"Tuan! Nyonya!" Kevan memanggil kedua majikannya. "Aku mau jelasin beberapa poin yang nanti akan dibahas di Rapat Umum Pemegang Saham."Kevan menyetujui keinginan Felicia untuk menemani suaminya menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham. Nantinya, Felicia akan ikut masuk ke ruangan meeting.Sekarang, Kevan berada di dalam mobil menuju kantor pusat Darwin Group. Kevan duduk di kursi belakang bersama Felicia dan Rudi. Ziyad menghentikan mobil ketika melihat lampu merah menyala. Angga duduk di samping Ziyad sambil memainkan ponsel. Dia mencari-cari berita yang beredar terkait keluarga Darwin."Iya, Van. Walaupun saya nggak ngerti, tapi saya ikutin alur jalannya rapat aja."Felicia duduk di samping Rudi dengan kursi yang berdempetan. Sedangkan Kevan duduk di kursi single yang masih sejajar dengan mereka."Aku harap, Tuan dan Nyonya nggak kaget sama apa yang mau aku sampaikan."Kevan cemas. Lebih tepatnya, cemas kalau-kalau kondisi Rudi memburuk dengan berita negatif tentang Darwin Group."Pert
Rinanto: Van, kamu jadi dateng nggak ke Darwin Group? Rudi gimana?Kevan membaca pesan masuk dari salah satu kawan akrab RudiーRinanto Murti. Dia segera membalasnya.Kevan: Iya, Pak. Tolong ulur waktu rapat. Kami terjebak macet.Tidak butuh waktu lama. Rinanto membalas chat Kevan.Rinanto: Oke.Setelah mendapatkan balasan pesan dari Rinanto, Kevan menghubungi seseorang melalui pesan singkat. Kevan: Pak, aku butuh bantuan kamu.Kevan terlihat harap-harap cemas. Sesekali dia melemparkan pandangan ke luar mobil demi menutupi perasaannya.Tidak lama kemudian, orang yang diharapkan Kevan pun membalas pesannya. Dia adalah HamdiHamdi: Apa yang bisa saya bantu, Van? Kalo bisa, saya pasti bantu. Kevan tersenyum tipis. 'Kalo aku ngomong jujur, apa Pak Hamdi akan bantu? Rasanya omong kosong dia mau bantu aku!' serunya dalam hati.Meskipun Kevan ragu, tetapi dia tetap membalas pesan Hamdi Umallーmantan Bos Kevan beberapa tahun silam.Kevan: Aku butuh suntikan saham Darwin Group dan alihkan ke aku
"Sial!" Miguel memaki. Dia kalang kabut. Raut wajahnya menunjukkan emosi yang tidak tertahankan.Kedua kaki Miguel seolah terpaku pada lantai yang dipijaknya. Dia tidak bisa beranjak dari podium. Dia juga tidak bisa mengalihkan pandangan dari Kevan dan Rudi.Miguel marah dan kecewa karena tidak ingin rencananya yang kesekian kalinya terancam gagal."Keーkenapa Mama Feli ikut ke sini?! Kenapa mereka dateng tepat waktu kayak gini?! Kenapa Kevan juga ikut?! Bukannya dia harus jaga Cia?! Dan, siapa orang-orang itu?!"Itu adalah berbagai pertanyaan yang berkecamuk di benak Miguel. Dia memelankan suaranya agar tidak ada satupun pihak Rudi yang mendengar."Pak Edy, sekarang gimana, nih? Bapak ada cara lain buat jatuhin Pak Rudi?" tanya Nulla. Dia mencoba untuk tenang. "Saya lagi mikir, Bu Nulla," jawab Edy. "Jangan kelamaan mikir, Pak! Nanti lawan kita keburu nyerang. Kamu kan mantan pengacara keluarga Darwin. Masa kamu nggak tau kelemahan mereka?!"Nulla dan Edy sama-sama kalang kabut. Mere
"Lagipula, Papa udah jatuh miskin. Rumah dan semua aset udah disita bank. Terus, tunggu apalagi? Mendingan jual saham Papa aja sekarang atau alihkan ke aku!"Miguel tidak berhenti berceloteh. Miguel tidak memedulikan perasaan Rudi ataupun Felicia. Miguel juga tidak peduli di mana dia berbicara.Miguel terlalu berambisi menguasai Darwin Group."Papa tenang aja! Semua uang penjualan saham nantinya bisa digunakan untuk pengobatan Ciara. Aku pasti akan urus Darwin Group dengan baik. Gimana?"Hening. Semua orang terdiam. Semua yang dikatakan Miguel memang benar adanya. Rudi dan Felicia tidak bisa menghindari kenyataan.Tubuh Felicia gemetar. Hatinya sakit. Namun, dia tidak memiliki kekuatan untuk membantah semua fakta yang dipaparkan Miguel. Karena keluarga Darwin memang sudah jatuh miskin.Bagaimana dengan kepala keluarga Darwin?Ya, Rudi Darwin. Rudi Darwin ingin menjatuhkan air mata. Pria itu ingin menjatuhkan diri berlutut di hadapan siapa saja yang bisa membantunya keluar dari lingka
"Tuan Kevan, itu apa?" Rinanto memanggil Kevan dengan sebutan Tuan. Sejak mengetahui identitas asli Kevan, Rinanto mengubah cara pandangnya terhadap cucu pertama keluarga Hanindra tersebut. Dia tidak lagi memandang rendah Kevan sebagai bodyguard. Karena faktanya, Kevan hanya menyamar sebagai bodyguard keluarga Darwin demi Ciara. "Video di layar itu adalah pernyataan resmi dari keluarga Darwin tentang pemutusan hubungan pertunangan anak mereka."Felicia tersenyum ketika melihat video dirinya dan Rudi di layar depan ruang meeting. Felicia teringat ketika Kevan mengusulkan agar dia dan suaminya segera membuat video tentang hubungan Ciara dan Miguel. Maka dengan peralatan seadanya, keluarga Darwin membuat video di halaman belakang rumah mereka."Kalian bisa liat video itu di akun sosial media keluarga Darwin."Saat Kevan selesai bicara, semua orang di dalam ruang meeting sibuk mengeluarkan ponsel. Mereka mencari akun sosial media milik keluarga Darwin."Video itu sebagai bentuk penegas
"Astaga!" pekik Rinanto begitu melihat akumulasi uang pengobatan Ciara di layar. "Aku nggak sangka biaya pengobatan Ciara menyentuh angka miliaran rupiah."Kevan tersenyum tipis melihat reaksi Rinanto. Kevan menunggu reaksi semua orang, tetapi yang dia lihat hanyalah ekspresi kaget orang-orang di dalam ruang meeting."Pak Rinanto, itu baru biaya di rumah sakit Mitra Internasional Baubau sebelum Nona Ciara pindah ke rumah sakit luar negeri," ujar Kevan.Rinanto terkejut. Senopati pun sama terkejutnya, tetapi dia buru-buru menutupi kecemasannya. Dia tidak mau Miguel melihat wajahnya. Gambar di layar pun berubah. Terlihat beberapa foto Ciara sedang berada di rumah sakit Internasional Notherdam Fez. Semua orang terperangah melihatnya.Seorang pria bertanya, "Kenapa Nona Ciara dipindahin ke rumah sakit Internasional Notherdam Fez? Bukannya rumah sakit Mitra Internasional Baubau sama bagusnya dengan rumah sakit Notherdam Fez?" Dia adalah Senopati. Kevan kesal dengan pertanyaannya. Pasalny
Miguel masih memancing emosi Rudi. "Gimana kalo pria yang katanya dermawan itu punya niat buruk?" tanya Miguel lagi. "Kita kan nggak tahu isi hati dan pikiran orang lain. Iya kan, Pa?"Orang-orang saling pandang. Miguel berjalan mendekati Rudi. Kevan melihat Felicia duduk di deretan kursi nomor dua sebelah kanan, tepat di belakang Sarah dan Mahendra. Di sampingnya, Rudi masih bergumam tidak jelas. "Hemmmm! Hmmm!"Felicia menyemangati suaminya yang sedang dilanda galau. "Sayang, Miguel cuekin aja! Jangan diambil hati!" Rudi mengangguk. Rudi tahu, emosi dapat menyebabkan kondisi kesehatannya semakin memburuk. Rudi juga tahu bahwa Miguel mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan dirinya sehingga dia bisa menguasai perusahaan Darwin Group."Papa!" Miguel memanggil Rudi. Dia berdiri di sampingnya.Kevan bergegas berdiri di belakang kursi roda Rudi. 'Aku takut Miguel gelap mata dan dorong Tuan Rudi sampai jatuh,' pikir Kevan. 'Aku nggak mau Tuan Rudi kenapa-kenapa.'Miguel menunduk. "Pa
"Ha! Ha! Ha!"Mendengar pernyataan Kevan, membuat tawa Miguel pecah memenuhi ruang meeting. Dia tertawa terpingkal-pingkal hingga wajahnya memerah. "Orang miskin kayak kamu aja berani ngomong tinggi!" Miguel berkata sambil terus tertawa. Begitu juga dengan Nulla. "Ha! Ha! Ha! Kevan! Kevan!" Nulla berseru. "Dari dulu kerjaan kamu halu terus. Bangun, Van! Makanya cari kerja yang bener supaya nggak halu melulu! Emangnya nggak capek ngehalu jadi orang kaya?"Miguel dan Nulla sampai saat ini tidak tahu identitas asli Kevan. Begitu juga dengan Edy. Edy menahan tawa. Dia menganggap Kevan terlampau bodoh karena berani-beraninya mengatakan omong kosong di depan Rapat Umum Pemegang Saham yang notabenenya adalah orang-orang terpelajar dengan latar belakang keluarga konglomerat pulau Pearl."Bu Nulla, mantan preman kayak Kevan cuma bisa kerja jadi bodyguard doang." Edy ikut-ikutan memberikan komentar yang mencemooh Kevan.Orang-orang di dalam ruangan tidak tahu menahu masalah diantara Kevan da