Sebuah mobil sedan kuning berhenti di depan bangunan bertingkat 3 yang memiliki banyak jendela pada setiap lantainya. Aku membayar biaya taksi terlebih dahulu sebelum turun dari angkutan umum ini.
"Akhirnya sampai juga di indekos," gumamku sambil menghela napas lelah.
Sebuah senyuman lebar mulai terbentuk di wajahku. Aku tidak sabar untuk memberi tahu Layla berapa banyak uang yang kudapat dari penjualan bangkai monster itu. 'Kira-kira, bagaimana reaksinya nanti? Kaget? Kagum? Aku tidak sabar untuk melihatnya.'
Kuayunkan kakiku berjalan ke arah pintu masuk. Seseorang menyambutku yang baru saja pulang dari tempat yang dipenuhi oleh bau alkohol tadi. Orang yang menyambutku bukanlah Layla, tetapi bu Luna, si pemilik indekos.
"Akhirnya kamu pulang juga, Orpheus. Saya pikir kamu tersesat karena tak kunjung pulang," sambut wanita gemuk itu. Terdapat sedikit kekhawatiran pada suaranya yang datar itu.
Kulirik jam dinding yang menggantung tak jauh di de
Cahaya yang sangat terang membuatku terpaksa terbangun dari tidur dan membuka kedua mataku. Sinar matahari pagi menerobos masuk melewati jendela kamar dan langsung mengenai mukaku. "Ugh, silau ...." Mataku menyipit akibat cahaya yang berasal dari luar itu. Kupalingkan mukaku dari cahaya yang menyilaukan itu sambil mengedipkan mata berkali-kali. Setelah indera penglihatanku mulai terbiasa akan terangnya ruangan ini, aku dapat melihat seisi kamar tidurku dengan jelas. Ruang tidur berukuran 4×5 meter yang bernuansa putih-hitam. Tidak ada yang berubah dari ruangan ini sejak kemarin. Kualihkan pandanganku ke samping kiriku. Ranjang yang cukup luas ini terasa kosong tanpa kehadiran seseorang. Tangan kiriku meraba permukaan seprai putih yang dingin. "Sepertinya dia tidak kembali ke sini ...," lirihku dengan suara serak. Aku mendorong tubuhku dengan kedua tanganku untuk mengubah posisiku dari baring menjadi duduk, tetapi tanganku begitu lemah sehingga
Seharian ini, aku hanya mengurung diri di kamar tidur. Aku mengurung diri bukan karena gelisah akan lanjut atau udahan dengan masalah yang kuhadapi kali ini; mencari atau membiarkan Layla menghilang dari sisiku. Bunyi bernada tinggi terdengar. Termometer yang dihimpit di bawah ketiakku mengeluarkan bunyi menandakan bahwa suhu tubuhku telah diukur. Kutarik alat pengukur suhu itu dan melihat hasilnya. "Tiga puluh delapan koma dua, huh." Inilah alasan kenapa aku mengurung diri di kamar, yaitu karena sakit demam. Suhu kali ini lebih rendah daripada siang tadi yang bersuhu 39°C. Aku menghela napas panjang. Sepertinya hari ini aku harus berdiam di dalam indekos dulu. Jika aku memaksa keluar dengan keadaan seperti ini dan sakitku bertambah parah, itu hanya akan semakin merepotkanku saja. Aku memutuskan untuk keluar dari kamarku untuk menonton TV di ruang keluarga karena suntuk. Kuambil syal abu-abu gelap lalu melingkarkannya pada leherku dan seperti biasa, k
Tiga hari telah berlalu sejak kepergian Layla dan empat hari sebelum festival berburu dimulai. Hari ini, aku datang ke gimnasium untuk melatih kekuatanku karena sudah lama tidak bertarung. Gimnasium Boreus adalah sebuah fasilitas pelatihan fisik dan 'Arte' yang berada di pusat kota Boreus. Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke tempat ini dengan menaiki taksi. Biaya untuk masuk ke dalam juga tak kalah mahal. Bangunan yang sangat besar ini dibagi menjadi dua bagian, satu dikhususkan untuk aktivitas fisik sedangkan yang satunya lagi khusus untuk pelatihan 'Arte.' Aku berada di dalam gedung khusus pelatihan 'Arte'. Ruangan di dalamnya sangatlah luas. Seluruh bangunan ini dilengkapi dengan sihir pelindung agar gedung ini tidak runtuh akibat penggunaan 'Arte' dan sihir di dalamnya. Katanya, lapisan sihir itu mampu menahan kekuatan dengan tingkat absolut 9, tingkatan tertinggi yang hanya dimiliki oleh dua orang di dunia saat ini, yaitu Kapten Giedrius dan
Lapisan sihir yang mengelilingi arena seluas 49 meter ini menghilang. Sorak-sorai dan tepukan tangan terdengar menghiasi latar belakang setelah pertarungan sengit antara aku dengan Dion usai. "Aku tidak menyangka ternyata kamu sekuat ini, padahal badanmu kecil seperti itu," puji orang yang berdiri di hadapanku sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Kusambut tangannya dan berjabat tangan dengannya. Dia mengguncangkan tanganku dengan kuat hingga rasanya tanganku bisa saja terlepas dari bahuku. Dion, pria yang pada awalnya menabrak pundakku, membentak-bentak aku, dan menantangku untuk sparring, kini sikapnya berubah total setelah dia mengakui kekalahannya. Awalnya dia sangat kasar, tetapi sekarang dia menjadi lebih bersahabat. "Hahaha. Lain kali jangan meremehkan orang lain dari penampilan luarnya," balasku dengan tawa penuh kemenangan. Dia melemparkan senyuman kesal kepadaku sebelum membalikkan badannya dan menuruni panggung. "Heh, kuhar
Hari perayaan festival berburu yang diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Juli telah tiba. Pada awalnya, kompetisi ini diadakan hanya untuk memburu monster yang berkeliaran di luar dinding kota, tetapi sekarang, tradisi itu diubah agar peserta yang tidak begitu kuat juga dapat ikut serta untuk berburu hewan. Lebih dari 4.000 orang berkumpul di luar dinding Kota Boreus. Puluhan tenda terpasang di dekat dinding dan juga ada ratusan meja dan kursi terpasang di sekitar tenda. Sekitar 2.500 orang yang mendaftar sebagai peserta kompetisi sedang bersiap-siap sebelum berburu. Ada juga yang berkumpul dengan keluarga atau sahabatnya untuk saling bertukar doa sebelum pergi memasuki hutan. Aku hanya berdiri sendirian karena tidak ada orang yang mendampingiku untuk datang ke tempat ini. Masih 15 menit sebelum perlombaan dimulai, sudah banyak orang yang tidak sabar untuk mulai berburu. "Hei, kamu yang sendirian di sana," panggil seseorang. Sepertinya orang yang dia
Selama mengejar naga putih raksasa itu, aku menanamkan bayanganku ke bayangan pohon yang kutemui di sepanjang jalan. Tujuan dari tindakanku itu adalah untuk menandai tempat itu agar aku dapat teleportasi ke sana jika ada kejadian darurat. Tidak hanya di hutan saja yang sudah kutandai, bayangan yang ada di bawah tenda tempat festival diadakan juga sudah kutandai. Jadi, aku dapat langsung kembali ke sana tanpa menempuh jalan yang jauh dengan berjalan kaki lagi. Semakin sedikit jumlah pohon-pohon yang terlihat di depanku. Sepertinya aku berjalan terlalu jauh sehingga mencapai sisi lain hutan yang kosong. Di depan sana, kurang lebih 1 kilometer jauhnya, kulihat kadal bersayap yang kukejar tadi sedang berbaring di padang salju yang datar dan kosong tanpa pepohonan di sekitarnya. Untunglah dia berhenti di sana, tidak sampai ke Gunung Nix. Jika dia berhenti di puncak gunung, aku tidak akan sempat untuk memburunya karena untuk mendaki ke puncak gunung itu mem
Sesaat sebelum naga putih raksasa itu menerkamku, aku membuat perisai berbentuk bola untuk melindungiku. Kurasakan guncangan yang hebat saat dia menelanku. "Kakh!!! Apa-apaan ini?!! Apa yang kamu lakukan, manusia?!" tanya mahluk raksasa ini dengan panik. Dia tidak menyangka aku akan menggunakan perisai bola tepat sebelum dia menelanku. Karena perisai ini berwarna hitam pekat, aku jadi tidak dapat melihat apa yang ada di luar ataupun dimana posisiku sekarang. Perkiraanku, sepertinya saat ini aku masih berada di dalam kerongkongannya. "Baiklah, ayo kita coba rencana ini." Strategiku adalah menyerang monster ini dari dalam karena tubuh bagian luarnya itu sangat keras sehingga aku membutuhkan banyak energi untuk melukainya. Kukendalikan 'Arte' kegelapanku untuk memunculkan jarum-jarum dari permukaan luar perisai ini. Mendadak guncangan yang lebih besar terasa lagi. Sepertinya mahluk berukuran raksasa yang menelanku berusaha untuk memuntahkan perisai bola
Area terbuka yang luas ini dipenuhi oleh orang-orang yang berdesak-desakan. Mereka berebutan ingin berdiri di baris terdepan dekat panggung dimana pemenang dari kontes berburu ini akan diumumkan. Aku hanya menunggu dengan santai di baris paling belakang beserta dengan beberapa orang lainnya yang tidak begitu peduli akan berdiri dimana. 'Rupanya masih ada orang normal sepertiku di sini.' Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihat kehebohan di depan. 'Untuk apa berdesak-desakan hanya supaya bisa berada di baris paling depan? Padahal dari belakang pun suara dari pembawa acara masih terdengar jelas berkat sihir pengeras suaranya.' Tiba-tiba para manusia yang berdiri di depan bersorak-sorak dengan nyaring. Mataku menangkap sesosok pria yang mengenakan jas dan mantel bulu putih menaiki panggung. Aku tidak tahu siapa dia, tetapi kalau orang-orang menjadi bersemangat setelah dia naik, berarti pria itu adalah Walikota Boreus yang akan membawakan penutupan acara