Share

BR ~ 6

“Saya ... Indah.”

Tidak bisa berkelit, akhirnya Indah mengikuti sandiwara yang dilakukan Sabda. Dengan terpaksa dan tanpa persiapan, Indah mau tidak mau mengulurkan tangannya lebih dulu pada Regan untuk memperkenalkan diri. Berusaha keras menutupi kegugupannya, walaupun tangannya kini terasa beku tidak terkira. Mungkin, Regan bisa merasakan hal itu ketika menjabat tangan Indah.

“Panggil saya Om Regan kalau begitu.” Kendati sempat terkejut dan curiga, Regan akhirnya menyambut uluran tangan Indah dengan hangat setelah tahu gadis itu adalah kekasih Sabda. “Akhirnya, bawa pacar juga kamu, Sab!”

“Iya, Om!” Sabda semakin merapatkan tubuh Indah, ketika melihat tatapan datar Wahyu padanya. “Akhirnya.”

“Buruan nyusul Wahyu!” Regan tersenyum ramah dan memberi anggukan kecil. Setelahnya, ia kembali beralih pada Wahyu dan bertanya mengenai putrinya. “Ke mana April, Yu?”

Wahyu menarik panjang napasnya sambil menatap papa mertuanya. “Sama MUA-nya. Ada yang lepas di rambutnya, jadi ke belakang sebentar. Aku nggak ngerti.”

“Oh, oke!” Regan mengusap kedua telapak tangannya sebentar, sambil memandang Indah dan Sabda bergantian. “Enjoy the party. Om tinggal dulu.”

Wahyu mengangguk singkat pada Regan, kemudian kembali melihat Sabda. “Sandiwaranya sudah selesai,” ujarnya sembari menunjuk tangan Sabda yang masih mengalung erat di pinggang Indah. “Lepas.”

Sebelum Sabda melonggarkan jemarinya, Indah lebih dulu menyingkirkan tangan pria itu. Menjaga jarak, untuk mencari ketenangan yang sempat hilang dari dirinya.

“Harusnya, yang tadi itu nggak perlu terjadi,” ucap Indah lalu menarik napas panjang dengan perlahan. Ada sedikit rasa lega, walaupun setelah ini ia harus lebih waspada. “Tapi, terima kasih banyak.”

“Cuma terima kasih?” tanya Sabda tidak bisa melepas tatapannya dari sosok Indah.

“Memangnya apa yang kamu harapkan?” sahut Wahyu bersedekap. “Indah nggak minta pertolongan kamu.” 

“Lebih baik kamu urus istrimu.” Sabda menunjuk ke arah April yang sepertinya baru kembali. “Karena Indah, bukan urusanmu.”

“Dan bukan urusanmu juga,” balas Wahyu cepat.

“Aku pergi dan sekali lagi, terima kasih.” Indah juga menyela cepat, karena tidak ingin berada di dalam gedung tersebut terlalu lama. Ada hal yang harus Indah pikir ulang, terkait rencananya yang tidak berjalan mulus.

Wahyu menghalangi tubuh Indah yang baru saja berputar dan hendak melangkah. “Aku belum tahu apa niatmu, tapi, berhenti sampai di sini.”

Indah menatap tegas, walaupun kekhawatiran itu sejak tadi selalu menyelimuti tekadnya. “Memangnya, apa yang harus aku hentikan?”

“Urus, urusanmu sendiri, Yu!” Sabda meraih pergelangan tangan Indah, lalu menariknya menjauh dari Wahyu yang baru membuka mulut. “Wahyu betul. Apa pun yang kamu rencanakan, berhenti di sini.”

Indah berhenti melangkah dan menarik cepat tangannya dari genggaman Sabda, setelah menjauh dari Wahyu. “Dan kita, berhenti sampai di sini.”

“Kamu yang harusnya berhen—”

“Sabdaaa ...”

Sabda mendesis detik itu juga, saat mendengar suara mamanya memanggil. Memasang senyum dan menoleh ke arah asal suara yang sosoknya ternyata sudah di depan mata. Wanita itu memandang Indah dengan sorot penasaran, juga bahagia.

“Kata om Regan, kamu bawa pacar ke sini?”

Sabda mengangguk, seraya menarik pelan lengan Indah. Ia tidak akan mengelak, karena sudah memulai semuanya. “Mama, ini Indah,” ujarnya memperkenalkan gadis yang mendadak terlihat bingung pada sang mama, Syifa. “Indah, ini mamaku.”

“Kenapa nggak dari tadi dikenalin.” Syifa melirik kesal pada Sabda, kemudian tersenyum pada Indah. Lebih dulu meraih tangan kanan Indah, lalu menggenggam dan menepuk pelan. “Besok, main ke rumah. Biar Tante suruh Sabda jemput kamu sebelum makan siang, oke, ya!”

“Maaf, Tante.” Kenapa banyak sekali kejutan yang didapat Indah malam ini. Semua rencana yang disusunnya buyar, berganti dengan hal-hal yang berada di luar bayangannya. “Besok saya kerja, jadi nggak bisa datang ke rumah.”

“Besok ... minggu, kan?” Syifa menatap sebentar pada putranya, lalu kembali pada Indah. “Kamu kerja ... di?”

“Warta.”

“Ahh ... sebagai?”

“Reporter,” jawab Indah belum bisa menarik tangannya dari genggaman Syifa. “Reporter magang, Tan. Saya karyawan baru.”

“Anak baru.” Syifa mengangguk-angguk dan mulai sedikit paham. Jika status Indah masih karyawan baru, itu artinya Sabda baru saja menjalin hubungan dengan gadis tersebut. Setelah ini, Syifa akan bicara dengan suaminya lebih dulu. “Kapan libur?”

“Saaab ... tu, depan.”

“Kalau gitu sabtu depan ke rumah Tante, oke!” Syifa menepuk pelan punggung tangan Indah sebelum melepaskannya. Sebenarnya, Syifa ingin berbicara lebih banyak agar bisa mengenal Indah lebih dekat. Namun, momen pertemuan mereka saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk itu. “Selamat bersenang-senang! Tante pergi dulu.”

“Makasih, Tante.” Indah tersenyum dan mengangguk untuk melepas kepergian Syifa. Setelah itu, tatapannya sempat bersirobok dengan Wahyu yang kembali menggandeng April. Namun, Indah segera membuang wajah untuk melihat Sabda, karena tatapan Wahyu sungguh membuatnya tidak nyaman. Indah merasakan sesuatu yang aneh, tetapi ia tidak bisa menjelaskan hal tersebut. “Bilang ke mamamu, aku nggak bisa datang sabtu nanti. Dan tolong, jangan lagi bikin sandiwara seperti tadi, karena aku nggak suka. Aku pulang dulu, dan terima kasih buat semuanya.”

~~~~~~~~~~~~~

Indah tidak tahu bagaimana harus menggambarkan perasaannya setelah bertemu April dan Regan di dalam sana. Banyak hal yang tidak terucap dan semua itu membuat hatinya semakin kacau. Rasa sakit yang dirasakannya semakin mendalam karena kehidupan keluarga Kalingga ternyata baik-baik saja. Seharusnya, dialah yang berada di dalam sana. Atau, jika semuanya berjalan dengan baik, mungkin Indahlah yang saat ini mengenakan gaun pengantin mewah dan menjalani pernikahan impiannya.

Namun, kenyataan tidak seperti yang dia bayangkan. Saat ini, dia menjalani hidup dalam kesendirian dan harus berjuang keras di luar sana untuk bertahan hidup.

“Halo.” Lamunan Indah terpecah ketika ponsel yang ia genggam bergetar dan segera menerima panggilan tersebut. “Oh, iya, iya. Sudah lihat.”

Indah mengakhiri panggilan tersebut, saat melihat taksi yang dipesannya berjalan pelan menuju area drop-off lobby. Sembari berjalan menghampiri, ia memasukkan ponsel ke dalam tas pesta. Membuka pintu mobil penumpang bagian belakang, lalu masuk dan duduk dengan helaan lega.

Saat Indah baru saja membuka mulut untuk menyapa sopir, pintu mobil di kiri dan kanannya mendadak terbuka. Dalam sekejap, dua orang sudah duduk di sampingnya, mengapitn rapat.

“Si-siapa kalian ...

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
astaga... Indah diculik? padahal baru saja diperingati loh kok udah sat set aja nih..
goodnovel comment avatar
Aisha Arkana
Hadir Thor... ceritanya ini ngga ada berhubungan dengan novel yg sebelumnya, tokoh baru semua...
goodnovel comment avatar
tralala
Kira2 indah bakal sm Sabda atau Wahyu nih?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status