Tiga hari telah berlalu sejak kepergian Layla dan empat hari sebelum festival berburu dimulai. Hari ini, aku datang ke gimnasium untuk melatih kekuatanku karena sudah lama tidak bertarung.
Gimnasium Boreus adalah sebuah fasilitas pelatihan fisik dan 'Arte' yang berada di pusat kota Boreus. Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke tempat ini dengan menaiki taksi. Biaya untuk masuk ke dalam juga tak kalah mahal.
Bangunan yang sangat besar ini dibagi menjadi dua bagian, satu dikhususkan untuk aktivitas fisik sedangkan yang satunya lagi khusus untuk pelatihan 'Arte.'
Aku berada di dalam gedung khusus pelatihan 'Arte'. Ruangan di dalamnya sangatlah luas. Seluruh bangunan ini dilengkapi dengan sihir pelindung agar gedung ini tidak runtuh akibat penggunaan 'Arte' dan sihir di dalamnya.
Katanya, lapisan sihir itu mampu menahan kekuatan dengan tingkat absolut 9, tingkatan tertinggi yang hanya dimiliki oleh dua orang di dunia saat ini, yaitu Kapten Giedrius dan
Lapisan sihir yang mengelilingi arena seluas 49 meter ini menghilang. Sorak-sorai dan tepukan tangan terdengar menghiasi latar belakang setelah pertarungan sengit antara aku dengan Dion usai. "Aku tidak menyangka ternyata kamu sekuat ini, padahal badanmu kecil seperti itu," puji orang yang berdiri di hadapanku sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Kusambut tangannya dan berjabat tangan dengannya. Dia mengguncangkan tanganku dengan kuat hingga rasanya tanganku bisa saja terlepas dari bahuku. Dion, pria yang pada awalnya menabrak pundakku, membentak-bentak aku, dan menantangku untuk sparring, kini sikapnya berubah total setelah dia mengakui kekalahannya. Awalnya dia sangat kasar, tetapi sekarang dia menjadi lebih bersahabat. "Hahaha. Lain kali jangan meremehkan orang lain dari penampilan luarnya," balasku dengan tawa penuh kemenangan. Dia melemparkan senyuman kesal kepadaku sebelum membalikkan badannya dan menuruni panggung. "Heh, kuhar
Hari perayaan festival berburu yang diadakan setiap tahun pada tanggal 17 Juli telah tiba. Pada awalnya, kompetisi ini diadakan hanya untuk memburu monster yang berkeliaran di luar dinding kota, tetapi sekarang, tradisi itu diubah agar peserta yang tidak begitu kuat juga dapat ikut serta untuk berburu hewan. Lebih dari 4.000 orang berkumpul di luar dinding Kota Boreus. Puluhan tenda terpasang di dekat dinding dan juga ada ratusan meja dan kursi terpasang di sekitar tenda. Sekitar 2.500 orang yang mendaftar sebagai peserta kompetisi sedang bersiap-siap sebelum berburu. Ada juga yang berkumpul dengan keluarga atau sahabatnya untuk saling bertukar doa sebelum pergi memasuki hutan. Aku hanya berdiri sendirian karena tidak ada orang yang mendampingiku untuk datang ke tempat ini. Masih 15 menit sebelum perlombaan dimulai, sudah banyak orang yang tidak sabar untuk mulai berburu. "Hei, kamu yang sendirian di sana," panggil seseorang. Sepertinya orang yang dia
Selama mengejar naga putih raksasa itu, aku menanamkan bayanganku ke bayangan pohon yang kutemui di sepanjang jalan. Tujuan dari tindakanku itu adalah untuk menandai tempat itu agar aku dapat teleportasi ke sana jika ada kejadian darurat. Tidak hanya di hutan saja yang sudah kutandai, bayangan yang ada di bawah tenda tempat festival diadakan juga sudah kutandai. Jadi, aku dapat langsung kembali ke sana tanpa menempuh jalan yang jauh dengan berjalan kaki lagi. Semakin sedikit jumlah pohon-pohon yang terlihat di depanku. Sepertinya aku berjalan terlalu jauh sehingga mencapai sisi lain hutan yang kosong. Di depan sana, kurang lebih 1 kilometer jauhnya, kulihat kadal bersayap yang kukejar tadi sedang berbaring di padang salju yang datar dan kosong tanpa pepohonan di sekitarnya. Untunglah dia berhenti di sana, tidak sampai ke Gunung Nix. Jika dia berhenti di puncak gunung, aku tidak akan sempat untuk memburunya karena untuk mendaki ke puncak gunung itu mem
Sesaat sebelum naga putih raksasa itu menerkamku, aku membuat perisai berbentuk bola untuk melindungiku. Kurasakan guncangan yang hebat saat dia menelanku. "Kakh!!! Apa-apaan ini?!! Apa yang kamu lakukan, manusia?!" tanya mahluk raksasa ini dengan panik. Dia tidak menyangka aku akan menggunakan perisai bola tepat sebelum dia menelanku. Karena perisai ini berwarna hitam pekat, aku jadi tidak dapat melihat apa yang ada di luar ataupun dimana posisiku sekarang. Perkiraanku, sepertinya saat ini aku masih berada di dalam kerongkongannya. "Baiklah, ayo kita coba rencana ini." Strategiku adalah menyerang monster ini dari dalam karena tubuh bagian luarnya itu sangat keras sehingga aku membutuhkan banyak energi untuk melukainya. Kukendalikan 'Arte' kegelapanku untuk memunculkan jarum-jarum dari permukaan luar perisai ini. Mendadak guncangan yang lebih besar terasa lagi. Sepertinya mahluk berukuran raksasa yang menelanku berusaha untuk memuntahkan perisai bola
Area terbuka yang luas ini dipenuhi oleh orang-orang yang berdesak-desakan. Mereka berebutan ingin berdiri di baris terdepan dekat panggung dimana pemenang dari kontes berburu ini akan diumumkan. Aku hanya menunggu dengan santai di baris paling belakang beserta dengan beberapa orang lainnya yang tidak begitu peduli akan berdiri dimana. 'Rupanya masih ada orang normal sepertiku di sini.' Aku menggeleng-gelengkan kepalaku melihat kehebohan di depan. 'Untuk apa berdesak-desakan hanya supaya bisa berada di baris paling depan? Padahal dari belakang pun suara dari pembawa acara masih terdengar jelas berkat sihir pengeras suaranya.' Tiba-tiba para manusia yang berdiri di depan bersorak-sorak dengan nyaring. Mataku menangkap sesosok pria yang mengenakan jas dan mantel bulu putih menaiki panggung. Aku tidak tahu siapa dia, tetapi kalau orang-orang menjadi bersemangat setelah dia naik, berarti pria itu adalah Walikota Boreus yang akan membawakan penutupan acara
Orang yang berdiri di belakangku mendorong bahuku untuk berjalan maju. 'Sial, apa dia mempunyai kekuatan untuk membatalkan 'Arte' orang lain? Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku sama sekali.' Aku pun melangkah maju dengan tangan orang itu yang masih menggenggam pundakku. 'Apa mungkin 'Arte'-nya hanya bisa memberi pengaruh lewat sentuhan? Kalau begitu aku akan mencoba lepas dari sentuhannya.' Kuputar tubuhku dan mengangkat tanganku untuk menyikutnya. Pria bermantel hitam tebal yang menahanku tadi langsung melepaskan cengkeraman tangannya dari bahuku dan menghindari serangan dadakan yang kulancarkan. 'Bagus! Dia melepaskan sentuhannya!' Kutarik salah satu tanganku ke belakang lalu melancarkan satu serangan lagi kepadanya, tetapi serangan itu hanyalah tinjuan biasa tanpa bayangan hitam yang mengikutinya. "Apa-apaan ini ...?" heranku setelah menyadari jika 'Arte'-ku masih tidak dapat digunakan. Kudengar suara tawa keluar dari mulut orang yang berdiri di
Sebuah mobil van hitam melaju di jalanan yang tidak dipadati oleh kendaraan lain, lebih tepatnya kosong melompong. Alat transportasi itu bergerak ke arah Ibu Kota. Sudah sekitar 4 jam aku berada di dalam mobil ini bersama dengan 2 orang lainnya yang duduk di jok depan. Kami sedang dalam perjalanan dari wilayah utara menuju ke wilayah tengah, pusat pemerintahan negara ini. Rasanya badanku pegal-pegal karena berjam-jam duduk diam di dalam kendaraan ini. Kedua tanganku terikat dengan borgol yang sudah diberi sihir pembatal 'Arte'. Padahal aku sudah bilang jika aku tidak akan macam-macam, tetapi mereka tidak mau mendengarkanku. Aku menghembuskan napas lelah sambil melihat ke luar jendela. Pemandangan di luar dipenuhi oleh warna hijau dedaunan dan rumput-rumput di permukaan tanah. Tidak ada sedikit pun salju putih yang biasa kulihat selama 2 minggu di perbatasan utara dan Kota Boreus. Beberapa bangunan mulai masuk ke dalam pandanganku. Tampaknya kami sudah
Ruangan berbentuk lingkaran dengan dinding dan lantai putih bersih. Perabotan yang ada di dalamnya bernuansa hitam dan abu-abu. Ini adalah kantor direktur situs Laboratorium Pengendalian Arte, dimana Prof. Hora bekerja. Aku duduk berhadapan dengan ketua Asosiasi Arte yang duduk di depanku. Dua cangkir berisi teh ada di atas meta di antara kami. Kepulan uap tampak jelas menandakan bahwa minuman itu masih panas. "Katakan apa yang ingin kamu tanyakan padaku," ujar pria berambut merah jambu itu sambil melipat tangannya di atas meja. Aku terdiam sejenak untuk menyusun daftar pertanyaan yang ingin kutanyakan dalam kepalaku. "Bagaimana Profesor bisa tahu kalau aku ... tidak, maksudku kami ada di Kota Boreus?" tanyaku melemparkan pertanyaan pertama kepadanya. Aku penasaran bagaimana dia dapat menemukan aku dan Layla, padahal kami sudah menyamar dan menggunakan identitas palsu. "Sebenarnya Giedrius yang duluan menemukan kalian, yaitu sejak kalian berada di Bor