Ziva memperhatikan arloji di tangannya. Pukul 19.30 Ziva mendesah karena malam ini giliran dirinya lembur bekerja bersama dengan dua cleaning service lainnya.
Ziva mengambil lap dan juga kemoceng. Beranjak masuk ke dalam ruangan bosnya. Tidak ada pria itu di sana, membuatnya bernafas lega. Mungkin telah pulang lebih awal.
Dengan cekatan, Ziva membereskan semua map yang sangat berantakan.
"Mama apa kabar, ya?" gumamnya. Terhitung telat 10 hari ia kabur dari rumahnya, tanpa membawa apapun dari rumah itu. Berbekal uang 5 juta untuk menyewa kosan di dalam dompetnya. Bahkan ponselnya ia non aktifkan dan sekarang memakai ponsel yang sangat sederhana, keluaran dahulu kala bermerek Nokia.
Sebenarnya ia merindukan kedua orang tuanya. Namun ambisinya jauh lebih tinggi dari segalanya. Katakan dirinya egois meninggalkan kedua orang tua nya, yang pasti sekarang tengah mengerahkan puluhan anak buah mencarinya.
Ziva anak tunggal dan pewaris semua harta keluarganya.
Ceklek!
Lamunan Ziva buyar seketika mendengar suara pintu ruangan terbuka. Menampilkan seorang pria dengan pakaian kusut dan juga langkah linglung berjalan ke arahnya. Sontak Ziva melototkan matanya.
"Aura sayang. Kau menungguku?" gumamnya, membuat Ziva mengernyitkan dahinya bingung. Sepertinya bosnya dalam keadaan mabuk berat, sehingga cleaning service ia kira kekasihnya yang supermodel itu.
Tiba-tiba pintu ruangan ia kunci, membuat Ziva panik luar biasa.
"Pak! Saya bukan nyonya Aura. Saya Ziva, Pak."
"Aku telah siap. Kita lakukan sekarang di sini!"
Rajendra memegang tangan nya, membuat Ziva memberontak dan mencoba melepaskan genggaman itu. Nihil! tenaga Ziva tidak sebanding dengannya.
Bruk!
Tubuh Ziva dihempaskan di sofa. Ziva ingin merontak dan mencoba menendang area itu, namun Rajendra terkekeh menyeramkan membuat bulu kuduknya meremang.
Ranjenda menahan kedua kakinya dan segera melancarkan aksinya.
Demi Tuhan! Ziva tidak ingin kehilangan perawannya. Ia memejamkan matanya kala merasakan sakit yang luar biasa di sana. Pria itu berhasil menerobos masuk membuat pertahanan Ziva runtuh.
Mahkotanya telah direnggut paksa oleh bosnya sendiri.
****
Rajendra memegang kepalanya yang terasa berdenyut sangat nyeri. Sial! Dirinya di jebak oleh teman-teman nya untuk menghabiskan malam di club dan meminum alkohol sialan itu.
Namun perlahan ia mengeluarkan smirknya karena berhasil menjadi yang pertama untuk Aura, calon istri nya.
Rajendra meraba sopa, ada bercak darah di sana. Sangat nikmat, sampai ia ingin melakukannya kembali di pagi hari. Namun kemana Aura?
Rajendra mengedarkan pandangannya ke segala sisi ruangan.
"Kamu!"
Seorang cleaning service keluar dari kamar mandi dengan langkah yang membuat darah Rajendra berdesir. Degupan jantungnya berdetak sangat cepat.
"Bapak telah merenggut kesucian saya. Sekarang … keluarkan saya dari ruangan ini!" bentaknya. Membuat rasa takut muncul di hati pria itu. Ia segera menggelengkan kepalanya, mengusir semua pikiran yang ada di benaknya.
"PEMBOHONG! DI MANA AURA? CALON ISTRI SAYA?!" suara Rajendra menggelegar. Ia tidak ingin ditipu oleh seorang cleaning service rendahan seperti Ziva.
"Aura? Anda memperkosa saya. Bukan Aura, calon istri, Bapak. Saya tidak mau tahu, Bapak harus tanggung jawab."
Enak saja dirinya diperlukan seperti ini. Menangis? Ziva tidak akan melakukan itu. Dia bukan gadis yang lemah dan juga tertindas.
Namun ia tidak memiliki daya upaya menghentikan pria brengsek ini melakukannya semalam. Dan dengan seenak jidat nya memfitnah Ziva membohongi nya.
"Saya akan membayar kamu."
Ziva terdiam sejenak. Ada rasa sesak di dadanya mendengar penuturan pria ini. Apa dirinya serendah itu?
"Saya sangat mencintai Aura. Jangan menjadi penghancur di hubungan kami."
Deg. Sengatan panas menjalar di jantungnya. Tenggorokannya terasa tercekat tidak mampu mengeluarkan umpatan untuk melawan pria brengsek ini.
Untuk pertama kalinya. Ziva merasakan sakit hati dan benar-benar tidak memiliki harga diri.
"Atau kamu sengaja menjebak saya? Tidur dengan wanita murahan dan rendahan seperti kamu."Zea tidak habis pikir dengan pemikiran pria ini. "Bapak jangan asal bicara! Perlu saya menunjukkan rekaman cctv agar Bapak percaya. Semalam, Bapak dalam keadaan mabuk."
Rajendra mengingatnya. Bahkan dia yang merasakan hal itu benar-benar terjadi. Tapi tidak dengan wanita ini. Rajendra merasakan panas di tubuhnya. Dia menatap tajam wanita yang sekarang berdiri di hadapannya.
"Sebutkan apa maumu?!"
"Pertanggung jawaban, Bapak. Apalagi?"
"Saya tidak mungkin menikah dengan kamu. Mengerti!"
"Terus nasib saya bagaimana?!" Zea tidak mau menjadi wanita yang merugi. Enak saja! Dia berkacak pinggang dan menunjuk wajah pria itu.
Rajendra menatap wanita itu tidak percaya ketika jari telunjuknya menunjuk wajah nya. "Kamu berani dengan saya?"
"Saya akan melaporkan semua ini ke keluarga, Bapak."
Sontak Rajendra mengepalkan tangannya.
"Jangan macam-macam! Saya akan mengabulkan keinginan kamu, selain tanggung jawab."
Zea menggelengkan kepalanya, membuat pria itu menatapnya sangat tajam. "Saya sudah tidak menginginkan nya lagi. Saya akan menyebarkan semuanya."
"Jangan melakukannya!"
Siapa juga yang ingin menikah dengan pria modelan seperti bos nya ini. Zea tahu, dia memang tampan dan juga cerdas, bonus nya sangat kaya raya. Namun dia hanya ingin memberikan pelajaran ke pria ini sebelum dia pergi.
"Pokoknya! Saya akan melaporkan Bapak ke keluarga Bapak. Kalau saya hamil, kita tes DNA. Saya tidak takut dengan Bapak. Walaupun Bapak kaya raya dan bos di sini."
Rajendra segera mengejar wanita itu. Semuanya tidak boleh terjadi, apalagi berita ini akan terdengar ke telinga tunangannya.
"Baiklah! Saya akan tanggung jawab!"
Ziva memperbaiki kaca mata bulatnya. Ia menghela nafas pelan ketika melihat isi perjanjian dalam map tersebut. Pria tidak memiliki hati, brengsek, begitulah umpatan Ziva di dalam hatinya.Pria ini tidak akan bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu kepadanya dan tidak akan mengakui anak itu seumur hidupnya. Ziva mengepalkan tangannya.Dua pria tengah memperhatikannya dengan pandangan meremehkan. Siapa yang akan tertarik dengan wanita rendahan, cupu, dan juga miskin seperti Ziva.Tidur dengan wanita bernama Zivanna Natpraja, adalah kesialan seumur hidup bagi seorang Rajendra Anggara Wijayakusuma. Dan sialnya! dia menikmati malam panjang itu.“100 juta?” gumam Ziva, seakan mempertanyakan keben
Dengan senyuman mengembang, seorang wanita berdiri di depan ruangan sang kekasih. Sekretaris sekaligus asisten Rajendra menyambutnya dengan begitu hormat.“Silahkan masuk, Nyonya. Tuan muda, telah menunggu Anda.”“Terima kasih sambutannya, sekertaris Han. Tuan mudamu, tidak dalam keadaan sibuk, kan?”“Tidak, Nyonya.”Aura Christina Jesika mengangguk dan melangkah masuk. Setelah Aura masuk, sekertaris Han menutup pintu ruangan dengan rapat dan berdiri di depannya.Sedangkan Aura melangkah ke arah Rajendra yang sekarang berdiri memperhatikan suasana kota di luar sana. Hingga tidak menyadari kehadirannya.
Tok! Tok! Tok!Tidak ada sahutan dari kamar kosan kecil itu. Lima pria berbadan besar tersebut saling memandang.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan berubah menjadi gedoran yang nyaring. Berhasil membuat Zia mencebikkan bibir nya kesal.“Siapa, sih? Perasaan diriku tidak memiliki hutang ke rentenir. Aku sudah membayar kosan selama setahun dan aku tidak memiliki satupun teman di daerah ini.”Dengan wajah kusut khas bangun tidur. Ziva bangkit dari tidurnya dan berjalan dengan linglung mengecek jendela kosan kecil itu. Matanya melotot sempurna ketika melihat lima anak buah papanya, telah berada di depan pintu kosan.“Kenapa mereka telah berada di sini?” gumam Ziva mulai tidak nyaman dan menutup gorden jen
Dengan rahang kokoh dan tegas. Seorang pria berumur 40 tahun berbalik memandang Ziva yang kini menunduk dengan kedua tangan yang saling menggenggam karena takut akan kemarahan sang papa. Dewantara Natpraja menyorotkan tatapan mematikan kepada putrinya itu.“Sudah puas?” tanyanya mengeluarkan suara serak nan basah.“Lapor! kurang puas, Pa. Ziva ... belum selesai dan Papa sudah menjemput Ziva secepat itu.”“Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Ziva? Membuat keluarga Pramono kecewa padamu?”Ziva berdecak mendengar nama keluarga itu. Pria nafsuan yang ingin menikah dengannya berada di sana.“Ziva tidak ingin menikah denga
“Huek! Ada apa dengan diriku?” gumam Ziva memperhatikan dirinya di cermin. Wajahnya terlihat pucat dengan kepala yang sangat pusing dan terasa berdenyut nyeri.Tidak pernah Ziva merasakan sakit di tubuhnya seperti ini. Sungguh! Ini sangat menyakitkan. Ia menyeka keringat yang ada di keningnya.Ziva menghela nafas pelan. Oke! dirinya akan mencoba mengingat sesuatu penyebab dirinya seperti ini.Wanita itu keluar dari kamar mandi dan segera mengecek ponselnya. Ziva telat datang bulan. Ia mencoba mengambil nafas kembali. Tidak! Mungkinkah? Ziva segera menggelengkan kepalanya.“Aku harus ke kamar mama. Di sana pasti ada test pack.”Tanpa membuang waktu. Ziva mengendap-endap keluar dari kamarnya. Kedua
"Mama mau menanyakan sesuatu kepadamu, Ziva!"Suasana di meja makan tiba-tiba menegang.Dewa juga tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Raut wajah istrinya terlihat sangat serius.Ayla menaruh sesuatu di atas meja makan, membuat Ziva menautkan kedua alisnya bingung."Jelaskan ke kami … ini semua maksudnya apa?" tanya Ayla dengan raut wajah sangat kecewa.Sontak Ziva melebarkan matanya dengan jantung yang berdegup sangat kencang."Bibi yang memberikannya kepada Mama, tadi pagi. Dia menemukannya di kamar kamu."
"Gara-gara kamu, Mamamu mogok makan sampai saat ini," ujar papa nya menatap tajam Rajendra.Rita tidak bernafsu makan setelah kejadian kemarin. Ia masih memikirkan nasib wanita yang menjadi korban pemerkosaan putranya. Bagaimana nasib wanita itu? Apakah sekarang menjadi gelandang atau berniat bunuh diri."Ma! Rajen minta maaf." Pria itu menangkup kedua tangan mamanya. Rita enggan untuk menatapnya barang sedikitpun."Mama telah gagal mendidik kamu, Rajen. Mama gagal, hiks."Rajendra hendak memeluk mamanya, namun Rita langsung menyingkirkan tubuhnya, sehingga Rajendra tidak jadi melakukannya."Jangan menyentuh Mama, kalau kamu belum menemukan wanita itu
"Papa sudah mengerahkan semua anak buah Papa untuk mencari pelakunya. Jadi, kamu jangan terlalu memikirkannya."Dalam hati Ziva, semoga mereka tidak menemukannya sampai kapanpun."Sekarang, susunya di minum, Sayang." Ayla menyodorkan segelas susu hamil buatannya kepada Ziva."Makasih, Ma." Ziva tersenyum dan meneguknya hingga kandas."Cucu Oma harus sehat di dalam sana. Ngak boleh sakit," ujarnya memberikan peringatan."Iya, Oma cantik," cicit Ziva berlagak seperti anak kecil.Ayla terkekeh dan tersenyum. "Besok kalau cowok, bagaimana kalau Oma kasih nama Galaksi."