Tok! Tok! Tok!
Tidak ada sahutan dari kamar kosan kecil itu. Lima pria berbadan besar tersebut saling memandang.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan berubah menjadi gedoran yang nyaring. Berhasil membuat Zia mencebikkan bibir nya kesal.
“Siapa, sih? Perasaan diriku tidak memiliki hutang ke rentenir. Aku sudah membayar kosan selama setahun dan aku tidak memiliki satupun teman di daerah ini.”
Dengan wajah kusut khas bangun tidur. Ziva bangkit dari tidurnya dan berjalan dengan linglung mengecek jendela kosan kecil itu. Matanya melotot sempurna ketika melihat lima anak buah papanya, telah berada di depan pintu kosan.
“Kenapa mereka telah berada di sini?” gumam Ziva mulai tidak nyaman dan menutup gorden jendela.
“Nyonya Ziva, mohon kerjasamanya. Tuan besar telah menunggu Anda dimension.”
Salah satu dari mereka menyahut dari luar. Ziva masih enggan untuk keluar dan segera menyambar kacamata bulatnya dan menguncir rambutnya. Seperti penampilannya pergi kerja sebagai cleaning service, agar mereka tidak mengenalnya dan segera berpindah kosan.
Ceklek!
Pintu terbuka, menampilkan lima anak buah papanya menunggunya di luar. Ziva menghela nafas pelan dan berdehem.
“Anda semuanya mencari siapa?” tanya Ziva basa-basi dan mengatur irama suaranya agar tidak dikenali.
“Nyonya Ziva, Anda jangan mencoba menipu kami semuanya. Silahkan berkemas dan mengganti penampilan, Anda. Tuan besar akan marah, apabila putri semata wayangnya berpenampilan seperti gembel.”
Gembel? Dirinya dikatain gembel. Awas kalian semuanya. Akan Ziva adukan ke papanya yang menyeramkan itu.
Jadi ... penyamarannya gagal total? Ah! Ziva akan pulang sekarang juga berarti.
“Silahkan, Nyonya. Terhitung sisa waktu anda 15 menit dari sekarang.”
“Apaan ini? Saya Nyonya kalian. Jangan mengatur saya!” tegas Ziva tidak menyukainya.
“Nyonya telah membongkarnya sendiri. Silahkan segera bersiap-siap!”
Ziva janji setelah ini akan menghukum Toni, pemimpin dari mereka berempat yang sangat cerewet yang sekarang mengaturnya seenak jidatnya. Berlagak seperti tuan besar.
“Sabar! 10 menit.” Mereka mengangguk. Ziva mundur perlahan dan segera masuk dan mengunci pintu kosannya.
Di dalam kosannya, Ziva menghela nafas kasar dan mengemasi semua pakaiannya ke dalam koper. Setelah semuanya selesai, Ziva menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.
“Kalian semuanya siapa? Mengapa berdiri di depan kosan Ziva, gadis miskin dan cupu itu?” tanya pemilik kosan berumur lima puluh tahun itu.
“Jaga mulut Anda, Nyonya keriput. Tuan besar akan marah mendengarnya.”
“Jaga bicara Anda! Kenapa Anda mengatakan saya keriput? Siapa tuan besar? Apakah sugar daddynya Ziva?"
Wanita pemilik kosan itu tidak habis pikir dengan mereka semua. Apalagi dengan tuan besar yang mereka maksud. Ternyata Ziva laku juga menjadi baby sugar, padahal penampilannya sangat norak.
“Silahkan pergi dari hadapan kami!” tegas Toni.
Wanita itu berkacak pinggang dan menunjuk dengan jari telunjuknya, tidak terima. “ Ini kosan saya. Anda semuanya yang pergi. Sangat merusak pemandangan.”
“Bos, bagaimana kalau kita melaporkannya ke tuan besar, agar kosan kumuh ini rata dengan tanah,” sambung anak buah Toni.
Wanita itu melototkan matanya, mendengar hal itu.
“Kalian jangan macam-macam. Saya akan melapor ke pihak yang ....”
Ceklek!
Suara pintu terbuka. Fokus mereka teralihkan, seorang wanita dengan penampilan menawan mengenakan dress hitam dan wajah yang sangat cantik keluar menyeret koper dari dalam kosan kecil itu.
“Kam—kamu Ziva? Ziva dekil dan cupu itu?” wanita pemilik kosan itu terperangah dan hampir tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Dia sangat cantik, bahkan seperti supermodel terkenal.
Ziva menghela nafas dan mengangguk, membuat tubuh wanita itu linglung dan berakhir pingsan. Eh! Ziva refleks memekik. Lima anak buah papanya membawa tubuh pemilik kosan itu ke sofa yang berada di seberang kosan Ziva.
“Silahkan, Nyonya!”
Koper telah diambil alih dari tangannya. Ziva berjalan di depan mereka. Sepertinya mobil mewah tersebut berada di luar gang karena tidak bisa masuk hingga ke depan kosan.
“Saya pamit ibu Ani. Semoga secepatnya sadar.” Ziva menutup gerbang kosan dan sekilas menatap bangunan tersebut.
Sebenarnya disini dirinya rugi empat juta karena baru menempati kosan tersebut terhitung 11 hari. Sedangkan dirinya menyewa 1 tahun. Murah? Memang sangat murah karena kualitasnya sangat istimewa.
Ziva pokoknya nanti akan menagihnya. Katakan dirinya pelit, tapi ya sudahlah.
“Apa yang tengah Anda pikirkan, Nyonya Ziva?” tanya Toni.
“Jangan mengurusi hidupku, Toni. Jangan ikut campur! Kau mengerti? Kepo banget jadi anak buah.”
Toni mengangguk dan membuka pintu mobil mewah itu. Ziva segera masuk ke dalamnya.
Selamat datang hidup yang penuh kekangan dan juga hidup mewah banyak harta.
***
“Nyonya Aura, pihak agensi ingin menemui, Anda. Nyonya Ara menunggu di luar dan memaksa menerobos masuk.” Asistennya melapor.
Aura menghela nafas dan berhenti memoles wajahnya di depan cermin. Pemotretan terakhir, setelahnya ia akan memutuskan semua kontrak agensi model.
“Izinkan beliau masuk!” perintah Aura beranjak dari kursi rias dan duduk di salah satu single sofa.
Asistennya mengangguk dan segera keluar.
“Kita perlu bicara empat mata, Nyonya Aura.” Wanita dengan penampilan elegan dan menawan itu berjalan ke arahnya dan duduk di samping Aura.
“Membicarakan perihal apa lagi, Nyonya Ara? Saya sudah membatalkan kontrak tersebut dan akan membayar semua kerugian agensi, Anda.”
Ara terlihat menghela nafas. Wanita berusia tiga puluh tahun dan menjabat menjadi direktur di agensi besar itu memandangnya dengan lekat. Aura tidak menatap ke arahnya.
“Saya tahu, kamu melakukan semua ini karena tuan Rajendra.”
Aura tidak membalas perkataannya. Pikirannya sekarang tengah kacau, begitupun dengan hatinya yang masih bimbang.
“Manajer mu, menelpon semalam dan membatalkan sepihak. Kenapa Anda tidak ingin bertemu langsung dengan saya?”
Aura menoleh ke arahnya, “Saya akan segera menikah dan memiliki suami. Jadi, saya tidak akan mencampakkan rumah tangga saya menjadi seorang model.”
“Nyonya Aura, Anda sadar apa yang telah Anda katakan? Lihatlah! Dan pikiran secara baik-baik! Anda masih muda dan sangat berbakat. Dengan anda pergi ke Prancis, akan membuat Anda menjadi super model yang terkenal di seluruh dunia. Tidak hanya di Indonesia saja seperti sekarang ini.”
“Jangan mencoba mempengaruhi saya, Nyonya Ara. Keputusan saya sudah bulat.”
“Nyonya Aura. Kalau memang Tuan Rajendra mencintai, Anda. Beliau akan mengikhlaskan Anda pergi mengejar impian Anda, walaupun hanya 1 tahun lamanya. Itu waktu yang sangat singkat. Sadarlah! Karir Anda tengah naik daun sekarang apalagi menjalin hubungan dengan tuan Rajendra.”
Pikiran Aura semakin kacau mendengarkannya. Ia kembali bimbang menentukan pilihannya.
“Tolong! jangan membatalkan kontrak agensi dan membuat kami kecewa. Anda kami besarkan dengan susah payah. Kami hanya ingin Anda menjadi super model yang terkenal dan itu akan menguntungkan kedua belah pihak.”
“Saya akan memikirkannya kembali. Beri saya waktu.”
Wanita bernama Kim Ara itu tersenyum hangat dan mengangguk. Bukan karena dirinya egois, namun Aura adalah model kesayangan agensi dan berpotensi semakin mengangkat derajat perusahaan.
“Saya permisi. Dan saya tunggu kabar baiknya, Nyonya Aura.”
Aura tidak membalasnya. Tatapannya kembali kosong dengan pikiran berkelana kemana-mana. Satu tahun adalah waktu yang singkat. Aura tidak ingin membuat mereka semua kecewa karena telah bersusah payah membesarkan namanya di dunia entertainment.
"Maafkan aku!" Aura menghela nafas dan sudah memutuskannya.
Dengan rahang kokoh dan tegas. Seorang pria berumur 40 tahun berbalik memandang Ziva yang kini menunduk dengan kedua tangan yang saling menggenggam karena takut akan kemarahan sang papa. Dewantara Natpraja menyorotkan tatapan mematikan kepada putrinya itu.“Sudah puas?” tanyanya mengeluarkan suara serak nan basah.“Lapor! kurang puas, Pa. Ziva ... belum selesai dan Papa sudah menjemput Ziva secepat itu.”“Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Ziva? Membuat keluarga Pramono kecewa padamu?”Ziva berdecak mendengar nama keluarga itu. Pria nafsuan yang ingin menikah dengannya berada di sana.“Ziva tidak ingin menikah denga
“Huek! Ada apa dengan diriku?” gumam Ziva memperhatikan dirinya di cermin. Wajahnya terlihat pucat dengan kepala yang sangat pusing dan terasa berdenyut nyeri.Tidak pernah Ziva merasakan sakit di tubuhnya seperti ini. Sungguh! Ini sangat menyakitkan. Ia menyeka keringat yang ada di keningnya.Ziva menghela nafas pelan. Oke! dirinya akan mencoba mengingat sesuatu penyebab dirinya seperti ini.Wanita itu keluar dari kamar mandi dan segera mengecek ponselnya. Ziva telat datang bulan. Ia mencoba mengambil nafas kembali. Tidak! Mungkinkah? Ziva segera menggelengkan kepalanya.“Aku harus ke kamar mama. Di sana pasti ada test pack.”Tanpa membuang waktu. Ziva mengendap-endap keluar dari kamarnya. Kedua
"Mama mau menanyakan sesuatu kepadamu, Ziva!"Suasana di meja makan tiba-tiba menegang.Dewa juga tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Raut wajah istrinya terlihat sangat serius.Ayla menaruh sesuatu di atas meja makan, membuat Ziva menautkan kedua alisnya bingung."Jelaskan ke kami … ini semua maksudnya apa?" tanya Ayla dengan raut wajah sangat kecewa.Sontak Ziva melebarkan matanya dengan jantung yang berdegup sangat kencang."Bibi yang memberikannya kepada Mama, tadi pagi. Dia menemukannya di kamar kamu."
"Gara-gara kamu, Mamamu mogok makan sampai saat ini," ujar papa nya menatap tajam Rajendra.Rita tidak bernafsu makan setelah kejadian kemarin. Ia masih memikirkan nasib wanita yang menjadi korban pemerkosaan putranya. Bagaimana nasib wanita itu? Apakah sekarang menjadi gelandang atau berniat bunuh diri."Ma! Rajen minta maaf." Pria itu menangkup kedua tangan mamanya. Rita enggan untuk menatapnya barang sedikitpun."Mama telah gagal mendidik kamu, Rajen. Mama gagal, hiks."Rajendra hendak memeluk mamanya, namun Rita langsung menyingkirkan tubuhnya, sehingga Rajendra tidak jadi melakukannya."Jangan menyentuh Mama, kalau kamu belum menemukan wanita itu
"Papa sudah mengerahkan semua anak buah Papa untuk mencari pelakunya. Jadi, kamu jangan terlalu memikirkannya."Dalam hati Ziva, semoga mereka tidak menemukannya sampai kapanpun."Sekarang, susunya di minum, Sayang." Ayla menyodorkan segelas susu hamil buatannya kepada Ziva."Makasih, Ma." Ziva tersenyum dan meneguknya hingga kandas."Cucu Oma harus sehat di dalam sana. Ngak boleh sakit," ujarnya memberikan peringatan."Iya, Oma cantik," cicit Ziva berlagak seperti anak kecil.Ayla terkekeh dan tersenyum. "Besok kalau cowok, bagaimana kalau Oma kasih nama Galaksi."
Tidak membutuhkan waktu lama untuk seorang Zivanna Natpraja untuk terkenal di kalangan para model. Bahkan agensi model lainnya, merasa tercengang karena keluarga tersebut memiliki bidadari secantik wanita itu. "Wah, kamu langsung terkenal, Sayang," ujar Ayla duduk di dekat Ziva ketika wanita itu menonton televisi. Banyak berita yang meliputnya tanpa henti. "Iya, Ma. Entah kenapa aku sangat bosan mendengarnya. Hingga lima chanel aku ganti. Tak ada satupun yang memuat kabar selain itu." "Kamu sangat hebat, Sayang. Mama sabar kagum denganmu." "Ah, biasa saja. Banyak juga model yang lebih cantik dariku, Ma." Ayla menggelengkan kepalanya. Ziva sangat cantik, bahkan ketika hamil muda seperti sekarang ini. "Ya sudah, kalau kamu bosan di puji. Mama mau kamu minum susu dulu. Kasihan dedek bayinya ngak terurus sama kamu." "Iya, Ma. Aku jadi lupa dengan keberadaan putraku ini." Ayla mengernyitkan dahinya bingung. "Putr
Ziva memperhatikan arloji di tangannya. Pukul 19.30 Ziva mendesah karena malam ini giliran dirinya lembur bekerja bersama dengan dua cleaning service lainnya. Ziva mengambil lap dan juga kemoceng. Beranjak masuk ke dalam ruangan bosnya. Tidak ada pria itu di sana, membuatnya bernafas lega. Mungkin telah pulang lebih awal. Dengan cekatan, Ziva membereskan semua map yang sangat berantakan. "Mama apa kabar, ya?" gumamnya. Terhitung telat 10 hari ia kabur dari rumahnya, tanpa membawa apapun dari rumah itu. Berbekal uang 5 juta untuk menyewa kosan di dalam dompetnya. Bahkan ponselnya ia non aktifkan dan sekarang memakai ponsel yang sangat sederhana, keluaran dahulu kala bermerek Nokia. Sebenarnya ia merindu
Ziva memperbaiki kaca mata bulatnya. Ia menghela nafas pelan ketika melihat isi perjanjian dalam map tersebut. Pria tidak memiliki hati, brengsek, begitulah umpatan Ziva di dalam hatinya.Pria ini tidak akan bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu kepadanya dan tidak akan mengakui anak itu seumur hidupnya. Ziva mengepalkan tangannya.Dua pria tengah memperhatikannya dengan pandangan meremehkan. Siapa yang akan tertarik dengan wanita rendahan, cupu, dan juga miskin seperti Ziva.Tidur dengan wanita bernama Zivanna Natpraja, adalah kesialan seumur hidup bagi seorang Rajendra Anggara Wijayakusuma. Dan sialnya! dia menikmati malam panjang itu.“100 juta?” gumam Ziva, seakan mempertanyakan keben