Share

Chapter 32

Author: V I L
last update Last Updated: 2021-10-21 22:16:45

Sebuah mobil van hitam melaju di jalanan yang tidak dipadati oleh kendaraan lain, lebih tepatnya kosong melompong. Alat transportasi itu bergerak ke arah Ibu Kota.

Sudah sekitar 4 jam aku berada di dalam mobil ini bersama dengan 2 orang lainnya yang duduk di jok depan. Kami sedang dalam perjalanan dari wilayah utara menuju ke wilayah tengah, pusat pemerintahan negara ini.

Rasanya badanku pegal-pegal karena berjam-jam duduk diam di dalam kendaraan ini. Kedua tanganku terikat dengan borgol yang sudah diberi sihir pembatal 'Arte'. Padahal aku sudah bilang jika aku tidak akan macam-macam, tetapi mereka tidak mau mendengarkanku.

Aku menghembuskan napas lelah sambil melihat ke luar jendela. Pemandangan di luar dipenuhi oleh warna hijau dedaunan dan rumput-rumput di permukaan tanah. Tidak ada sedikit pun salju putih yang biasa kulihat selama 2 minggu di perbatasan utara dan Kota Boreus.

Beberapa bangunan mulai masuk ke dalam pandanganku. Tampaknya kami sudah

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Broken Vessel   Chapter 33

    Ruangan berbentuk lingkaran dengan dinding dan lantai putih bersih. Perabotan yang ada di dalamnya bernuansa hitam dan abu-abu. Ini adalah kantor direktur situs Laboratorium Pengendalian Arte, dimana Prof. Hora bekerja. Aku duduk berhadapan dengan ketua Asosiasi Arte yang duduk di depanku. Dua cangkir berisi teh ada di atas meta di antara kami. Kepulan uap tampak jelas menandakan bahwa minuman itu masih panas. "Katakan apa yang ingin kamu tanyakan padaku," ujar pria berambut merah jambu itu sambil melipat tangannya di atas meja. Aku terdiam sejenak untuk menyusun daftar pertanyaan yang ingin kutanyakan dalam kepalaku. "Bagaimana Profesor bisa tahu kalau aku ... tidak, maksudku kami ada di Kota Boreus?" tanyaku melemparkan pertanyaan pertama kepadanya. Aku penasaran bagaimana dia dapat menemukan aku dan Layla, padahal kami sudah menyamar dan menggunakan identitas palsu. "Sebenarnya Giedrius yang duluan menemukan kalian, yaitu sejak kalian berada di Bor

    Last Updated : 2021-10-22
  • Broken Vessel   Chapter 34

    Kembali ke tempat ini membuatku teringat akan masa kecilku dulu. Saat sidang yang diselenggarakan untuk mengadiliku berakhir dengan diriku yang dibela oleh Prof. Hora dan Kapten Giedrius sehingga aku tidak jadi dijatuhi hukuman mati. Tiga belas tahun yang lalu, aku dibawa oleh Prof. Hora untuk tinggal di Laboratorium Pengendalian Arte. Fasilitas ini berisikan 16 orang peneliti dan 3 orang pemilik 'Arte' berisiko tinggi sepertiku, ditambah aku menjadi 4 orang. Sesuai nama dari situs laboratorium tersebut, tempat itu adalah fasilitas untuk mengendalikan 'Arte' berisiko tinggi dengan tingkat absolut di atas 7. Di tempat inilah aku pertama kali bertemu dengan Layla. Dia sudah berada di fasilitas ini jauh lebih lama sebelum aku tiba. Bahkan dia tidak ingat kapan pastinya dia datang ke laboratorium ini. Aku berbaring di atas kasur yang tidak begitu empuk dan memandang langit-langit ruangan yang putih. Kamarku berada di blok 'anomali'. Dulu juga begitu, aku

    Last Updated : 2021-10-23
  • Broken Vessel   Chapter 35

    Satu minggu kemudian, hari yang telah kutunggu-tunggu akhirnya tiba, yaitu hari dimana Prof. Hora akan membawaku ke Istana Putih untuk bertemu dengan Layla. Saat ini, kami berada di luar gerbang untuk diverifikasi terlebih dahulu oleh penjaga gerbang. Tidak ada yang berubah dari tempat ini. Tembok beton bercat putih mengelilingi area ini dan sebuah gerbang bercat emas menghalangi jalan mobil kami. Dua orang berseragam biru navy menghampiri kendaraan yang kami tumpangi. Mereka meminta untuk menunjukkan tanda identitas orang yang menumpangi sedan hitam ini. Prof. Hora menurunkan kaca jendelanya dan menyodorkan kartu namanya. Penjaga gerbang menganggukan kepalanya lalu mendorong pintu emas itu hingga terbuka lebar. Kendaraan beroda empat ini pun melanjutkan perjalanannya dan memasuki taman yang sangat luas dan mewah ini. Pohon-pohon yang daunnya dipotong membentuk segitiga tertata rapi di sisi kiri dan kanan jalanan. Tidak hanya itu, di t

    Last Updated : 2021-10-24
  • Broken Vessel   Chapter 36

    Aku duduk santai di bawah pohon yang rimbun, di perkarangan laboratorium. Aku memutuskan untuk keluar dari bangunan Laboratorium Pengendalian Arte karena menghabiskan waktu di dalam ruangan serba putih yang monoton itu membuatku jenuh. Perkarangan ini merupakan tempat yang bagus untuk beristirahat. Lahan terbuka yang ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hijau yang menyegarkan mata dan pikiran. Keseharianku hanya bengong saja karena tidak ada kerjaan yang dapat kulakukan di sini. Terkadang itu membuatku berpikir jika tinggal di Custodia akan lebih baik daripada tinggal di fasilitas penelitian ini. Tak terasa 1 bulan telah berlalu sejak terakhir kalinya aku menemui Layla di Istana Putih. Hubunganku dengannya semakin merenggang. Setiap kali aku datang ke sana, dia pasti tidak dapat kutemui karena berbagai macam alasan. Seperti sakit, banyak kerjaan, ada janji dengan orang penting, dan lain-lain. "Apa dia sengaja menghindariku?" heranku sambil menghembuskan nap

    Last Updated : 2021-10-25
  • Broken Vessel   Chapter 37

    Aku membaca hasil tes atribut 'Arte'-ku yang ditampilkan pada layar holografi itu. Tertulis data-data statistik kekuatanku pada teknologi itu. "Jenis 'Arte', kegelapan. Tingkat absolut 8, stabilitas 7, realisasi 8. "Sekarang stabilitas 'Arte'-ku naik 2 poin dan realisasi naik 1 poin dibanding 3 tahun lalu. Perkembangan yang bagus," tuturku lalu lanjut membaca statistik lainnya. "Rata-rata persentase daya hancur 48,4% dan daya hancur tertinggi 242%." 'Wah, rekor baru. Ini pertama kalinya aku bisa menghasilkan serangan sekuat itu. Kalau aku gunakan serangan ini saat dulu melawan naga putih purba itu, dia pasti akan sekarat dalam sekali serangan. Harusnya waktu itu aku langsung menggunakan serangan pemungkas ini agar pertarunganku dengan naga itu tidak akan memakan banyak waktu dan tenaga.' Layar itu memudar dan menghilang dari pandanganku. Orang-orang yang berdiri di balik jendela di atas mulai bubar dari tempatnya menontonku. 'Baguslah kalau mereka pergi, aku

    Last Updated : 2021-10-26
  • Broken Vessel   Chapter 38

    "Itu karena perjanjiannya dengan Tabella, yakni Layla harus menjadi dewan eksekutif yang akan berbagi tugas dengan Tabella," tutur Prof. Hora. 'Perjanjian dengan Nona Tabella, ya, tapi kenapa dia harus menjadi salah satu anggota Treis? Nona Tabella pasti punya niat terselubung untuk memaksa Layla berada di pihaknya.' "Lalu apa yang akan dia dapatkan dengan bergabung dengan kalian?" tanyaku yang sudah lebih tenang dari sebelumnya. Prof. Hora membalikkan badannya dan berjalan menuju mejanya. "Syarat yang diajukannya akan dikabulkan, yaitu agar kamu boleh hidup tanpa terikat oleh kontrak dengan Treis ... maksudku Quattor." Aku menundukkan kepalaku dan terdiam setelah mendengarkan jawabannya. 'Jadi, semua ini dilakukannya demiku?' Kukepalkan tanganku yang berada di samping badanku. 'Padahal kamu tidak perlu sampai melakukannya sejauh ini, Layla.' Tiba-tiba aku menyadari sesuatu yang ganjil dari jawaban Prof. Hora barusan. Kuangkat kepalaku dan men

    Last Updated : 2021-10-27
  • Broken Vessel   Chapter 39

    Keesokan harinya, aku datang ke Istana Putih untuk menemui Layla. Aku telah membulatkan tekadku untuk tidak akan pergi sebelum dia menjawab pertanyaanku. Aku duduk di tangga teras bangunan yang sangat besar ini. Sudah hampir 1 jam aku duduk diam di sini sambil melihat taman di depanku. Aku menghembuskan napas panjang karena bosan dan juga kesal. "Mau sampai kapan dia akan terus menghindariku begini?" Taman istana yang indah dan megah tampak membosankan bagiku setelah terlalu sering melihatnya, terlebih lagi karena aku telah menatapnya selama 1 jam penuh tanpa mengalihkan pandanganku ke tempat lain. "Kuharap dia mau berbicara denganku sebelum malam tiba. Aku tidak mau menghabiskan malamku dengan duduk seperti gelandangan di tempat ini," harapku lalu menghembuskan napas panjang lagi. Aku berdiri dari permukaan keramik putih yang kududuki lalu melakukan gerakan peregangan yang diikuti oleh bunyi punggungku yang bergemeretak. Rasanya lega sekali m

    Last Updated : 2021-10-28
  • Broken Vessel   Chapter 40

    Aku mengungkapkan perasaan yang telah kupendam selama bertahun-tahun kepadanya, yakni bahwa aku mencintainya. Kuselipkan telapak tangan kiriku pada bagian belakang kepalanya. Aku mencondongkan mukaku ke mukanya dan mencium bibirnya yang lembut. Gerakan lidahku perlahan-lahan memasuki mulutnya kemudian menggerakan lidahku secara memutar di dalam mulutnya. Aku menatap manik biru pucatnya yang menatap balik mataku dengan tatapan kosong. Dia tidak bereaksi terhadap permainan lidahku. Pikirannya kosong setelah mendengarkan ungkapan cintaku. Tiba-tiba cahaya kembali tampak pada manik-manik biru pucatnya saat dia tersadar. Matanya melebar menyadari apa yang kulakukan padanya saat ini. Tangannya mendorong dadaku untuk menjauh darinya. Kulepaskan bibir kami yang saling bertaut dan menjauhkan mukaku darinya. Suara napas kami yang tersengal-sengal mengisi latar belakang yang sunyi ini. Mataku terkunci pada bibir merahnya yang menggoda. Aku ingin

    Last Updated : 2021-10-29

Latest chapter

  • Broken Vessel   Chapter 151 (End)

    Ekspresi mukanya yang menahan kesakitan perlahan berubah menjadi lega karena akan segera terbebas dari siksaan api itu. "Terima kasih, Trystan ...," ucapnya berterima kasih kepadaku.Setetes air mata keluar dari mata kanannya lalu jatuh ke kobaran api di bawah dan lenyap tak bersisa. "Semoga di kehidupan selanjutnya ... kita tidak akan bermusuhan lagi." Layla mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum aku mengakhiri hidupnya di tempat dan saat ini juga.Kejadian itu terputar-putar di kepalaku puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali terulang di dalam kepalaku. Ingatan itu masih menghantui pikiranku hingga hanya ingatan itu saja yang menjadi satu-satunya hal yang memenuhi pikiranku.Satu bulan telah berlalu sejak saat itu, aku dapat keluar dari alam bawah sadar Layla dan kembali ke dunia nyata dengan selamat, tanpa luka sedikit pun. Bagiku waktu 1 bulan itu terasa begitu lama seolah-olah terhenti.Aku berdiri di depan makam yang sederhana. Aku berjongkok di dep

  • Broken Vessel   Chapter 150

    "Kamu tidak percaya padaku? Aku janji aku benar-benar akan mengeluarkanmu dari sini kalau waktunya tiba," tanya Layla yang diikuti dengan mengucapkan janji yang tidak kuketahui apakah dia dapat memegang janjinya atau malah mengingkarinya.Saat aku hendak membalas perkataannya, tiba-tiba langit biru berawan yang ada di sekeliling kami berubah menjadi jingga. Langit itu berwarna jingga bukan karena senja telah tiba, melainkan karena kobaran api yang muncul di mana-mana.Tidak hanya langit di sekeliling kami saja yang dilahap oleh api, Layla yang berdiri di hadapanku ikut terbakar. "Kyaaa! Panas!!" Dia langsung menjerit kesakitan ketika kobaran api itu melahap dirinya. Kulihat kulit sekujur tubuhnya mengalami luka bakar yang parah."Sebenarnya apa yang terjadi?" gumamku yang keheranan. Aku tidak tahu kenapa situasi di alam bawah sadarnya mendadak berubah menjadi seperti neraka. 'Apa ini hukuman dari Dewa atas perbuatan-perbuatan Layla yang tidak manusiawi itu?'

  • Broken Vessel   Chapter 149

    "Sepertinya aku bisa menebak kenapa dulu kamu bilang begitu," ujarku sambil melepaskan pegangan tanganku dari pergelangan tangan Layla.Layla menarik tangan kanannya dan memegangi pergelangan tangannya yang memerah, padahal aku tidak sekuat itu memegang pergelangan tangannya hingga dapat semerah itu.Layla mengangkat kedua alisnya dan menantangku. "Kalau begitu, coba tebak kenapa dulu aku bilang begitu."Bibirku melengkung ke atas mendengar Layla menantangku seperti itu. Aku pun menimpali perkataannya dengan tebakanku yang kuyakin 100% benar."Dulu aku mencintaimu karena kamu mengendalikanku untuk jadi begitu, kan? Makanya semenjak aku sudah berhenti mempercayaimu, aku tidak lagi mempunyai perasaan suka padamu karena aku sudah terlepas dari kendalimu."Layla terdiam mendengar jawabanku. Dia tidak membantah tebakanku. Tampaknya apa yang kutebak itu tepat sasaran, makanya dia tidak dapat menyanggah perkataanku.Aku tersenyum sinis kepada Layla

  • Broken Vessel   Chapter 148

    Layla tersenyum mendengar pertanyaanku. Dia pun menjawab rasa heran dan penasaranku. "Sepertinya kamu lupa kalau kita bisa menggunakan kekuatan kita melewati batas yang seharusnya. Yah, yang pasti bakal ada efek sampingnya." Hampir saja aku lupa dengan hal itu, 'melewati batas', yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan 'Arte'-nya melewati batas tingkat absolutnya. Tentunya akan ada efek samping yang mengikuti setelah digunakannya kemampuan untuk melewati batas itu. Seperti saat aku menggunakan 'Arte'-ku untuk melenyapkan Kapten Giedrius yang tingkat absolutnya berada di atasku, energiku langsung terkuras banyak hingga hampir tidak bersisa. Menggunakan 'Arte' sampai melewati batas dengan berlebihan dapat memberikan efek samping yang fatal, bahkan dapat membuat penggunanya mati. Contohnya, Alcyone, anak perempuannya kakek Fero dan nenek Nevada. "Kenapa kamu sampai melewati batas kekuatanmu? Kamu tahu 'kan risikonya sebesar apa kalau kamu menggunakann

  • Broken Vessel   Chapter 147

    "Sekarang semua orang yang kamu kendalikan sudah mati, kali ini apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku kepada Layla.Layla menyeringai mendengar pertanyaanku. "Semua orang katamu? Kamu salah, Trystan. Mereka bahkan belum mencapai seperempat dari total orang yang sudah kukendalikan," balasnya.Aku terdiam mendengar jika ratusan orang itu tidak sampai seperempat dari keseluruhan orang yang dikendalikannya. Itu berarti, ada ribuan orang yang telah dikendalikan olehnya.'Benar juga, penduduk kota Boreus saja jumlahnya lebih dari 5.000 orang. Jumlah orang yang sudah dikendalikannya lebih banyak dari yang kukira.'Layla beranjak dari tempatnya berdiri. Dia melangkahi tubuh-tubuh tak bernyawa yang berserakan di atas lantai.Entah apa tujuannya berjalan menghampiriku. Aku menciptakan sepasang pedang yang melayang di sisi kiri dan kananku, bersiaga jika dia akan melakukan sesuatu terhadapku.'Dia tidak akan bisa mengendalikan pikiranku lagi karen

  • Broken Vessel   Chapter 146

    Aku menaikkan salah satu alisku karena heran melihat Layla tiba-tiba tertawa seperti itu. "Apa yang lucu sampai membuatmu tertawa begitu?" tanyaku dengan nada serius.Setelah tertawa dengan nyaring selama beberapa detik, akhirnya tawanya itu reda juga. Dia menyeka air mata yang menggenang pada sudut matanya lalu menjawab pertanyaanku. "Haha, ... itu karena kamu terlalu bodoh sampai-sampai bisa membuatku tertawa begini."Layla mengembalikan ketenangannya dan berhenti tertawa. Dia menatapku dengan instens dan tersenyum menyeringai. "Kamu pikir hanya karena aku bersedia untuk mati di tanganmu berarti aku juga bersedia untuk menyerah dan berhenti mengendalikan mereka?"Bodoh, kamu terlalu naif sampai-sampai kelihatan seperti orang tolol," hina Layla sambil memandang rendah aku.Kepalan tanganku semakin kuat hingga kuku jariku menggali ke dalam kulit telapak tanganku. Tak kurasakan lagi rasa sakit yang menusuk telapak tanganku dan lengan kananku yang terluka.

  • Broken Vessel   Chapter 145

    Rasa sakit pada lengan kananku semakin menusuk-nusuk. Aku mengkesampingkan rasa sakit itu dan memfokuskan perhatianku sepenuhnya pada Aquilo yang berdiri tak jauh di depanku. Dia telah bersiap untuk menyerangku lagi.'Sebisa mungkin aku harus menahan kekuatanku supaya dia tidak sampai terluka parah atau bahkan mati. Membuatnya pingsan sudah cukup.' Aku berpikir keras memikirkan bagaimana aku akan menghentikan dia dengan luka seminim mungkin.Kulihat Aquilo melemparkan serangan jarak jauh ke arahku lagi dan langsung beranjak dari tempatnya dan menerjang ke arahku. Aku melompat mundur untuk menjaga jarakku darinya.Kuciptakan 4 buah anak panah yang terbuat dari kegelapan yang dipadatkan. Salah satu dari keempat anak panah itu terbang ke arah misil 'Arte' yang dilemparkan oleh Aquilo. Kedua serangan jarak jauh itu saling bertubrukan dan menimbulkan ledakan kecil.Satu anak panah lainnya melesat ke arah Aquilo, tetapi dia dapat menghindarinya dengan mudahnya.

  • Broken Vessel   Chapter 144

    Kuhindari serangannya dengan melompat mundur untuk berjaga jarak darinya, mengantisipasi ledakan yang ditimbulkannya. Muncul ledakan yang tidak begitu besar dari tinjuannya yang mengenai udara kosong itu.Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini. 'Padahal dia tinggal di Kota Boreus, bagaimana bisa dia ada di Ibu Kota saat ini?'Aquilo kembali menerjang ke arahku dan melayangkan tinjuan lainnya. Aku mengepalkan tangan kiriku dan membalas tinjuannya dengan tinjuku. Kekuatan kami saling beradu dan menimbulkan ledakan yang cukup besar.Sebuah luka goresan muncul pada pipi kanan Aquilo. Efek dari ledakan itu menyebabkan luka kecil pada wajahnya. Cairan merah keluar dari luka itu dan mengalir menuruni lekukan mukanya.Di sisi lain, tidak ada luka baru yang timbul pada diriku karena sedetik sebelum ledakan itu terjadi, aku menciptakan perisai kegelapan untuk melindungi diriku.Kulihat Aquilo hendak menyerangku sekali lagi tanpa memberikan aku wa

  • Broken Vessel   Chapter 143

    "Apa nanti kamu tidak akan menyesal karena sudah membunuhku?" tanya Layla yang kini membuka kedua matanya untuk melihatku.Aku terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan itu. Sebuah senyuman kecil terbentuk pada bibirku."Mungkin iya, mungkin tidak," jawabku dengan tidak pasti. Aku ingin menjawab jika aku tidak akan menyesalinya, tetapi di lubuk hatiku yang terdalam, sepertinya aku akan menyesal.Aku membuka mulutku lagi dan berkata, "Tidak peduli apa aku akan menyesal atau tidak, aku akan tetap membunuhmu untuk mengakhiri perang ini."Mendengar perkataanku, Layla kembali memejamkan kedua matanya dan tersenyum tipis. "Begitu, ya ... oke, kamu bisa membunuhku sekarang," ujarnya yang sudah siap untuk menyerahkan hidupnya padaku.Aku menggenggam erat gagang pedang hitam di tanganku. "Pada akhirnya kisah kita berakhir seperti ini, Layla," gumamku dengan suara kecil. Kuayunkan pedang ini ke kanan untuk memotong lehernya Layla.Sekali lagi sebuah s

DMCA.com Protection Status