-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-
"Ayo nak, silahkan masuk" ucap Bu Eri pada murid baru itu. Sesaat setelah murid baru itu masuk, ruang kelas dipenuhi dengan berbagai reaksi. "Perkenalkan diri kamu terlebih dahulu"
"Selamat pagi semua, nama saya Nadia Syafira, bisa dipanggil Nadia" ucap perempuan bernama Nadia tersebut. Parasnya yang elok, membuat seisi kelas terkagum-kagum saat melihatnya, hal tersebut berlaku juga untuk laki-laki dingin itu, yaitu Nandara. Ia terdiam sekejap saat melihat Nadia.
"Saya harap, kita semua bisa menjadi teman baik sampai sukses nanti" lanjut Nadia. Seisi kelas memberikan tepuk tangan yang meriah setelah Nadia selesai memperkenalkan dirinya didepan kelas. Melihat anak didiknya yang tiba-tiba semangat itu membuat Bu Eri menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyuruh Nadia untuk segeranduduk di bangku yang kosong. Bangku kosong itu berada tepat disebelah Gara, ia akan menjadi teman sebangku Gara selama yang diinginkan Bu Eri tentunya.
Setelah sesi perkenalan murid baru, kelas dilanjutkan langsung oleh Bu Eri karena kebetulan beliau memiliki jam pelajaran dikelas ini, kelas 12 IPA 1. Beliau mengajar matematika, ilmu yang sangat menyenangkan bukan?
Bagi Gara, matematika itu seperti puzzle. Sangat sulit untuk dimengerti jika kita kehilangan 1 piece penyusunnya. Sebaliknya, bagi Nandara matematika bagaikan santet. Harus dihindari sejauh mungkin. Ia mungkin bisa mentolerir pelajaran lainnya, tapi tidak untuk matematika. "menyenangkan apanya, ini mah simulasi masuk oven. Otak serasa dipanggang" pikir Nandara.
Pelajaran dimulai dengan tenang, murid-murid fokus melihat kearah Bu Eri yang sedang menjelaskan materi. Lain halnya dengan Nadia, ia tidak bisa fokus kali ini. Sejak ia duduk, ia belum berkenalan dengan teman sebangkunya. Cowok itu terlihat serius mencatat materi yang dipaparkan, membuat Nadia menjadi tidak enak untuk berbicara.
"Bicara aja ke gue, gue ga bakal terganggu kok" bisik Gara seakan mendengar isi pikiran Nadia. Nadia terkejut bukan main.
"Eh- gue Nadia, lo?" tanya Nadia dengan suara yang kecil.
"Gara, Gara Adiyatma. Bagus kan nama gue?" sahut Gara sambil mencatat. Nadia menjawabnya dengan anggukan saja. Ia terheran-heran, bagaimana bisa laki-laki ini masih tetap fokus meskipun diajak ngobrol? kelihatan sekali dia anak pintar. Tak ingin mengganggu Gara lagi, ia memutuskan untuk mencoba fokus ke arah papan tulis. Ia tidak boleh membuat masalah di hari pertamanya di sekolah ini.
Akhirnya jam pelajaran matematika selesai, tentunya ditutup oleh tugas yang sangat mengasah otak. Bu Eri memang dikenal sangat rajin memberi anak didiknya tugas, tentu hal tersebut bertujuan agar anak didiknya lebih mengerti dan terbiasa dengan soal-soal yang memiliki tingkat kesulitan tertentu. Bagi siswa-siswa pintar seperti Gara, hal tersebut bukanlah hal yang menjengkelkan, tetapi bagi murid yang kurang suka matematika hal tersebut seperti mendapat tugas dari neraka. Kalian bagaimana? apa kalian suka matematika?
Setelah matematika, kelas 12 IPA 1 mendapatkan pelajaran sejarah. Pelajaran yang sangat cocok untuk mendinginkan otak setelah mendapatkan mapel matematika. Mapel ini menjadi mapel favorit Nandara, karena tidak banyak menguras otak dan pelajarannya cukup santai. Walaupun banyak yang harus diingat dan dihafal, bagi Nandara hal tersebut tidaklah se-susah matematika. Sepuluh menit setelah Bu Eri keluar dari kelas, guru pengajar sejarah pun memasuki ruang kelas, beliau bernama Pak Aden. Pak Aden memiliki pembawaan yang asyik dan simpel saat mengajar, selain itu beliau juga masih tergolong cukup muda sehingga membuat murid lebih mengerti materi yang beliau bawakan.
"Selamat pagi anak-anak" ucap Pak Aden
"Selamat pagi, Pak"
"Sepertinya ada wajah baru dikelas ini ya" tanya Pak Aden menyadari adanya murid baru di kelas 12 IPA 1.
"Abim habis sulam alis Pak!" teriak Raka, si tukang jahil di kelas ini. Sontak seisi kelas tertawa mendengarnya. Abim yang mendengarnya langsung menyahut tidak terima. "Enak aja lo! alis gue emang tebel gini ye!" Raka menjulurkan lidahnya kearah Abim guna membuatnya lebih jengkel lagi.
"Hahaha sudah-sudah, kalian nggak perlu berantem disini, di bawah aja tuh lapangan luas" canda Pak Aden.
"Nak, ayo perkenalkan diri kamu, bapak belum tau nama kamu" pinta Pak Aden. Dengan cepat Nadia berdiri dari kursinya.
"Perkenalkan pak, saya Nadia Syafira, bisa dipanggil Nadia" ucap Nadia.
"Baik Nadia, kalau boleh bapak tau, apa alasan kamu pindah kesini?" tanya Pak Aden. Skak mat. Nadia terdiam sebentar dan menjawab pertanyaan Pak Aden dengan sedikit gugup. "Em- karena orangtua pak"
"Baiklah, kamu nggak perlu sampai gugup begitu hahaha bapak ini orangnya santai" ucap Pak Aden. "Oke Nadia, kamu boleh duduk kembali. Oiya nama bapak, Aden, panggil saja Pak Aden oke??" sambung Pak Aden. Nadia menganggukan kepalanya dan kembali duduk.
Kelas mulai seperti biasa, kali ini Nandara terlihat sangat fokus dan serius. Gara yang melihatnya dari belakang berniat untuk mengerjai temannya, tetapi mengingat seberapa galaknya Nandara membuat Gara mengurungkan niatnya. "Daripada gue kena bogem mentah disini, mending cari aman aja dah" pikir Gara sambil bergidik ngeri.
Sebenarnya, Nandara tidak terlalu fokus hari ini. Setelah kejadian murid baru itu, fokusnya terbelah. Ia terus saja mengingat dan membayangkan wajah murid baru itu. Kini ia sedikit frustasi, tak biasanya ia seperti ini. Ia hanya bisa berharap bisa kembali fokus lagi.
Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa SMA Santosa berhamburan keluar kelas. Beberapa dari mereka langsung menuju kantin, ke taman sekolah, ada juga yang pergi ke perpustakaan untuk sekedar mencari AC. Kali ini Gara dan Nandara memutuskan untuk pergi membeli minum saja di kantin, lalu pergi menuju taman sekolah. Mereka sedang pusing saat ini, Gara memikirkan olimpiadenya dan Nandara memikirkan lomba basket yang tinggal sebulan lagi.
"Eh lo ada rencana ga setelah olimpiade lo selesai?" tanya Nandara seraya menyeruput es milo miliknya.
"Mungkin gue bakal ke Bali, tapi masih ragu juga sih. Lo gimana? hari lomba kita kan barengan nih, kira-kira lo udah rencanain belum?" sahut Gara.
"Belum, makanya gue nanya elo, gue mau nebeng soalnya" ucap Nandara tanpa dosa.
"Yaelah, lo mah gak ada tujuan hidup, nempel mulu lo sama gue" canda Gara.
"Ngaca bego! lo tuh yang selalu nanyain gue, bilang aja lo nyari temen ke Bali" sahut Nandara.
"Lo emang paling tau kalo soal gue hahaha" tawa Gara.
Mereka kembali terdiam, Gara berkutat kembali pada buku-buku dan latihan soal miliknya, sedangkan Nandara hanya bermain game didepan Gara. Tak mungkin kan kalau Nandara tiba-tiba berlatih basket ditaman?
"Eh gimana menurut lo?" tanya Gara tiba-tiba.
"Apaan? lo ga jelas banget dah" sahut Nandara dengan kesal.
"Ituu si anak baru, si Nadia" ucap Gara. Nandara terdiam sebentar, ia mengingat kembali rasanya, ia mengingat wajahnya kembali. Sialan. Batinnya.
"Biasa aja" ucap Nandara dengan ekspresi wajah yang sedang ia kontrol dengan baik.
"Beneran?" tanya Gara kembali.
"Lo mau gue tinju?" ucap Nandara dengan kesal.
"Santai mas bro!, tinggal jawab iya aja susah lo" ucap Gara sambil tertawa.
"Tapi dia lumayan loh"
"Lumayan apa?" tanya Nandara.
"Cantik" sahut Gara dengan polos. Seketika Nandara merasa ada sesuatu yang aneh dari dirinya, seperti perasaan tak suka? ia seperti tak suka mendengar perkataan Gara barusan. Dengan cepat ia mengalihkan pikiran dan lanjut fokus pada game nya.
"Permisi"
Tiba-tiba seorang perempuan datang ke arah meja Gara dan Nandara. Gara menengok pada sumber suara dan ternyata itu adalah Nadia. Murid baru dikelasnya.
"Iyaa" sahut Gara dengan ramah.
"Gue boleh gabung disini ga? kursi di kantin penuh semua dan cuma ditempat kalian aja yang masih ada kosong" tanya Nadia.
Gara langsung menoleh ke arah Nandara, menanyakan persetujuannya. Nandara langsung menganggukan kepalanya sesaat setelah melihat Gara. Tumben sekali Nandara memberikan izin kepada orang lain untuk duduk bersama mereka. Terlebih lagi, orang itu merupakan seorang perempuan.
"Ohh boleh kok, boleh disana aja duduk, di sebelah Nandara" ucap Gara sambil tersenyum. Nadia yang mendengarnya merasa lega, akhirnya ia bisa duduk dan menikmati makanan ringan miliknya.
"Nadia, gue boleh tanya ga?" tanya Gara. Nandara menoleh bingung ke arah Gara, apa hal yang ingin ditanyakan?
"Iya boleh, kenapa?" ucap Nadia.
"Lo kenapa pindah kesini?"
Nadia sedikit terkejut dengan pertanyaan Gara, ia sedikit ragu saat ingin berbicara. Gara yang melihatnya merasa aneh begitu pula dengan Nandara.
"Udah, lo ga perlu jelasin kalo emang lo gamau jelasin" Ucap Nandara. Nadia menatap Nandara dengan tatapan sedikit takut lalu menganggukkan kepalanya dan lanjut menyantap snack miliknya. Di lain sisi, Gara merasa ada sesuatu yang aneh pada Nadia. Tak ingin ambil pusing, ia langsung mengalihkan fokusnya pada soal-soal 'keramat' yang ada didepannya saat ini.
Bel pun berbunyi, tandanya jam istirahat sudah berakhir. Nandara, Gara, dan Nadia bergegas kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran dengan baik hingga jam pulang sekolah nanti. Istirahat kedua mereka hanya berjalan seperti biasa, Gara dan Nandara menuju taman sedangkan Nadia diam di kelas sambil berkenalan dengan teman baru. Hari ini Nadia menemukan teman baru bernama Stella. Stella sangat friendly, ia adalah sosok teman yang ia impikan sejak dahulu. Nadia merasa senang dan lega sekali, akhirnya ia bisa keluar dari sekolahnya yang lama dan membuka lembar baru disekolah ini.
-----
Author's note:
Halo semua! selamat datang di Chapter 2!! semoga kalian engga bosen yaa dengan chapter ini! emang sengaja aku buat agak slow ehehhe
oiyaa kemarin aku belum bisa up karena lagi ga enak badan, kalian jangan lupa jaga kesehatan yaa!!
Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya!
Have a nice day<3
sincerely, Lilly
13.08.2021
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Seperti yang telah mereka rencanakan, Nandara pergi kerumah Gara untuk bermain gamebersama. Sore ini, Nandara tidak memiliki jadwal latihan begitupula dengan Gara, maka dari itu mereka bisa menghabiskan waktu istirahat mereka bersama. "Permisi tante" ucap Nandara setibanya ia dirumah Gara. "Permisi, Ma" ucap Gara "Ehh ada Nanda disini? ayo sini masuk, gaperlu pake salam lagi" sahut Mara, Ibunda Gara. "Hehehe iya tante, Nanda numpang main disini yaa" izin Nandara dengan sopan. "Tiap hari kesini juga gaapa kok" ucap Mara "Gimana sekolah kalian? lagi engga ada latihan ya?" "Iya ma, tumben banget dapet waktufreegini" sahut Gara. Sang Ibunda mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk kedapur. "Kalian makan siang dulu ya, Mama mau masuk dulu" ucap Mara sambil tersenyu
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Pagi ini, Nandara pergi menuju rumah Gara. Hari ini ia ingin menebus kesalahan kecil yang ia buat kemarin, ia rasa Gara masih kesal dengannya. Setelah sampai dirumah Gara, ia langsung menelponnya untuk menyuruhnya turun dan segera pergi ke parkiran. "Woii" sapa Nandara "Woi bro, tumben amat ngajak gue jalan pagi-pagi" ucap Gara "Suntuk gue dirumah, kuy cabut" sahut Nandara, tentu saja ia berbohong, jika tidak maka habislah dia diledek Gara. Gengsinya memang sangat besar. Nandara melajukan mobilnya kesuatu tempat, tempat itu menjadi tempat favorit Gara sedari kecil. Dahulu ia sering menghabiskan waktunya ditempat ini bersama dengan Ibunya. Setiap kali ia merindukan Ibunya, ia akan pergi ke tempat ini dan hari ini ia sangat merindukannya. "Lo mau ke taman lagi, Nan? tanya Gara. Nandara menoleh sebentar kearah Gara
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya. "Kenapa nak?" tanya Bunda Nadia "Engga tante, saya cuma kaget aja" ucap Nandara dengan cepat "Gaapa, wajar kalian kaget, bunda gue kalo masak emang suka banyak-banyak dan hari ini emang beneran kebanyakan" ucap Nadia dengan polos. Bundanya memang suka sekali memasak dalam porsi yang kurang wajar. Padahal dirumahnya hanya empat orang saja. Bayangkan saja, Bunda Nadia memasaknya seperti porsi militer, super duper banyak bukan? "Ayo dimakan dulu" ucap Bunda Nadia sambil tersenyum dan menyodorkan sepiring nasi kehadapan Nandara, Gara, dan juga Nadia. Mereka makan dengan tenang, sesekali mereka tertawa atas tingkah laku Gara yang memuji masakan Bunda Nadia. Bunda
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. "Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara. "Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung. "Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Nandara sampai didepan rumah Gara, ia ingin menelfon Gara untuk menyuruhnya turun, namun ia teringat bahwahandphoneGara ada padanya. Dengan setengah hati, ia turun dan memencet bel rumah Gara. Seseorang dengan mata sembab membuka pintu. "Buset, mata lo kenapa tuh" ucap Nandara, ia sedikit terkejut melihat Gara yang muncul dengan penampilan seperti itu. "HP gue ilangggg" rengek Gara dan mulai terisak lagi. "Apaan sih lo! alay tau ga!" ucap Nandara dengan kesal, ia masuk kedalam rumah Gara dan duduk diatas sofa. Si empunya rumah hanya menutup pintu dengan lemas dan berjalan pelan kearah Nandara untuk ikut duduk. "Nih HP lo!" ucap Nandara sembari menyodorkanhandphonemilik Gara kearah sang pemilik. "LO NYURI HP GUE YA?!" teriak Gara dengan curiga "DIH APAAN SIH LO! EL
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Hari ini turnamen basket tiba, bertepatan dengan olimpiade yang diikuti oleh Gara. Kedua sahabat itu saat ini berada ditempat yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menang.Gara saat ini berada di sebuah sekolah SMA bergengsi, sekolah ini juga rival basket SMA SEVERI, sekolah itu adalah SMA NAGARA. Jauh dilubuk hati Gara, ia mengakui bahwa sekolah itu memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dibandingkan sekolahnya, tapi untuk masalahattitude dan kejujuran, sekolahnya adalah yang terbaik. Ia berani mengatakan hal tersebut karena ia tahu bahwa lawannya ini sering melakukan kecurangan saat lomba.Ruangan olimpiade Gara berada di gedung B, gedung itu adalah gedung khusus ruang kelas 12 dan lab yang akan digunakan anak-anak kelas 12 untuk praktek dan bereksperimen. Gara menuju ruang kelas 12 IPA 3 s
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Sorak sorai penonton masih memenuhi lapangan, tim basket SMA SEVERI saling berpelukan dan berteriak bahagia. Ini memang bukan pertama kalinya mereka menang dalam turnamen, tetapi setiap kali mereka berhasil mengalahkan SMA NAGARA rasanya seperti memanangkan lotre. Rasanya sangat menyenangkan karena otomatis mereka bisa mengalahkan kecurangan dan ketidakadilan.Saat ini, Gara sedang perjalanan kembali menuju sekolah. Ia kembali dengan perasaan senang dan bangga, dengan mengalahkan SMA NAGARA, ia membuktikan bahwa dengan kejujuran dan kerja keras akan menghasilkan hasil yang setimpal. Beberapa menit kemudian, Gara sampai disekolahnya lalu dengan segera menuju lapangan. Sepanjang koridor, murid-murid SMA SEVERI berteriak menyerukan nama SMA SEVERI. Gara bisa menebak hasil dari turnamen basket hari ini, ia mencium bau-bau kemenangan dari Nandara.&nbs
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Gue? gue dibully" sahut Nadia."Maaf Nad, gue gatau" ucap Stella. Nadia tersenyum tipis, ia melihat kearah api unggun dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Nandara, Gara, dan juga Stella merasa bersalah karena penasaran mengenai kepindahannya."Gapapa, sekarang gue udah terbiasa lagi. Gue udah nemu orang yang bisa gue percaya sebagai teman" ucap Nadia. Nandara memerhatikannya diam-diam dari samping, ia merasa kasihan pada Nadia."Kalian. Kalian orang yang gue maksud" sambung Nadia. Gara dan Stella menoleh kearah Nadia lagi, mereka terkejut."Gue tau, gue belum lama kenal sama kalian. Tapi, gue selalu anggap kalian sahabat" Nadia dengan serius menatap api unggun didepannya. Ia merasa aman untuk saat ini, ia juga harus mulai percaya pada temannya sekarang."Percaya sama gue Nad, gue kawan yang setia kok" uc
Sore ini Nadia pergi menuju taman. Ia sudah bosan berdiam diri didalam kamar selama satu minggu penuh. Bukan. Bukan karena paksaan bunda, tetapi ia saat ini sedang sakit. Bisa disebut begitu bukan? Nadia duduk termenung pada bangku kosong yang menghadap kearah sebuah kolam besar, ia sedang larut dalam pikirannya. Semua memori pahit itu kembali lagi, dalam seminggu ini ia tidak tenang. Menangis, berteriak, kesakitan, dan takut. Hanya itu yang ia rasakan. Menyedihkan bukan? Tapi ini adalah hal yang harus ia tanggung. Ia sama sekali tak menyesal telah melindungi temannya pada saat itu, ia juga sudah berfikir bahwa ia akan berakhir seperti ini. Sejujurnya, Nadia sangat merindukan teman-temannya. Ia tak ingin mereka merasa bersalah, ini murni terjadi karena ketidaksengajaan. Tidak ada yang mengetahui hal ini selain keluarganya, namun sekarang teman-temannya sudah mengetahui hal tersebut. Sebaiknya saat Nadia kembali sekolah, ia harus meminta maaf. "Nad
"JANGANNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!" teriak Nadia. Namun, terlambat, Gara sudah menuangkan satu ember penuh dengan air kepada Nadia dan Stella melemparkan tepung kearah Nadia, begitupula dengan Nandara. "AAAAAAAAAAAAAA MAAFFF!!! AMPUNNN!!!" teriak Nadia lagi. Seketika ia terduduk dan melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Gara, Nandara, dan Stella kebingungan dengan perilaku Nadia. Semua orang merasa khawatir, Nadia tak berhenti menangis sambil meminta maaf. "Nad! Nad!! lo kenapa??" tanya Stella sambil berlari menghampiri Nadia. "Nadd????" tanya Gara, ia juga menghampiri Nadia. Nandara yang menyaksikan hal tersebut dengan segera pergi kedalam untuk mengambil sebuah handuk. "Jauh" cicit Nadia. "Lo kenapa Nad?? lo gapapa??" tanya Stella sambil membersihkan tepung dari kepala Nadia. "GUE BILANG JAUH!" teriak Nadia. Ia terus menangis ketakutan, badannya bergetar, dadanya terasa sesak. Stella dan Gara dengan sigap berdiri dan me
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Di saat Nandara sedang fokus menonton TV, seseorang mengirimnya sebuah pesan.HandphoneNandara terus mengeluarkan notifikasi, tanda seseorang sedang mengirimkan pesanspampadanya. Nandara memutuskan untuk mengambil HP nya di kamar. Selama menuju kamar, perasaannya sudah tak enak dan benar saja, setelah ia mengambil HP nya, banyak sekali pesan masuk dan itu semua dari orang gila yang tak lain dan tak bukan Gara. Nandara membuka pesan dari Gara yang berisi puluhan huruf "P" dan umpatan-umpatan. Dengan malas, ia membalaschattersebut. Nandara: Apaan. Tak butuh waktu lama, Gara langsung membalas pesan tersebut. Gara: Ultah Nadia lagi 2 hari, kasisurpriseyok! Nandara: Kok lo bisa tau
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Saat ini Nadia sedang bersiap untuk belajar, kelas 12 memang se-padat ini ya? ulangan-kuis-tugas dan terus berulang, membuat Nadia merasa sedikit pusing. Tingg.... Suara notifikasi hp mengalihkan fokus Nadia sementara. Ia mengambil hp-nya untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan. Itu adalah Gara. Nadia mengernyitkan alisnya, kenapa Gara mengirimnya pesan? Gara: Nad Nadia: ya? Gara: Lo lagi belajar? Nadia merasa aneh dengan Gara yang tiba-tiba mengirimkan pesan, alhasil ia mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan sesi belajarnya. Lagi pula, ia harus mempelajari banyak hal untuk ulangan besok. Disisi lain, Gara yang melihat pesannya tidak dibalas memutuskan untuk bertanya pada Stella saja. Padahal ia hanya ingin m
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Gue pengen nyerah, Nad" ucap Stella. Saat ini ia terdengar putus asa dan tidak percaya diri, membuat Nadia sedih melihatnya. "Kenapa?" tanya Nadia. "Gue engga tau harus gimana, kata-kata yang selalu dia bilang ke gue terlalu menyakitkan. Apa harus ya dia sejahat itu?" ucap Stella. Nadia menepuk bahu Stella dan mengusapnya perlahan, ia juga kesal setiap Nandara membalas ucapan Stella. Terlalu kasar untuk perempuan. "Gaapa Stel,you deserve someone better than him. Lo itu cantik, lo tau sendiri selera lo gimana, yang harus lo lakuin sekarangmove on" ucap Nadia menasehati temannya. "Udah gue coba Nad, gue gabisa, gue gabisa lupain dia" sahut Stella, air matanya mulai menetes meskipun sudah ia tahan. "I know it's hard, Stell. Dicoba aja pelan-pelan, gimana?" saran Na
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Tiga 'tuyul' itu sedang panik saat ini, mereka baru saja menyadari bahwa hari ini masih hari sekolah. Tak ada pilihan lain selain berangkat sekarang meskipun terlambat. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, masih ada waktu bagi Gara dan Stella untuk pulang kerumah masing-masing dan bersiap untuk sekolah. Dengan tergesa-gesa mereka pergi kerumah. "Kalian ini kenapa? tumben terlambat" tanya Bu Eri selaku wali kelas mereka. "Maaf bu, kemarin saya belajar buat persiapan olimpiade sampai larut, jadi terlambat bangun" sahut Gara. "Maaf bu, saya bangun terlambat" sahut Stella. "Maaf bu, saya juga" sahut Nandara. "Hadehh, yasudah saya juga gak bisa bantu apa-apa. Kalian ibu hukum lari keliling lapangan aja ya, Nandara sama Gara 5 kali putaran, Stella kamu 3 putaran" Ucap Bu Eri "Baik bu" sahut Nandara, Gara dan
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Astagaa Nanda!!" marah George. Bagaiamana ia tidak marah, anaknya ternyata sedang bermaingamedengan hidung terluka dan sampah makanan berserakan dilantai. Nandara menoleh ke sumber suara dan terperanjat, ia pun sama terkejutnya dengan George saat ini. Terlihat dibelakang George ada Gara dan Stella yang sedang berdiri mematung dengan wajah kusut. "Pantesan gue telfon- telfon daritadi kaga lo angkat, lagi lupa bumi ternyata" ucap Gara. "Udah kayak maling kita diem didepan berdua, mana lampu depan kaga lo idupin lagi!" protes Stella. "Kamu ini kenapa sih Nanda?? untung papa ketemu sama mereka, kalo engga udah habis rumah kita dibakar sama Gara" ucap George. Gara dengan segera menoleh kearah George dengan tatapan seolah-olah ia berkata"Maksud om apa?" Nandara yang mendengar omelan super p
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "aaaaaaaaaaaaaaa" teriak para siswi. "Argghh shhh" ringis Nandara. Nandara terkena bola basket yang melambung keluar dari lapangan. Bola itu tepat mengenai hidungnya hingga berdarah. "Maaf kakk" ucap salah satu juniornya. "Hati-hati woii!! gausah pake emosi mainnya!" ucap Putra kepada temannya yang tak sengaja melempar bola tersebut. "Udah ayo bantu gue bawa kak Nandara ke UKS" perintah Putra. Dengan segera ia bersama para juniornya pergi menuju UKS. Saat ini, Nandara merasakan pusing di kepalanya dan sakit di bagian hidungnya, ia bahkan tak mampu melihat sekelilingnya. Setibanya di UKS, Nandara dengan segera diobati dan diberikan izin untuk pulang lebih awal. Ia sangat beruntung karena hidungnya tidak mengalami hal serius, tetapi tetap saja, efek setelah terkena bola tersebut sangat menyakitkan. Sepertinya juiornya te
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Sejak tadi Nandara sibuk sendiri didalam kamar, ia sibuk mengetik sebuah pesan di handphonenya dan menghapusnya kembali. Kali ini ia ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Nadia. "Gue harus bilang apa ya? hi? halo?" gumam Nandara. "Apa gue telfon aja ya?" "Ehchataja deh" "Eh gimana ya?" "Aduhhhh au ah!! pusing gue lama lama" teriak Nandara dan melemparkan handphonenya ke kasur. Ia tampak frustasi dan pusing, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya denganhandphoneyang masih diatas kasur. Sesaat setelah ia pergi,handphonenya berdering terus menerus, tanda seseorang menelfonnya. Nandara pergi menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan. Ia mengambil tiga bungkus makanan ringan, dua bungkus biskuit coklat, dan satu botol