak baik-baik saja.""Aku hanya sedikit kelelahan saja, mungkin," R
Rin terkejut dengan kedatangan pria itu. Apa yang dia lakukan disini? Dan dia ke sini sendirian, tidak dengan tiga saudaranya yang lain. Ryan menyentuh pintu jeruji dan mengutak-atiknya disana, Rin hanya memandanginya. Lalu terdengar suara besi yang berisik. Kreek.... Pintu jerujinya terbuka, Ryan membukanya. Rin memandang tak percaya, sungguh apa yang sedang dilakukan pria ini, pikir Rin. “Keluar!” perintah Ryan. “Eh? Tunggu,
Di sebuah kedai makan, kedai yang letaknya berhimpitan diantara toko-toko, jalanan disekitar penuh orang yang berlalu-lalang disertai pencahayan lampu malam. Kedai itu juga saat ini sedang ramai lantaran sebagai tempat persinggahan orang-orang yang ingin mengisi perut mereka. Seorang gadis pelayan berambut hitam membawa nampan makanan, untuk mengantarkannya ke meja pelanggan. "Rin, kalau pekerjaanmu sudah selesai, manajer bilang kau boleh pulang," ucap gadis yang juga pelayan di situ. "Baik"
Empat lelaki tergeletak di tanah, tak berdaya, mereka sekarat. Di hadapan mereka berdiri sosok hitam berjubah dengan sorot mata angkuh dan kejam, terlihat tersenyum puas ke arah empat lelaki yang sekarat itu. Hasil pertarungan empat lawan satu berakhir dengan kekalahan mereka berempat. Beberapa waktu lalu, ada penyerangan di wilayah Devon, kastil iblis dunia bawah. Sekitar lima puluh pasukan penyusup tak dikenal menyerang kastil Devon dan beberapa prajurit serta orang-orang di dalamnya. Dan kini sosok hitam sebagai pemimpin penyerangan itu menjadi lawan keempat pangeran yang sekarang sedang terkapar itu.