How did love become love?
Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, seorang laki-laki sedang berjalan melewati koridor sekolah. Kakinya melangkah ke tengah lapangan. Laki-laki itu adalah Nandara, si Mr. Perfect yang dingin hati. Sesaat setelah sampai di lapangan, ia mulai melakukan pemanasan dengan berlari kecil. Setelah dirasa cukup, ia mengambil bola basket miliknya dan memainkannya. Ia sedang berlatih untuk perlombaan bulan depan. Disela-sela ia berlatih, seseorang menghampirinya. Laki-laki primadona sekolah yang sangat pintar dan berprestasi di bidang akademik. Dia adalah Garaga Adiyatma.
"Woi!" teriak Gara. Nandara yang mendengarnya segera menoleh ke arah teriakan tersebut.
"Apaan" sahut Nandara dengan singkat.
"Jangan serius-serius amat lah, kan lo bisa latihan nanti sore" ucap Gara sambil duduk dipinggir lapangan. "Inget jangan terlalu stress, gue yakin lo pasti bakal menang tahun ini"
"Iya, lo juga ngapain pagi-pagi buta kesekolah?" tanya Nandara dengan tangannya yang sibuk mendribble bola.
"Gue ada pelatihan olimpiade jam 7" sahut Gara dengan santai. Nandara tak membalas ucapan Gara. Dengan santainya Nandara berjalan mendekati Gara.
"Eh lo gimana sama Stella?" Tanya Gara. Nandara memukul lengan Gara. "Apaan sih lo?!, gue gak ada apa-apa sama dia"
"Yang bener?? lo kan deket banget sama doi" sahut Gara. Nandara menatapnya dingin seraya membalas "Mata lo pincang! gue gak ada deket sama dia!! lagian, dianya aja yang suka nempel sama gue"
"Sana pergi! lo gangguin gue mulu daritadi" usir Nandara. Gara hanya bisa pasrah dan melangkah pergi, temannya itu memang tidak mengasyikan. Setelah kepergian Gara, Nandara melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Waktu berjalan sangat cepat. Sekolah mulai ramai, murid-murid mulai berdatangan. Nandara dengan cepat menuju kamar mandi untuk mengganti baju basketnya dengan seragam sekolah, mengeringkan badannya dengan handuk dan membasuh wajahnya yang dihujani keringat itu, tak lupa ia memakai parfum sebanyak mungkin. Tujuannya sudah jelas agar tidak bau asam. Ia akan sangat malu juga ada yang mengatakannya bau ketek. "Masa udah ganteng eh malah bau ketek" begitu pikirnya. Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kelas.
Sebelum menuju kelas, ia melipir sebentar ke loker miliknya. Seperti yang sudah ia duga, lokernya penuh dengan sticky notes berbagai warna menempel di pintu loker. Surat-surat 'aneh' diselipkan pada celah antara pintu loker dan pembatasnya, surat-surat itu terlihat kusut seperti dipaksakan masuk ke dalam loker yang terkunci itu. Nandara hanya bisa menghela nafas, ia melihat ke arah samping dan mendapati loker sahabatnya juga bernasib sama seperti miliknya. Penuh dengan surat, notes, bunga yang ditempel, dan banyak lagi.
"Dih gaada kerjaan bat dah, gak bakal dibaca juga" pikir Nandara. Tangannya sibuk melepaskan notes tersebut dan memasukannya kedalam tempat sampah mini yang selalu tersedia di dekat loker milikinya. Setelah lokernya bersih, ia lanjut membersihkan milik Gara. Dengan kesal ia membuang semua 'sampah' itu kedalam bak sampah besar.
"Rajin amat lo" ucap Gara, ia baru saja keluar dari ruang pelatihan yang kebetulan tidak jauh dari tempat loker mereka berada.
"Bilang makasih ke gue, udah gue beresin tuh semua" ucap Nandara sambil menunjuk ke arah loker Gara, lalu ia menyodorkan tempat sampah mini yang ia bawa kepada Gara.
"Ga ikhlas lo?" sahut Gara sambil tertawa. Nandara yang mendengarnya sudah siap untuk memukul temannya itu. "Iya iya! makasih banyak boss!!" ucap Gara dengan nada meledek. Seperti biasa Nandara tak menghiraukannya, ia memilih untuk pergi dari sana, lalu diikuti oleh Gara. Mereka berjalan bersama menuju ruang kelas.
"Pulang sekolah nanti lo ada kemana?" tanya Nandara.
"Gaada sih, gue langsung balik aja, materi buat lomba masih banyak" sahut Gara dengan lesu. Ia sangat pusing saat ini, otaknya seperti terbakar dan penuh dengan informasi.
"Gue kerumah lo ya, numpang ngegame" ucap Nandara yang langsung dibalas anggukan setuju oleh Gara. Mereka memang memiliki kepribadian yang berbeda, yang satu dingin dan irit bicara sedangkan satunya lagi ramah dan senang bersosialisasi. Mungkin, bagi orang yang baru mengenal mereka, akan mengira bahwa Nandara sangatlah jahat, karena ia selalu menjawab perkataan Gara dengan singkat. Yang sebenarnya adalah Nandara merupakan sosok sahabat yang sangat peduli, ia yang paling mengerti segala keadaan dan isi hati Gara.
Setelah sampai di kelas, mereka langsung menuju meja masing-masing. Nandara duduk tepat didepan meja Gara. Sebenarnya, mereka duduk sebangku, tetapi wali kelas mereka, bu Eri, membuat peraturan tempat duduk yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar tidak ada yang merasa tidak memiliki teman.
"Nan, lo udah sarapan belum?" tiba-tiba seorang perempuan menghampiri Nandara yang sedang fokus bermain ponsel. Gadis itu adalah Stella, Stella Nandana. Ia sangat mengagumi sosok Nandara, mungkin ia terlihat terlalu 'ngebet' untuk dekat dengan Nandara, tetapi percayalah ia hanya ingin berbicara dengannya. Ia sudah berjanji untuk menyukainya dalam diam.
"Udah" sahut Nandara dengan singkat. "Stel, gue capek. Lo bisa kan ga usah ganggu gue dulu?" sambungnya kembali. Hati Stella teriris, kata-kata itu sangat menyakitkan, tapi tidak apa, hal tersebut sudah biasa ia dengar dari mulut seorang Nandara. Setelah mendengarnya, Stella tersenyum dan menaruh roti yang ia bawa diatas meja milik Nandara lalu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Gara yang menyaksikannya dari belakang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, sahabatnya itu memang seperti itu sejak dahulu. Jika ia sudah berkata tidak, maka akan tetap tidak. Tak lama setelah Stella pergi, Bu Eri masuk ke ruang kelas. Seketika teman-teman kelasnya berhamburan mencari tempat duduk mereka.
"Selamat pagi anak-anak" ucap Bu Eri. "Selamat pagi Bu"
"Hari ini, kalian akan kedatangan teman baru. Ibu mohon kerjasama kalian ya!!" ucap Bu Eri dengan penuh semangat. Para siswa laki-laki mulai berbicara, mereka mengharapkan murid yang datang adalah seorang perempuan, sementara siswa perempuan berharap bahwa yang datang adalah laki-laki berwajah tampan alias cogan.
"Ayo nak, silahkan masuk" ucap Bu Eri pada murid baru itu. Sesaat setelah murid baru itu masuk, ruang kelas dipenuhi oleh berbagai reaksi. "Perkenalkan diri kamu terlebih dahulu"
"Selamat pagi, saya........"
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ayo nak, silahkan masuk" ucap Bu Eri pada murid baru itu. Sesaat setelah murid baru itu masuk, ruang kelas dipenuhi dengan berbagai reaksi. "Perkenalkan diri kamu terlebih dahulu" "Selamat pagi semua, nama saya Nadia Syafira, bisa dipanggil Nadia" ucap perempuan bernama Nadia tersebut. Parasnya yang elok, membuat seisi kelas terkagum-kagum saat melihatnya, hal tersebut berlaku juga untuk laki-laki dingin itu, yaitu Nandara. Ia terdiam sekejap saat melihat Nadia. "Saya harap, kita semua bisa menjadi teman baik sampai sukses nanti" lanjut Nadia. Seisi kelas memberikan tepuk tangan yang meriah setelah Nadia selesai memperkenalkan dirinya didepan kelas. Melihat anak didiknya yang tiba-tiba semangat itu membuat Bu Eri menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyuruh Nadia untuk segeranduduk di bangku yang kosong. Bangku kosong itu berada tepat disebelah Gara, ia akan menjadi teman sebangku Gara selama y
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Seperti yang telah mereka rencanakan, Nandara pergi kerumah Gara untuk bermain gamebersama. Sore ini, Nandara tidak memiliki jadwal latihan begitupula dengan Gara, maka dari itu mereka bisa menghabiskan waktu istirahat mereka bersama. "Permisi tante" ucap Nandara setibanya ia dirumah Gara. "Permisi, Ma" ucap Gara "Ehh ada Nanda disini? ayo sini masuk, gaperlu pake salam lagi" sahut Mara, Ibunda Gara. "Hehehe iya tante, Nanda numpang main disini yaa" izin Nandara dengan sopan. "Tiap hari kesini juga gaapa kok" ucap Mara "Gimana sekolah kalian? lagi engga ada latihan ya?" "Iya ma, tumben banget dapet waktufreegini" sahut Gara. Sang Ibunda mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk kedapur. "Kalian makan siang dulu ya, Mama mau masuk dulu" ucap Mara sambil tersenyu
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Pagi ini, Nandara pergi menuju rumah Gara. Hari ini ia ingin menebus kesalahan kecil yang ia buat kemarin, ia rasa Gara masih kesal dengannya. Setelah sampai dirumah Gara, ia langsung menelponnya untuk menyuruhnya turun dan segera pergi ke parkiran. "Woii" sapa Nandara "Woi bro, tumben amat ngajak gue jalan pagi-pagi" ucap Gara "Suntuk gue dirumah, kuy cabut" sahut Nandara, tentu saja ia berbohong, jika tidak maka habislah dia diledek Gara. Gengsinya memang sangat besar. Nandara melajukan mobilnya kesuatu tempat, tempat itu menjadi tempat favorit Gara sedari kecil. Dahulu ia sering menghabiskan waktunya ditempat ini bersama dengan Ibunya. Setiap kali ia merindukan Ibunya, ia akan pergi ke tempat ini dan hari ini ia sangat merindukannya. "Lo mau ke taman lagi, Nan? tanya Gara. Nandara menoleh sebentar kearah Gara
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya. "Kenapa nak?" tanya Bunda Nadia "Engga tante, saya cuma kaget aja" ucap Nandara dengan cepat "Gaapa, wajar kalian kaget, bunda gue kalo masak emang suka banyak-banyak dan hari ini emang beneran kebanyakan" ucap Nadia dengan polos. Bundanya memang suka sekali memasak dalam porsi yang kurang wajar. Padahal dirumahnya hanya empat orang saja. Bayangkan saja, Bunda Nadia memasaknya seperti porsi militer, super duper banyak bukan? "Ayo dimakan dulu" ucap Bunda Nadia sambil tersenyum dan menyodorkan sepiring nasi kehadapan Nandara, Gara, dan juga Nadia. Mereka makan dengan tenang, sesekali mereka tertawa atas tingkah laku Gara yang memuji masakan Bunda Nadia. Bunda
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. "Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara. "Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung. "Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Nandara sampai didepan rumah Gara, ia ingin menelfon Gara untuk menyuruhnya turun, namun ia teringat bahwahandphoneGara ada padanya. Dengan setengah hati, ia turun dan memencet bel rumah Gara. Seseorang dengan mata sembab membuka pintu. "Buset, mata lo kenapa tuh" ucap Nandara, ia sedikit terkejut melihat Gara yang muncul dengan penampilan seperti itu. "HP gue ilangggg" rengek Gara dan mulai terisak lagi. "Apaan sih lo! alay tau ga!" ucap Nandara dengan kesal, ia masuk kedalam rumah Gara dan duduk diatas sofa. Si empunya rumah hanya menutup pintu dengan lemas dan berjalan pelan kearah Nandara untuk ikut duduk. "Nih HP lo!" ucap Nandara sembari menyodorkanhandphonemilik Gara kearah sang pemilik. "LO NYURI HP GUE YA?!" teriak Gara dengan curiga "DIH APAAN SIH LO! EL
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Hari ini turnamen basket tiba, bertepatan dengan olimpiade yang diikuti oleh Gara. Kedua sahabat itu saat ini berada ditempat yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menang.Gara saat ini berada di sebuah sekolah SMA bergengsi, sekolah ini juga rival basket SMA SEVERI, sekolah itu adalah SMA NAGARA. Jauh dilubuk hati Gara, ia mengakui bahwa sekolah itu memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dibandingkan sekolahnya, tapi untuk masalahattitude dan kejujuran, sekolahnya adalah yang terbaik. Ia berani mengatakan hal tersebut karena ia tahu bahwa lawannya ini sering melakukan kecurangan saat lomba.Ruangan olimpiade Gara berada di gedung B, gedung itu adalah gedung khusus ruang kelas 12 dan lab yang akan digunakan anak-anak kelas 12 untuk praktek dan bereksperimen. Gara menuju ruang kelas 12 IPA 3 s
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Sorak sorai penonton masih memenuhi lapangan, tim basket SMA SEVERI saling berpelukan dan berteriak bahagia. Ini memang bukan pertama kalinya mereka menang dalam turnamen, tetapi setiap kali mereka berhasil mengalahkan SMA NAGARA rasanya seperti memanangkan lotre. Rasanya sangat menyenangkan karena otomatis mereka bisa mengalahkan kecurangan dan ketidakadilan.Saat ini, Gara sedang perjalanan kembali menuju sekolah. Ia kembali dengan perasaan senang dan bangga, dengan mengalahkan SMA NAGARA, ia membuktikan bahwa dengan kejujuran dan kerja keras akan menghasilkan hasil yang setimpal. Beberapa menit kemudian, Gara sampai disekolahnya lalu dengan segera menuju lapangan. Sepanjang koridor, murid-murid SMA SEVERI berteriak menyerukan nama SMA SEVERI. Gara bisa menebak hasil dari turnamen basket hari ini, ia mencium bau-bau kemenangan dari Nandara.&nbs
Sore ini Nadia pergi menuju taman. Ia sudah bosan berdiam diri didalam kamar selama satu minggu penuh. Bukan. Bukan karena paksaan bunda, tetapi ia saat ini sedang sakit. Bisa disebut begitu bukan? Nadia duduk termenung pada bangku kosong yang menghadap kearah sebuah kolam besar, ia sedang larut dalam pikirannya. Semua memori pahit itu kembali lagi, dalam seminggu ini ia tidak tenang. Menangis, berteriak, kesakitan, dan takut. Hanya itu yang ia rasakan. Menyedihkan bukan? Tapi ini adalah hal yang harus ia tanggung. Ia sama sekali tak menyesal telah melindungi temannya pada saat itu, ia juga sudah berfikir bahwa ia akan berakhir seperti ini. Sejujurnya, Nadia sangat merindukan teman-temannya. Ia tak ingin mereka merasa bersalah, ini murni terjadi karena ketidaksengajaan. Tidak ada yang mengetahui hal ini selain keluarganya, namun sekarang teman-temannya sudah mengetahui hal tersebut. Sebaiknya saat Nadia kembali sekolah, ia harus meminta maaf. "Nad
"JANGANNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!" teriak Nadia. Namun, terlambat, Gara sudah menuangkan satu ember penuh dengan air kepada Nadia dan Stella melemparkan tepung kearah Nadia, begitupula dengan Nandara. "AAAAAAAAAAAAAA MAAFFF!!! AMPUNNN!!!" teriak Nadia lagi. Seketika ia terduduk dan melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Gara, Nandara, dan Stella kebingungan dengan perilaku Nadia. Semua orang merasa khawatir, Nadia tak berhenti menangis sambil meminta maaf. "Nad! Nad!! lo kenapa??" tanya Stella sambil berlari menghampiri Nadia. "Nadd????" tanya Gara, ia juga menghampiri Nadia. Nandara yang menyaksikan hal tersebut dengan segera pergi kedalam untuk mengambil sebuah handuk. "Jauh" cicit Nadia. "Lo kenapa Nad?? lo gapapa??" tanya Stella sambil membersihkan tepung dari kepala Nadia. "GUE BILANG JAUH!" teriak Nadia. Ia terus menangis ketakutan, badannya bergetar, dadanya terasa sesak. Stella dan Gara dengan sigap berdiri dan me
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Di saat Nandara sedang fokus menonton TV, seseorang mengirimnya sebuah pesan.HandphoneNandara terus mengeluarkan notifikasi, tanda seseorang sedang mengirimkan pesanspampadanya. Nandara memutuskan untuk mengambil HP nya di kamar. Selama menuju kamar, perasaannya sudah tak enak dan benar saja, setelah ia mengambil HP nya, banyak sekali pesan masuk dan itu semua dari orang gila yang tak lain dan tak bukan Gara. Nandara membuka pesan dari Gara yang berisi puluhan huruf "P" dan umpatan-umpatan. Dengan malas, ia membalaschattersebut. Nandara: Apaan. Tak butuh waktu lama, Gara langsung membalas pesan tersebut. Gara: Ultah Nadia lagi 2 hari, kasisurpriseyok! Nandara: Kok lo bisa tau
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Saat ini Nadia sedang bersiap untuk belajar, kelas 12 memang se-padat ini ya? ulangan-kuis-tugas dan terus berulang, membuat Nadia merasa sedikit pusing. Tingg.... Suara notifikasi hp mengalihkan fokus Nadia sementara. Ia mengambil hp-nya untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan. Itu adalah Gara. Nadia mengernyitkan alisnya, kenapa Gara mengirimnya pesan? Gara: Nad Nadia: ya? Gara: Lo lagi belajar? Nadia merasa aneh dengan Gara yang tiba-tiba mengirimkan pesan, alhasil ia mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan sesi belajarnya. Lagi pula, ia harus mempelajari banyak hal untuk ulangan besok. Disisi lain, Gara yang melihat pesannya tidak dibalas memutuskan untuk bertanya pada Stella saja. Padahal ia hanya ingin m
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Gue pengen nyerah, Nad" ucap Stella. Saat ini ia terdengar putus asa dan tidak percaya diri, membuat Nadia sedih melihatnya. "Kenapa?" tanya Nadia. "Gue engga tau harus gimana, kata-kata yang selalu dia bilang ke gue terlalu menyakitkan. Apa harus ya dia sejahat itu?" ucap Stella. Nadia menepuk bahu Stella dan mengusapnya perlahan, ia juga kesal setiap Nandara membalas ucapan Stella. Terlalu kasar untuk perempuan. "Gaapa Stel,you deserve someone better than him. Lo itu cantik, lo tau sendiri selera lo gimana, yang harus lo lakuin sekarangmove on" ucap Nadia menasehati temannya. "Udah gue coba Nad, gue gabisa, gue gabisa lupain dia" sahut Stella, air matanya mulai menetes meskipun sudah ia tahan. "I know it's hard, Stell. Dicoba aja pelan-pelan, gimana?" saran Na
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Tiga 'tuyul' itu sedang panik saat ini, mereka baru saja menyadari bahwa hari ini masih hari sekolah. Tak ada pilihan lain selain berangkat sekarang meskipun terlambat. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, masih ada waktu bagi Gara dan Stella untuk pulang kerumah masing-masing dan bersiap untuk sekolah. Dengan tergesa-gesa mereka pergi kerumah. "Kalian ini kenapa? tumben terlambat" tanya Bu Eri selaku wali kelas mereka. "Maaf bu, kemarin saya belajar buat persiapan olimpiade sampai larut, jadi terlambat bangun" sahut Gara. "Maaf bu, saya bangun terlambat" sahut Stella. "Maaf bu, saya juga" sahut Nandara. "Hadehh, yasudah saya juga gak bisa bantu apa-apa. Kalian ibu hukum lari keliling lapangan aja ya, Nandara sama Gara 5 kali putaran, Stella kamu 3 putaran" Ucap Bu Eri "Baik bu" sahut Nandara, Gara dan
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Astagaa Nanda!!" marah George. Bagaiamana ia tidak marah, anaknya ternyata sedang bermaingamedengan hidung terluka dan sampah makanan berserakan dilantai. Nandara menoleh ke sumber suara dan terperanjat, ia pun sama terkejutnya dengan George saat ini. Terlihat dibelakang George ada Gara dan Stella yang sedang berdiri mematung dengan wajah kusut. "Pantesan gue telfon- telfon daritadi kaga lo angkat, lagi lupa bumi ternyata" ucap Gara. "Udah kayak maling kita diem didepan berdua, mana lampu depan kaga lo idupin lagi!" protes Stella. "Kamu ini kenapa sih Nanda?? untung papa ketemu sama mereka, kalo engga udah habis rumah kita dibakar sama Gara" ucap George. Gara dengan segera menoleh kearah George dengan tatapan seolah-olah ia berkata"Maksud om apa?" Nandara yang mendengar omelan super p
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "aaaaaaaaaaaaaaa" teriak para siswi. "Argghh shhh" ringis Nandara. Nandara terkena bola basket yang melambung keluar dari lapangan. Bola itu tepat mengenai hidungnya hingga berdarah. "Maaf kakk" ucap salah satu juniornya. "Hati-hati woii!! gausah pake emosi mainnya!" ucap Putra kepada temannya yang tak sengaja melempar bola tersebut. "Udah ayo bantu gue bawa kak Nandara ke UKS" perintah Putra. Dengan segera ia bersama para juniornya pergi menuju UKS. Saat ini, Nandara merasakan pusing di kepalanya dan sakit di bagian hidungnya, ia bahkan tak mampu melihat sekelilingnya. Setibanya di UKS, Nandara dengan segera diobati dan diberikan izin untuk pulang lebih awal. Ia sangat beruntung karena hidungnya tidak mengalami hal serius, tetapi tetap saja, efek setelah terkena bola tersebut sangat menyakitkan. Sepertinya juiornya te
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Sejak tadi Nandara sibuk sendiri didalam kamar, ia sibuk mengetik sebuah pesan di handphonenya dan menghapusnya kembali. Kali ini ia ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Nadia. "Gue harus bilang apa ya? hi? halo?" gumam Nandara. "Apa gue telfon aja ya?" "Ehchataja deh" "Eh gimana ya?" "Aduhhhh au ah!! pusing gue lama lama" teriak Nandara dan melemparkan handphonenya ke kasur. Ia tampak frustasi dan pusing, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya denganhandphoneyang masih diatas kasur. Sesaat setelah ia pergi,handphonenya berdering terus menerus, tanda seseorang menelfonnya. Nandara pergi menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan. Ia mengambil tiga bungkus makanan ringan, dua bungkus biskuit coklat, dan satu botol