-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPY ATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-
Seperti yang telah mereka rencanakan, Nandara pergi kerumah Gara untuk bermain game bersama. Sore ini, Nandara tidak memiliki jadwal latihan begitupula dengan Gara, maka dari itu mereka bisa menghabiskan waktu istirahat mereka bersama.
"Permisi tante" ucap Nandara setibanya ia dirumah Gara.
"Permisi, Ma" ucap Gara
"Ehh ada Nanda disini? ayo sini masuk, gaperlu pake salam lagi" sahut Mara, Ibunda Gara.
"Hehehe iya tante, Nanda numpang main disini yaa" izin Nandara dengan sopan.
"Tiap hari kesini juga gaapa kok" ucap Mara "Gimana sekolah kalian? lagi engga ada latihan ya?"
"Iya ma, tumben banget dapet waktu free gini" sahut Gara. Sang Ibunda mengangguk dan mempersilahkan mereka untuk kedapur.
"Kalian makan siang dulu ya, Mama mau masuk dulu" ucap Mara sambil tersenyum lembut.
"Iya tante, makasih banyak"
"Makasih ma"
Setelah Mara pergi dari dapur, mereka berdua menghabiskan makan siang mereka dengan cepat. Mereka sudah tidak sabar untuk bermain game di PS5 yang dimiliki Gara. Sehabis makan, mereka tidak lupa untuk mencuci dan membersihkan meja makan yang mereka gunakan, lalu pergi ke kamar Gara.
"Cepetan idupin" perintah Nandara
"Dih, apaan lo nyuruh-nyuruh gue!" sahut Gara sambil menjatuhkan badannya diatas kasur yang empuk.
"Ck kan lo yang punya PS" decak Nandara
"Kan elo yang mau maen!" sahut Gara tak mau kalah
"Ni orang lama-lama gue tonjok juga ya!" ucap Nandara, ia kelewat kesal dengan sahabatnya itu. Sebenarnya ia juga malas untuk menghidupkannya, ia hanya mencari alasan saja agar temannya meu menghidupkan PS.
"Dih, elu yang mau malah gue yang disuruh. Sarap lo!" ucap Gara sambil berjalan menuju PS-nya. Ia menghidupkan mesin PS lalu mengambil stick PS untuknya dan Nandara.
"Nih, lo mau main apaan?" tanya Gara sambil menyodorkan stick PS kearah Nandara.
"FIFA aja kali ya?" ucap Nandara.
"Taruhan, siapa yang kalah duluan dia yang bayarin pesenan GoMam yang menang" sambung Nandara. Sejujurnya ia masih sangat lapar, maka dari itu ia memanfaat kesempatan yang ada. Ia yakin kali ini Gara kalah melawannya.
"Oke siapa takut!" seru Gara. Dengan semangat yang membara didalam jiwanya, ia menyanggupi taruham Nandara itu. Selang beberapa jam, permainanpun selesai. Seperti yang bisa ditebak, Gara kalah dalam permainan kali ini. Dengan sebal ia menerima hukumannya, ia mengizinkan Nandara untuk memesan makanan apapun yang ia inginkan. Dengan berat hati Gara membayar pesanan yang super duper banyak dan mahal itu.
"Makasiii sultann!!!" ucap Nandara sambil tertawa, ia sangat puas menjahili Gara.
"Sultan pala lu! gantiin uang gue nanti! beli apaan lo sampe hampir 600 ribu!" teriak Gara dengan kesal
"Emang dah lo! dasar perut karung, udah karung bolong lagi!" sambung Gara. Ia sangat ingin mencaci maki sahabatnya ini, tapi mengingat sahabatnya ini sangat garang saat marah, ia sebaiknya menyimpan nyawanya untuk saat ini. Ia tidak siap mati muda.
Setelah satu jam, GoMam milik Nandara sampai. Ia sangat bahagia melihat banyaknya makanan yang ia pesan.
"Eh Gar!" panggil Nandara
"Apaan" jawab Gara dengan ketus
"Kayaknya gue gabisa habisin ini semua deh hehehhe" sahut Nandara dengan polosnya. Tentu saja hal itu membuat Gara naik pitam. Ia melemparkan banyak bantal kearah Nandara dengan perasaan yang campur aduk. Bagaimana tidak? Gara sangat membenci orang yang mubazir. Ia tidak bisa melihat satu butir nasi tercecer, apalagi berbungkus-bungkus makanan seperti saat ini. Ia tidak memasalahkan uangnya, tapi effort dari si pembuat makanan yang membuat ia tidak tega dan marah kepada orang-orang yang dengan gampangnya membuang makanan tersebut dengan kedok 'sudah kenyang' atau 'tidak habis'. Terlebih lagi, ia kalah dalam permainan tadi, membuat ia semakin kesal setiap kali memikirkannya.
"Bodoh! tau gitu secukupnya aja!" ucap Gara dengan emosi
"Hehehe maaf Gar, nanti gue bawa pulang kok, gue kasi adik gue, tetangga, sampe sodara jauh gue deh" sahut Nandara sambil cengengesan. Gara hanya menyipitkan matanya, ia harus melihat Nandara membagikannya sendiri dengan tetangganya.
"Lo kalo kaga bagiin sampe tetangga lo, mampus lo sama gue!" ucap Gara dengan garang
"Iyeee sultann" sahut Nandara dengan santai sambil membuka satu bungkus makanan.
"Lo mau ga?" tanya Nandara
"Kasi gue dua, mau gue kasi buat mama juga" sahut Gara dengan kesal. Nandara menyodorkan 2 box makanan pada Gara. Gara yang menerimanya hanya bisa menahan kesal dan membuka sebungkus makanan tersebut dan langsung melahapnya.
"Lo laper bilang-bilang dong, gausah gengsi gtu xixixixixi" ejek Nandara dengan ketawa alaynya. Sementara itu, Gara hanya bisa menahan kembali emosinya atas ejekan Nandara. Setelah Gara menyelesaikan makanannya, ia membawa sampah miliknya dan juga membawakan Mara makanan yang dipesan Nandara.
"Buset, tu orang cepet amat makannya" ujar Nandara, ia terheran-heran dengan Gara, sepertinya sahabatnya ini dulunya sebuah vaccum cleaner yang tabung penampung debunya bolong. Sekali sedot gaada habisnya, ya sebelas duabelas dengan karung bolong. Tapi lebih modern sedikit.
Gara memasuki kembali kamarnya dengan membawa beberapa cemilan. Seperti biasa mamanya selalu memberinya banyak asupan makanan setiap Nandara bertamu kerumahnya. Gara hanya bisa menuruti kemauan mamanya, walaupun ia tahu bahwa Nandara tidak akan bisa menghabiskan semuanya.
"Nih, asupan gizi buat cacing di perut lo!" ucap Gara sambil melempar cemilan tersebut ke arah Nandara.
"Wihh siap siap nihh gue buka peternakan cacing" canda Nandara.
"DIH JIJIK GUE SAMA LO" teriak Gara sambil menjauh dari Nandara, si empunya cacing hanya bisa tertawa. Ia merasa sangat puas menjahili Gara seharian ini.
"LO KAPAN PULANG SIH?! ENEG GUE LIAT MUKA LO!" sambung Gara
"MAKANAN GUE BELOM HABIS B*GO!" sahut Nandara dengan tidak santai
"YAUDAH CEPET ABISIN!" teriak Gara tak mau kalah
"YA SABAR DONG!" sahut Nandara kembali
Mara yang mendengarnya dari luar hanya bisa menggelengkan kepala, ia merasa heran, walaupun Gara dan Nandara sudah SMA, tetapi kelakuan mereka masih sangat kekanak-kanakan. Mereka seperti kartun Tom and Jerry versi dunia nyata, selalu bersama tetapi sering berdebat atas hal-ahl yang kurang berfaedah. Namun, selama Mara mengetahui persahabatan mereka, ia tak pernah mendengar Gara dan Nandara bertengkar serius.
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kita lihat saja nanti.
-----
Author's note:
Halo semua! kali ini di chapter 3 menggambarkan persahabatan mereka. Maaf kemarin salah nulis tanggal:") efek upload & nulis sampai tengah malam:") semoga kalian suka ya!<3 jangan lupa juga jaga kesehatan!
Terimakasih sudah mampir di cerita ini! jangan lupa tinggalkan jejak berupa rating<3 dan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan untuk membangun cerita ini kalian bisa tulis di kolom komentar ya!
Have a nice day<3
sincerely, Lilly
15.08.2021
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Pagi ini, Nandara pergi menuju rumah Gara. Hari ini ia ingin menebus kesalahan kecil yang ia buat kemarin, ia rasa Gara masih kesal dengannya. Setelah sampai dirumah Gara, ia langsung menelponnya untuk menyuruhnya turun dan segera pergi ke parkiran. "Woii" sapa Nandara "Woi bro, tumben amat ngajak gue jalan pagi-pagi" ucap Gara "Suntuk gue dirumah, kuy cabut" sahut Nandara, tentu saja ia berbohong, jika tidak maka habislah dia diledek Gara. Gengsinya memang sangat besar. Nandara melajukan mobilnya kesuatu tempat, tempat itu menjadi tempat favorit Gara sedari kecil. Dahulu ia sering menghabiskan waktunya ditempat ini bersama dengan Ibunya. Setiap kali ia merindukan Ibunya, ia akan pergi ke tempat ini dan hari ini ia sangat merindukannya. "Lo mau ke taman lagi, Nan? tanya Gara. Nandara menoleh sebentar kearah Gara
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Wahhhhh" ucap Gara dan Nandara setelah melihat meja makan. Nadia yang melihat meja tersebut memasang wajah biasa, seakan hal tersebut memang lumrah terjadi dikeluarganya. "Kenapa nak?" tanya Bunda Nadia "Engga tante, saya cuma kaget aja" ucap Nandara dengan cepat "Gaapa, wajar kalian kaget, bunda gue kalo masak emang suka banyak-banyak dan hari ini emang beneran kebanyakan" ucap Nadia dengan polos. Bundanya memang suka sekali memasak dalam porsi yang kurang wajar. Padahal dirumahnya hanya empat orang saja. Bayangkan saja, Bunda Nadia memasaknya seperti porsi militer, super duper banyak bukan? "Ayo dimakan dulu" ucap Bunda Nadia sambil tersenyum dan menyodorkan sepiring nasi kehadapan Nandara, Gara, dan juga Nadia. Mereka makan dengan tenang, sesekali mereka tertawa atas tingkah laku Gara yang memuji masakan Bunda Nadia. Bunda
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Ah! Sialan!" maki Nandara, ia merasa frustasi dan akhirnya memutuskan untuk pergi kesana lain kali saja. Ia melajukan mobilnya menuju rumah. Sesampainya dirumah, Nandara langsung menuju kamar dan mengurung diri. Hari ini sangat berat baginya, setelah mengunjungi rumah Nadia, ia malah makin merindukan mamanya. Memori yang masih melekat dikepalanya terus berputar, ia tak tahan lagi, ia ingin menangis. Saat Nandara sedang kalut dalam pikirannya, seseorang mengetuk pintu kamar Nandara. Nandara bangun dari tempat tidurnya lalu beranjak pergi untuk membuka pintu kamar. "Nan, mau ikut papa?" tanya orang yang mengetuk pintunya tadi, ia adalah papanya Nandara. "Kemana, Pa?" sahut Nandara dengan bingung. "Papa kangen Mama, rencananya mau ke makam Mama hari ini" ucap papa Nandara dengan hati-hati, ia tahu bahwa putranya ini masih
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Nandara sampai didepan rumah Gara, ia ingin menelfon Gara untuk menyuruhnya turun, namun ia teringat bahwahandphoneGara ada padanya. Dengan setengah hati, ia turun dan memencet bel rumah Gara. Seseorang dengan mata sembab membuka pintu. "Buset, mata lo kenapa tuh" ucap Nandara, ia sedikit terkejut melihat Gara yang muncul dengan penampilan seperti itu. "HP gue ilangggg" rengek Gara dan mulai terisak lagi. "Apaan sih lo! alay tau ga!" ucap Nandara dengan kesal, ia masuk kedalam rumah Gara dan duduk diatas sofa. Si empunya rumah hanya menutup pintu dengan lemas dan berjalan pelan kearah Nandara untuk ikut duduk. "Nih HP lo!" ucap Nandara sembari menyodorkanhandphonemilik Gara kearah sang pemilik. "LO NYURI HP GUE YA?!" teriak Gara dengan curiga "DIH APAAN SIH LO! EL
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Hari ini turnamen basket tiba, bertepatan dengan olimpiade yang diikuti oleh Gara. Kedua sahabat itu saat ini berada ditempat yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama, yaitu menang.Gara saat ini berada di sebuah sekolah SMA bergengsi, sekolah ini juga rival basket SMA SEVERI, sekolah itu adalah SMA NAGARA. Jauh dilubuk hati Gara, ia mengakui bahwa sekolah itu memiliki fasilitas yang jauh lebih bagus dibandingkan sekolahnya, tapi untuk masalahattitude dan kejujuran, sekolahnya adalah yang terbaik. Ia berani mengatakan hal tersebut karena ia tahu bahwa lawannya ini sering melakukan kecurangan saat lomba.Ruangan olimpiade Gara berada di gedung B, gedung itu adalah gedung khusus ruang kelas 12 dan lab yang akan digunakan anak-anak kelas 12 untuk praktek dan bereksperimen. Gara menuju ruang kelas 12 IPA 3 s
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-Sorak sorai penonton masih memenuhi lapangan, tim basket SMA SEVERI saling berpelukan dan berteriak bahagia. Ini memang bukan pertama kalinya mereka menang dalam turnamen, tetapi setiap kali mereka berhasil mengalahkan SMA NAGARA rasanya seperti memanangkan lotre. Rasanya sangat menyenangkan karena otomatis mereka bisa mengalahkan kecurangan dan ketidakadilan.Saat ini, Gara sedang perjalanan kembali menuju sekolah. Ia kembali dengan perasaan senang dan bangga, dengan mengalahkan SMA NAGARA, ia membuktikan bahwa dengan kejujuran dan kerja keras akan menghasilkan hasil yang setimpal. Beberapa menit kemudian, Gara sampai disekolahnya lalu dengan segera menuju lapangan. Sepanjang koridor, murid-murid SMA SEVERI berteriak menyerukan nama SMA SEVERI. Gara bisa menebak hasil dari turnamen basket hari ini, ia mencium bau-bau kemenangan dari Nandara.&nbs
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Gue? gue dibully" sahut Nadia."Maaf Nad, gue gatau" ucap Stella. Nadia tersenyum tipis, ia melihat kearah api unggun dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Nandara, Gara, dan juga Stella merasa bersalah karena penasaran mengenai kepindahannya."Gapapa, sekarang gue udah terbiasa lagi. Gue udah nemu orang yang bisa gue percaya sebagai teman" ucap Nadia. Nandara memerhatikannya diam-diam dari samping, ia merasa kasihan pada Nadia."Kalian. Kalian orang yang gue maksud" sambung Nadia. Gara dan Stella menoleh kearah Nadia lagi, mereka terkejut."Gue tau, gue belum lama kenal sama kalian. Tapi, gue selalu anggap kalian sahabat" Nadia dengan serius menatap api unggun didepannya. Ia merasa aman untuk saat ini, ia juga harus mulai percaya pada temannya sekarang."Percaya sama gue Nad, gue kawan yang setia kok" uc
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI-"Nad, udah sampe" ucap Nandara. Ternyata sepanjang perjalanan, Nadia tertidur pulas. Nandara memperhatikan Nadia yang sedang tertidur, ia merasa hatinya sedang berolahraga saat ini. Gadis itu sangat polos dan menarik perhatian Nandara selama ini.Nadia terbangun karena panggilan dari Nandara, ia sangat terkejut. Bisa-bisanya ia tidur di mobil Nandara. Ia sendiri tak habis pikir, apa yang ia pikirkan sampai tertidur dimobil orang?? Nadia membenarkan tempat duduknya dan bersiap-siap untuk turun."Ehh maaf Nan, gue ga sengaja ketiduran tadi" ucap Nadia dengan perasaan bersalah."Gaapa, udah sana turun, titip salam sama bunda lo Nad" suruh Nandara."Iya, makasi ya tumpangannya" ucap Nadia lalu turun dari mobil Nandara. Tak lama kemudian mobil milik Nandara melesat pergi menjauhi Nadia yang masih berdiri didepan gerbang rumahnya.
Sore ini Nadia pergi menuju taman. Ia sudah bosan berdiam diri didalam kamar selama satu minggu penuh. Bukan. Bukan karena paksaan bunda, tetapi ia saat ini sedang sakit. Bisa disebut begitu bukan? Nadia duduk termenung pada bangku kosong yang menghadap kearah sebuah kolam besar, ia sedang larut dalam pikirannya. Semua memori pahit itu kembali lagi, dalam seminggu ini ia tidak tenang. Menangis, berteriak, kesakitan, dan takut. Hanya itu yang ia rasakan. Menyedihkan bukan? Tapi ini adalah hal yang harus ia tanggung. Ia sama sekali tak menyesal telah melindungi temannya pada saat itu, ia juga sudah berfikir bahwa ia akan berakhir seperti ini. Sejujurnya, Nadia sangat merindukan teman-temannya. Ia tak ingin mereka merasa bersalah, ini murni terjadi karena ketidaksengajaan. Tidak ada yang mengetahui hal ini selain keluarganya, namun sekarang teman-temannya sudah mengetahui hal tersebut. Sebaiknya saat Nadia kembali sekolah, ia harus meminta maaf. "Nad
"JANGANNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!" teriak Nadia. Namun, terlambat, Gara sudah menuangkan satu ember penuh dengan air kepada Nadia dan Stella melemparkan tepung kearah Nadia, begitupula dengan Nandara. "AAAAAAAAAAAAAA MAAFFF!!! AMPUNNN!!!" teriak Nadia lagi. Seketika ia terduduk dan melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Gara, Nandara, dan Stella kebingungan dengan perilaku Nadia. Semua orang merasa khawatir, Nadia tak berhenti menangis sambil meminta maaf. "Nad! Nad!! lo kenapa??" tanya Stella sambil berlari menghampiri Nadia. "Nadd????" tanya Gara, ia juga menghampiri Nadia. Nandara yang menyaksikan hal tersebut dengan segera pergi kedalam untuk mengambil sebuah handuk. "Jauh" cicit Nadia. "Lo kenapa Nad?? lo gapapa??" tanya Stella sambil membersihkan tepung dari kepala Nadia. "GUE BILANG JAUH!" teriak Nadia. Ia terus menangis ketakutan, badannya bergetar, dadanya terasa sesak. Stella dan Gara dengan sigap berdiri dan me
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Di saat Nandara sedang fokus menonton TV, seseorang mengirimnya sebuah pesan.HandphoneNandara terus mengeluarkan notifikasi, tanda seseorang sedang mengirimkan pesanspampadanya. Nandara memutuskan untuk mengambil HP nya di kamar. Selama menuju kamar, perasaannya sudah tak enak dan benar saja, setelah ia mengambil HP nya, banyak sekali pesan masuk dan itu semua dari orang gila yang tak lain dan tak bukan Gara. Nandara membuka pesan dari Gara yang berisi puluhan huruf "P" dan umpatan-umpatan. Dengan malas, ia membalaschattersebut. Nandara: Apaan. Tak butuh waktu lama, Gara langsung membalas pesan tersebut. Gara: Ultah Nadia lagi 2 hari, kasisurpriseyok! Nandara: Kok lo bisa tau
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Saat ini Nadia sedang bersiap untuk belajar, kelas 12 memang se-padat ini ya? ulangan-kuis-tugas dan terus berulang, membuat Nadia merasa sedikit pusing. Tingg.... Suara notifikasi hp mengalihkan fokus Nadia sementara. Ia mengambil hp-nya untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan. Itu adalah Gara. Nadia mengernyitkan alisnya, kenapa Gara mengirimnya pesan? Gara: Nad Nadia: ya? Gara: Lo lagi belajar? Nadia merasa aneh dengan Gara yang tiba-tiba mengirimkan pesan, alhasil ia mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan sesi belajarnya. Lagi pula, ia harus mempelajari banyak hal untuk ulangan besok. Disisi lain, Gara yang melihat pesannya tidak dibalas memutuskan untuk bertanya pada Stella saja. Padahal ia hanya ingin m
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Gue pengen nyerah, Nad" ucap Stella. Saat ini ia terdengar putus asa dan tidak percaya diri, membuat Nadia sedih melihatnya. "Kenapa?" tanya Nadia. "Gue engga tau harus gimana, kata-kata yang selalu dia bilang ke gue terlalu menyakitkan. Apa harus ya dia sejahat itu?" ucap Stella. Nadia menepuk bahu Stella dan mengusapnya perlahan, ia juga kesal setiap Nandara membalas ucapan Stella. Terlalu kasar untuk perempuan. "Gaapa Stel,you deserve someone better than him. Lo itu cantik, lo tau sendiri selera lo gimana, yang harus lo lakuin sekarangmove on" ucap Nadia menasehati temannya. "Udah gue coba Nad, gue gabisa, gue gabisa lupain dia" sahut Stella, air matanya mulai menetes meskipun sudah ia tahan. "I know it's hard, Stell. Dicoba aja pelan-pelan, gimana?" saran Na
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Tiga 'tuyul' itu sedang panik saat ini, mereka baru saja menyadari bahwa hari ini masih hari sekolah. Tak ada pilihan lain selain berangkat sekarang meskipun terlambat. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, masih ada waktu bagi Gara dan Stella untuk pulang kerumah masing-masing dan bersiap untuk sekolah. Dengan tergesa-gesa mereka pergi kerumah. "Kalian ini kenapa? tumben terlambat" tanya Bu Eri selaku wali kelas mereka. "Maaf bu, kemarin saya belajar buat persiapan olimpiade sampai larut, jadi terlambat bangun" sahut Gara. "Maaf bu, saya bangun terlambat" sahut Stella. "Maaf bu, saya juga" sahut Nandara. "Hadehh, yasudah saya juga gak bisa bantu apa-apa. Kalian ibu hukum lari keliling lapangan aja ya, Nandara sama Gara 5 kali putaran, Stella kamu 3 putaran" Ucap Bu Eri "Baik bu" sahut Nandara, Gara dan
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "Astagaa Nanda!!" marah George. Bagaiamana ia tidak marah, anaknya ternyata sedang bermaingamedengan hidung terluka dan sampah makanan berserakan dilantai. Nandara menoleh ke sumber suara dan terperanjat, ia pun sama terkejutnya dengan George saat ini. Terlihat dibelakang George ada Gara dan Stella yang sedang berdiri mematung dengan wajah kusut. "Pantesan gue telfon- telfon daritadi kaga lo angkat, lagi lupa bumi ternyata" ucap Gara. "Udah kayak maling kita diem didepan berdua, mana lampu depan kaga lo idupin lagi!" protes Stella. "Kamu ini kenapa sih Nanda?? untung papa ketemu sama mereka, kalo engga udah habis rumah kita dibakar sama Gara" ucap George. Gara dengan segera menoleh kearah George dengan tatapan seolah-olah ia berkata"Maksud om apa?" Nandara yang mendengar omelan super p
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- "aaaaaaaaaaaaaaa" teriak para siswi. "Argghh shhh" ringis Nandara. Nandara terkena bola basket yang melambung keluar dari lapangan. Bola itu tepat mengenai hidungnya hingga berdarah. "Maaf kakk" ucap salah satu juniornya. "Hati-hati woii!! gausah pake emosi mainnya!" ucap Putra kepada temannya yang tak sengaja melempar bola tersebut. "Udah ayo bantu gue bawa kak Nandara ke UKS" perintah Putra. Dengan segera ia bersama para juniornya pergi menuju UKS. Saat ini, Nandara merasakan pusing di kepalanya dan sakit di bagian hidungnya, ia bahkan tak mampu melihat sekelilingnya. Setibanya di UKS, Nandara dengan segera diobati dan diberikan izin untuk pulang lebih awal. Ia sangat beruntung karena hidungnya tidak mengalami hal serius, tetapi tetap saja, efek setelah terkena bola tersebut sangat menyakitkan. Sepertinya juiornya te
-PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! DIMOHON UNTUK JANGAN MEN-COPYATAUPUN MENJIPLAK CERITA INI- Sejak tadi Nandara sibuk sendiri didalam kamar, ia sibuk mengetik sebuah pesan di handphonenya dan menghapusnya kembali. Kali ini ia ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Nadia. "Gue harus bilang apa ya? hi? halo?" gumam Nandara. "Apa gue telfon aja ya?" "Ehchataja deh" "Eh gimana ya?" "Aduhhhh au ah!! pusing gue lama lama" teriak Nandara dan melemparkan handphonenya ke kasur. Ia tampak frustasi dan pusing, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya denganhandphoneyang masih diatas kasur. Sesaat setelah ia pergi,handphonenya berdering terus menerus, tanda seseorang menelfonnya. Nandara pergi menuju dapur untuk mengambil beberapa camilan. Ia mengambil tiga bungkus makanan ringan, dua bungkus biskuit coklat, dan satu botol