Hal terburuk seperti ini sudah diprediksi Kevan sejak masih berada di kantor tadi. Bagaimana pun juga, posisi Kevan tidak menguntungkan. Maka, dia tidak membela dirinya lagi. Kevan membiarkan Bima memakinya. Tanpa Bima tahu, Kevan menahan diri untuk tidak berkata kasar padanya. Bima belum selesai berbicara panjang lebar. Kevan memutuskan untuk beranjak dari ranjang. Dia menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya kasar. Ya, Kevan gusar!Kevan duduk di bawah jendela. Lampu taman yang indah menerangi bagian samping rumah besar keluarga Hanindra. Kondisi tengah malam begitu sepi, hanya terlihat satu sampai dua penjaga bolak-balik memeriksa keamanan di setiap sudut mansion."Jadi, apalagi yang kamu sembunyiin dari kami, Van?"Bima berhenti nyerocos pada kalimat pertanyaan. Kevan termenung. "Nggak ada." Kevan terpaksa berbohong lagi. Karena dia berniat akan menemui Bima dan meminta bantuannya.Terdengar keraguan meliputi suara Kevan. Bima tidak bodoh. Dia mencecar Kevan. "Video yang v
Angga baru selesai bicara ketika handphone Kevan bergetar. Wajah ketiganya menegang. Ziyad dan Angga menatap Kevan."Bima." Kevan berujar. Tanpa menunggu lama, dia langsung menekan tombol telepon berwarna hijau.Angga dan Ziyad menjauh dari Kevan. Mereka memberikan ruang untuk Kevan berinteraksi dengan Bima."Ya, Bim?" Kevan menghela napas sesaat. Suasana hatinya sedikit membaik."Kamu udah liat semua yang aku kirim belum, Van?" Bima bertanya langsung ke inti pembicaraan. Suaranya tegas, tidak seperti biasanya."Ya. Aku tau, aku salah. Aku ngasih alasan pun, tetep aja posisiku salah. Akuー"Bima memotong kalimat Kevan. "Jawab pertanyaan aku! Kamu siapa, Kevan Hanindra?!"Kevan diam sebentar. Dia menatap Ziyad dan Angga. Kali ini, apa yang akan dia lakukan? Apakah Kevan akan jujur atau kembali' berbohong?"Ceritanya panjang, Bim. Tapi, singkatnya ... akuーKevan Hanindra, Cucu pertama keluarga Hanindra. Aku akan menjadi pewaris pertama perusahaan keluarga Hanindra di masa depan. Tapi, as
Suasana di ruang makan pagi ini mendadak mencekam. Christian dan istrinya tahu Kevan sedang dalam mood yang tidak baik. Maka mereka tidak menghentikan sikap Kevan. Mereka ingin tahu, apakah ada perkembangan tentang masalah keluarga Darwin atau tidak!Emosi tersembunyi ditunjukkan dengan tatapan mata Kevan yang dingin. Julian yang biasa bermulut manis terhadap Kevan mendadak berubah gugup. Sekujur tubuhnya gemetar.Livy mendekati suaminya. "Julian, tenanglah!" serunya dengan berbisik. "Kalo sikap kamu kayak gitu, kita berdua pasti ketauan sama Kevan. Aku nggak bisa ngebayangin reaksi Papa dan Mama kalo ulah kita sampai terbongkar.""Aku mau banget tenang kayak keinginan kamu, Livy," sahut Julian. "Tapi kamu ngerasa nggak, sih? Tatapan Kevan kayak mau bunuh kita."Livy menghela napas kasar. "Aku tau. Aku ngerasain juga, Julian. Makanya itu, aku nggak berani tatap muka dia."Kevan melihat Julian dan Livy sedang berdiskusiーentah apa! Dia menyunggingkan senyum miring."Apa Gisele udah bila
Semua tatapan mata mengarah kepada Gisele. Kevan melepaskan pelukannya. Kevan memegangi wajah Gisele dengan kedua tangan, lalu membawa wajah pucat itu menatap dirinya. "Udah, jangan nangis lagi! Adam itu cowok nggak gentle. Dia nggak pantes dapetin ketulusan hati kamu, Gisele."Bukan hanya Gisele yang menangis, tetapi juga Magenta. Kakak beradik itu berpelukan erat sambil menangis.Cinta mengambil alih situasi di saat semua orang masih terbengong-bengong."Kamu nggak bercanda kan, Van?" tanya Cinta keheranan. Mata cantiknya menatap Gisele. "Kamu tau, siapa Adam Hutomo?"Adam Hutomo berasal dari keluarga menengah ke bawah di kota Paloma. Ada 3 keluarga menengah ke bawah yaitu keluarga Vandela, keluarga Hutomo dan keluarga Santoso. Namun, hanya keluarga Hutomo yang berani bermain-main dengan keluarga Hanindra."Kurang ajar! Beraninya anak keluarga Hutomo mempermainkan keluarga Hanindra!"Suasana menjadi tegang kembali usai Christian marah-marah. Kevan terdiam. Sejujurnya, dia masih menc
Semua anggota keluarga Hanindra tahu dengan jelas. Siapapun diantara mereka yang mencoreng nama baik keluarga, dipastikan akan dicoret dari daftar kartu keluarga. Itu artinya, mereka akan dilengserkan dari jabatan di perusahaan dan tidak akan mendapatkan fasilitas, harta bergerak ataupun tidak bergerak, bahkan warisan sepeserpun. Terakhir, mereka akan ditendang ke luar dari rumah besar keluarga Hanindra.Kedua mata Magenta berkaca-kaca. Dia begitu antusias ingin menginjakkan kaki di Pink Beach Island yang menurut rumor merupakan pulau berkelas nan indah yang hanya bisa disewa oleh orang-orang berduit. Namun siapa sangka, pulau itu dibeli Kevan."Mau mau mau, Pa. Aku mau ikut Gisele ke Pink Beach Island." Magenta menjawab pertanyaan Julian dengan antusias tinggi. Namun, Christian mematahkan semangatnya dengan cepat."Jangan tanya saya, Julian!" seru Christian. Suara seraknya terdengar pilu. Karena sesungguhnya, Christian menahan penyakitnya yang tidak kunjung membaik. "Tapi, Paー"Ju
Kevan tidak akan melepaskan Julian dan istrinya dengan mudah. Bagaimana pun juga, Julian telah menabuh genderang perang dengannya.Semua orang menatap Julian yang berjalan ke luar dari ruang makan sambil menggendong Livy. Kevan memperhatikan Dabin berjalan menjauh dari Christian sambil memainkan handphone.Lima menit kemudian, Dabin kembali lagi. Dia menghampiri Kevan yang duduk di kursi Magenta."Tuan Muda, Dokter Iman Aidan lagi di jalan. Pak Rafiq akan jaga Nyonya Livy. Anda bisa tenang sekarang."Iman Aidan adalah dokter pribadi yang telah bekerja bertahun-tahun di keluarga Hanindra. Dia adalah dokter umum senior di rumah sakit Internasional Paloma. Pengalamannya di dunia kedokteran tidak perlu diragukan lagi."Tenang?! Nggak bisa!" Kevan melirik Christian dan Cinta. "Kakek dan Nenek harus bertindak tegas menghukum Paman Julian dan Istrinya. Maka dengan begitu, aku baru bisa sedikit tenang." Daniel yang duduk di dekat Kevan hanya bisa terdiam sambil menatap kagum ke arahnya. Dan
Hati Christian lega. Kata-kata Kevan berhasil menenangkannya. Dia tersenyum sedikit melupakan penyakitnya.'Aku harus cukup puas sama jawaban Kevan. Aku akan atur strategi lagi untuk masa depan HHC,' pikir Christian."Hari semakin siang, pergi sana ke kota Baubau! Cari Cia sampai ketemu! Telepon saya atau Nenekmu kalo butuh bantuan!"Kevan tidak menyangka Christian akan mendukungnya. Jika Christian sudah memberikan dukungan, siapa yang bisa melawannya? Setelah mendapatkan lampu hijau, Kevan tersenyum sumringah. Dengan begitu, Kevan sedikit lebih bersemangat.Kevan ingin mengatakan sesuatu kepada Christian. Namun, dia segera mengurungkan niat setelah mendengar Cinta berbicara lebih dulu."Tapi, Christian, bukannya kamu mauー"Christian mengangkat tangan kanannya. Dia meminta Cinta diam. Maka, Cinta hanya bisa patuh kepada suaminya.Sore kemarin, Dabin membawa sebuah majalah bergengsi dan memberikannya kepada Christian. Kemudian, Christian memanggil istrinya.Dabin memperlihatkan foto K
Ciara menahan mual sejak pertama kali masuk ke rumah makan Sunda sederhana. Lokasi rumah makannya berada di sekitar stasiun kereta api kota Tango. Ciara tidak terbiasa makan di tempat seperti ini. Namun, keadaan memaksanya untuk beradaptasi. Bukan tidak tahu, Felicia menatap anaknya dengan prihatin. Dia tidak ingin menyalahkan Ciara yang selalu dimanja sejak kecil olehnya dan Rudi. Di sisi lain, Felicia juga tidak bisa menyalahkan Rudi atas semua musibah ini. Felicia menganggap semua ini adalah bentuk ujian sebagai seorang istri dan ibu. Maka, dia mencoba berlapang dada."Cia, makanannya nggak enak, ya?" tanya Felicia dengan wajah yang cemas. "Maafin Mami cuma bisa ngasih kamu makan kayak begini. Tapi Mami janji, kalo udah dapet kerjaan, gaji pertama nanti ... Mami pasti ajak kamu dan Papi makan enak di restoran."Felicia mengucapkan kata-kata itu sambil menangis. Untung saja, meja mereka berada di pojok sehingga tidak ada seorangpun yang melihat.Ciara berhenti mengunyah. Dia mena