Empat lelaki tergeletak di tanah, tak berdaya, mereka sekarat. Di hadapan mereka berdiri sosok hitam berjubah dengan sorot mata angkuh dan kejam, terlihat tersenyum puas ke arah empat lelaki yang sekarat itu. Hasil pertarungan empat lawan satu berakhir dengan kekalahan mereka berempat.
Beberapa waktu lalu, ada penyerangan di wilayah Devon, kastil iblis dunia bawah. Sekitar lima puluh pasukan penyusup tak dikenal menyerang kastil Devon dan beberapa prajurit serta orang-orang di dalamnya. Dan kini sosok hitam sebagai pemimpin penyerangan itu menjadi lawan keempat pangeran yang sekarang sedang terkapar itu.
Dengan sisa tenaganya, lelaki berambut blonde mengadah kepalanya, sedangkan ketiga lainnya masih belum sadarkan diri. "Brengsek! Kenapa kau menyerang kami?"
Sosok hitam itu terkekeh dengan senang, "Memang apa lagi? Tentu saja membunuh kalian."
Lelaki berambut blonde tadi terkejut begitupun ketiga lelaki lainnya yang ternyata sudah kembali kesadarannya. Apa maksudnya ini? Mereka seakan tak paham.
Apa yang sudah diperbuat Devon sehingga mereka diserang? Terlebih oleh orang-orang dari ras yang tak mereka kenal. Sejauh ini, tak ada pergerakan yang Devon lakukan sehingga menimbulkan konflik dari ras wilayah manapun. Bahkan terakhir kali di Konferensi asosiasi berbagai ras,
Devon sedang menjalin kerja sama dengan Avrot, wilayah ras burung gagak, itupun terjalin tanpa ada konflik. Lalu, ada apa dengan mereka? Siapa mereka yang tiba-tiba menyerang wilayah ini, dan mencoba membunuh?
"Cih! Sialan!" keempat pangeran itu benar-benar tak berdaya, padahal mereka merupakan pangeran kesatria yang berkemampuan tinggi di Devon. Ternyata hanya sebatas itu, atau memang musuhnya saja yang terlalu kuat? Mereka mengumpat menyalahkan itu.
Splashh...
Tiga belati tiba-tiba datang dari arah berlawan si sosok hitam, hampir mengenai targetnya, namun berhasil ia hindari dan berakhir mencap di tanah.
Muncul sosok lelaki tinggi, bersurai ungu gelap, memakai tunik dan berjubah mantel bulu coklat, penampilannya melambangkan kalau dia adalah seorang pemimpin. pemimpin Devon, Lumiere. Dia berjalan dari sisi dimana belati tadi datang, menyorot tajam sosok hitam di depannya.
"Ka..kakak?!" Keempat pangeran itu terkejut dengan kedatangan orang yang mereka sebut kakak tadi.
Lumiere yang dimaksud menggulirkan pandangannya ke bawah, dimana keempat adiknya tergeletak tak berdaya, "Oh, kalian sudah selesai bersenang-senang?"
"Kukuku, sambutan yang bagus. Tuan Lumiere." Sosok hitam itu mengalihkan kembali pandangan Lumiere.
"Ya, kebetulan aku baru saja pulang dan sudah mendapat tamu yang merusak kastilku, sungguh tamu yang tidak sopan."
"Aduh, apa itu pujian? Aku merasa tersanjung."
"Sebagai Tuan dari wilayah ini, tentu saja."
Lumiere memejamkan matanya, merasa terepotkan dengan apa yang sedang terjadi sekarang, lalu menghela nafas. "Itu juga salah adik-adikku yang bodoh karena mereka kurang waspada dan lengah dalam menjaga kastil dan wilayah, padahal baru saja aku tinggal satu bulan."
Matanya menajam, sorot dan ekpresinya berubah serius, Lumiere dengan kecepatan kilat tiba-tiba sudah berada di belakang sosok hitam itu, mengarahkan belatinya namun sosok itu tak kalah kesit menghindar, dan sudah berada beberapa jarak dari Lumiere.
"Oh, kau pintar menghindar, ya."
"Aah, aku sudah bosan dengan semua ini, aku minta maaf atas kerusuhan yang aku buat dan terkaparnya adik-adikmu yang lemah ini." Sosok itu membuka tudung jubah yang sedari tadi menutupi wajahnya, membuat wajahnya terlihat jelas.
"Tapi aku akan mampir lagi dan memberikan kesengan untuk kalian. Lebih dari ini" wajahnya kini yang terpapar cahaya bulan, mengukir ekspresi dan sunggingan jahat. "Aku Argon berpamit, selamat malam dan sampai jumpa, kikiki~ " Lalu menghilang bersama dengan kabut hitam.
“Ah, dia kabur.” Lumiere menoleh kepada kempat adiknya yang tergeletak di tanah, “Baiklah, sekarang kita urus luka kalian!”
Di sebuah kedai makan, kedai yang letaknya berhimpitan diantara toko-toko, jalanan disekitar penuh orang yang berlalu-lalang disertai pencahayan lampu malam. Kedai itu juga saat ini sedang ramai lantaran sebagai tempat persinggahan orang-orang yang ingin mengisi perut mereka. Seorang gadis pelayan berambut hitam membawa nampan makanan, untuk mengantarkannya ke meja pelanggan. "Rin, kalau pekerjaanmu sudah selesai, manajer bilang kau boleh pulang," ucap gadis yang juga pelayan di situ. "Baik"
Rin terkejut dengan kedatangan pria itu. Apa yang dia lakukan disini? Dan dia ke sini sendirian, tidak dengan tiga saudaranya yang lain. Ryan menyentuh pintu jeruji dan mengutak-atiknya disana, Rin hanya memandanginya. Lalu terdengar suara besi yang berisik. Kreek.... Pintu jerujinya terbuka, Ryan membukanya. Rin memandang tak percaya, sungguh apa yang sedang dilakukan pria ini, pikir Rin. “Keluar!” perintah Ryan. “Eh? Tunggu,
Rin berjalan gontai di koridor, dia baru saja keluar dari kamarnya. Karena merasa pusing memikirkan soal ‘Eve’ dan yang waktu itu Lumiere katakan. Memang butuh waktu baginya untuk menerima semua itu.Tampak Rin yang tidak fokus jalan, dia menabrak tembok. Tersadar sejenak lalu berjalan lagi. Di depan sana ada Rei yang melihatnya, dan menghampiri Rin.“Nona, kau kenapa?” tanya Rei.Rin menoleh dan tersenyum lembut. “Aku tidak apa-apa.”“Tapi kau seperti tidak baik-baik saja.""Aku hanya sedikit kelelahan saja, mungkin," R
Malam ini, Rin sedang berada di ruang makan bersama empat pangeran. Ya, hanya Rei, Ryan, Damian dan Alan serta Rin. Lumiere tidak hadir dalam makan malam kali ini.“Dimana Lumiere? Dia tidak ikut makan malam?” tanya Rin di sela Rei menata makanan di atas meja.“Ah, dia sedang lembur,” jawab Rei sambil memasang semyum.“Lembur?”
“Ini cara yang licik.” Lumiere mengelus dagunya, alisnya yang garang mengerut. “Kak Rei menyuruhku menghubungimu, sekarang dia sedang berdiskusi dengan kak Ryan.” Lumiere mendongak. “Damian?” Alan mendengar pertanyaan itu, bola matanya melirik sana-sini “Di
Dunia bawah adalah tempat para makhluk yang berjiwa kelam dan penuh hasrat akan kekacauan, kerakusan dan kesesatan. Dunia para makhluk abadi, iblis. Itu adalah penggambaran umum para manusia mengenai dunia itu.Namun, hal itu menjadi berbeda. 500 tahun lalu, lahirnya eksistensi baru yang memberi sebuah kedamaian dunia bawah. Makhluk yang terlahir dari kesucian dan pengabdian Taman Eden, dia disebut sebagai Eve. Kehadirannya yang membuat penghuni dunia bawah hilang dari kesesatan dan kekacauan, dan itu berlangsung hingga ratusan tahun.Hingga waktu yang tak terduga, Eve menghilang. Eksistensinya
Haah..haah... Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana. Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”
Haah..haah... Nafas yang tersengal-sengal keluar dari mulut dua pria yang tersandar di tembok. Damian bersandar sambil terduduk, sedang Ryan masih berdiri di samping Damian walau ia juga ikut kelelahan. Mereka berdua berhenti di koridor remang, menguntungkan mereka untuk bersembunyi sementara. Sedang, orang-orang Behemoth masih mengejar mereka diluar sana. Ryan menutup mulutnya, berbatuk karena berlari, fisiknya lemah. Dia menoleh pada Damian. “Apa yang membuat mereka mengejarmu?”
Dunia bawah adalah tempat para makhluk yang berjiwa kelam dan penuh hasrat akan kekacauan, kerakusan dan kesesatan. Dunia para makhluk abadi, iblis. Itu adalah penggambaran umum para manusia mengenai dunia itu.Namun, hal itu menjadi berbeda. 500 tahun lalu, lahirnya eksistensi baru yang memberi sebuah kedamaian dunia bawah. Makhluk yang terlahir dari kesucian dan pengabdian Taman Eden, dia disebut sebagai Eve. Kehadirannya yang membuat penghuni dunia bawah hilang dari kesesatan dan kekacauan, dan itu berlangsung hingga ratusan tahun.Hingga waktu yang tak terduga, Eve menghilang. Eksistensinya
“Ini cara yang licik.” Lumiere mengelus dagunya, alisnya yang garang mengerut. “Kak Rei menyuruhku menghubungimu, sekarang dia sedang berdiskusi dengan kak Ryan.” Lumiere mendongak. “Damian?” Alan mendengar pertanyaan itu, bola matanya melirik sana-sini “Di
Malam ini, Rin sedang berada di ruang makan bersama empat pangeran. Ya, hanya Rei, Ryan, Damian dan Alan serta Rin. Lumiere tidak hadir dalam makan malam kali ini.“Dimana Lumiere? Dia tidak ikut makan malam?” tanya Rin di sela Rei menata makanan di atas meja.“Ah, dia sedang lembur,” jawab Rei sambil memasang semyum.“Lembur?”
Rin berjalan gontai di koridor, dia baru saja keluar dari kamarnya. Karena merasa pusing memikirkan soal ‘Eve’ dan yang waktu itu Lumiere katakan. Memang butuh waktu baginya untuk menerima semua itu.Tampak Rin yang tidak fokus jalan, dia menabrak tembok. Tersadar sejenak lalu berjalan lagi. Di depan sana ada Rei yang melihatnya, dan menghampiri Rin.“Nona, kau kenapa?” tanya Rei.Rin menoleh dan tersenyum lembut. “Aku tidak apa-apa.”“Tapi kau seperti tidak baik-baik saja.""Aku hanya sedikit kelelahan saja, mungkin," R
Rin terkejut dengan kedatangan pria itu. Apa yang dia lakukan disini? Dan dia ke sini sendirian, tidak dengan tiga saudaranya yang lain. Ryan menyentuh pintu jeruji dan mengutak-atiknya disana, Rin hanya memandanginya. Lalu terdengar suara besi yang berisik. Kreek.... Pintu jerujinya terbuka, Ryan membukanya. Rin memandang tak percaya, sungguh apa yang sedang dilakukan pria ini, pikir Rin. “Keluar!” perintah Ryan. “Eh? Tunggu,
Di sebuah kedai makan, kedai yang letaknya berhimpitan diantara toko-toko, jalanan disekitar penuh orang yang berlalu-lalang disertai pencahayan lampu malam. Kedai itu juga saat ini sedang ramai lantaran sebagai tempat persinggahan orang-orang yang ingin mengisi perut mereka. Seorang gadis pelayan berambut hitam membawa nampan makanan, untuk mengantarkannya ke meja pelanggan. "Rin, kalau pekerjaanmu sudah selesai, manajer bilang kau boleh pulang," ucap gadis yang juga pelayan di situ. "Baik"
Empat lelaki tergeletak di tanah, tak berdaya, mereka sekarat. Di hadapan mereka berdiri sosok hitam berjubah dengan sorot mata angkuh dan kejam, terlihat tersenyum puas ke arah empat lelaki yang sekarat itu. Hasil pertarungan empat lawan satu berakhir dengan kekalahan mereka berempat. Beberapa waktu lalu, ada penyerangan di wilayah Devon, kastil iblis dunia bawah. Sekitar lima puluh pasukan penyusup tak dikenal menyerang kastil Devon dan beberapa prajurit serta orang-orang di dalamnya. Dan kini sosok hitam sebagai pemimpin penyerangan itu menjadi lawan keempat pangeran yang sekarang sedang terkapar itu.