Risa semakin takut dengan pemandangan yang iya lihat, kedua matanya terbelalak kaget melihat seutas tali yang masi terpasang di langit-langit kamar bekas gantung diri Lisa.iya merasa heran mengapa kamar serta gantungan tali bekas Lisa tidak dibersihkan mamanya.
Seketika tubuhnya merinding, iya melangkah mundur melihat semua itu. Tanpa sengaja tangannya menyenggol sepucuk surat yang ada di atas nakas. Iya meraih surat itu dan memperhatikan nya secara saksama.
"Apa surat ini yang mamanya lisa maksud,"ujarnya. Iya kemudian membuka surat itu lalu membacanya. Surat itu bertuliskan"kau akan menyusulku," Risa terlonjak kaget setelah membaca surat yang ditujukan padanya. Iya merasa heran,mengapa Lisa menulis surat seperti itu untuknya. Tiba-tiba semua benda yang ada di dalam kamar itu bergerak dan melayang di udara. Risa tertegun melihat semua itu. Dengan panik, Iya memutar diri hendak keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba Iya dikejutkan dengan sosok wanita yang sangat menyeramkan berdiri tepat di hadapannya. Dengan tali yang masih terikat di leher, sosok hantu wanita itu terlihat sangat menanamkan kebencian kepada dirinya.
"Kyaaaaaaa!!"teriak Risa yang terguncang ketakutan. Iya dengan panik segera berlari keluar dari kamar. Dengan langkah yang pontang-panting, iya dengan cepat menyusuri anak tangga untuk memberitahukan semua kejadian yang barusan ia alami kepada pacar serta teman-temannya.
Sesampainya di bawah, Risa dikejutkan lagi dengan ekspresi semua orang yang diam membisu dan malah menatap aneh dirinya. Iya tidak terlalu mempedulikan hal itu, Iya segera menghampiri Radit dan teman-teman lainnya.
"Adiittt, Ditt tadi di atas ada hantu"kata Risa ngos-ngosan. Adit hanya menatap tajam dirinya, bukan hanya pacarnya, tetapi teman dan semua orang yang ada di situ malah melemparkan tatapan mematikan kepadanya.
"Ka_kalian ke_kenapa?"lirihnya terputus-putus.
"Kau akan menyusulnya"ujar Radit menghadapkan tubuhnya ke arah Risa.
"Dittttt, Raditt, kamu ke_kenapa."
"Kau akan menyusulnya,"teriak Radit yang diikuti semua orang
"Kau akan menyusulnya," teriak semua orang dengan lantang dan nyaring. Semua orang itu juga dengan aneh berjalan mengelilingi nya sembari meneriakkan kata kata yang sama.
Risa kembali diguncang ketakutan, iya tidak tahu harus berbuat apa. Semua orang telah mengepungnya bahkan pacar serta teman-temannya.
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaa ... " Teriak Risa sembari menutup kedua telinganya.
"Bruuuuuuuuukkkkk."iya kemudian ambruk dan tak sadarkan diri.
**
Keesokan harinya, Pak Darwin sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit. Iya dan istriya langsung bergegas ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari Radit kemarin sore.
"In Pah makanan dan minumnya," ujar Bu Delia sembari memberikan sebuah rantang berisikan bekal dari bi maya.
"Makasih mah"
Tak lama kemudian, Radit pun datang untuk menjenguk pacarannya yang masih terbaring di rumah sakit. Iya langsung menghampiri kedua orangtua Risa yang hendak melahap sarapan paginya.
"Pagi Tante, om,"Sapa Radit dengan sekeranjang buah di tangannya.
"Pagi Dit,"balas Bu Delia.
"Siapa mah?" Tanya pak Darwin.
"Ini Radit temannya Risa, dia yang kemarin nelpon papa waktu Risa pingsan."jelas Bu Delia.
"Oh kamu yah. Om mau tanya, Risa kok bisa sampai pingsan kemarin. Apa yang terjadi?"
"Saya juga kurang paham Om. kemarin sewaktu risa keluar dari kamar almarhum lisa, dia itu sudah terlihat aneh. dia terus berteriak dan merontah-rontah untuk tidak di dekati. Kami semua bingung mengapa hal ini bisa terjadi"jelas Radit.
"Kok bisa begitu ya pah?"kata Bu Delia cemas.
"Entahlah Mah, papa juga tidak mengerti."
"Ya sudah, masuklah. Barangkali dengan kedatanganmu bisa membuat Risa sadar dari pingsannya sedari kemarin.
"Oh baiklah, Om, Tante." Punkas Radit lalu masuk ke dalam kamar pasien Risa.
Di dalam kamar, Risa masih terbaring lemah dengan jarum infus yang menempel di tangan kirinya.Radit segera menghampirinya, iya meletakkan buah di atas nakas lalu duduk di kursi samping pacarnya.
Dengan penuh perhatian, iya mengelus pucuk kepala wanita yang masi tak sadarkan diri sendari kemarin itu. Tiba-tiba Risa membelalakkan kedua matanya, Radit yang melihat hal itu langsung terkejut hingga tersungkur ke lantai.
"Riss ... Risa, ka_kau sudah sadar?"tanyanya gugup. Risa yang tadi menatap tajam lurus langit-langit kamar, tiba-tiba memalingkan pandangannya menatap Radit yang sudah bangkit dari jatuhnya. Risa menyengir dengan anehnya hingga memperlihatkan semua gigi depannya.
Radit menelan paksa salivanya lalu berkata dengan sedikit ragu."Riss_Risa ada aa_pa denganmu?"
"Hihihihihihihihi,"balas Risa tertawa histeris. Dari kedua sorot matanya, iya seakan berbeda dari sebelumnya. Radit sedikit takut untuk mendekatinya.
Iya segera keluar untuk memanggil kedua orangtua Risa.
"Om,Risa Om,"ujarnya dengan nada sedikit tinggi. Kedua orang tua yang sedang menyantap perbekalannya langsung berlari menghampiri teriakan itu.
"Kenapa Risa?"tanya pak Darwin sedikit panik.
Radit tidak menggubris pertanyaan itu, iya langsung masuk kembali dengan kedua orang yang tadi di panggilnya. Sementara Risa masi dengan tawanya yang menyeramkan layaknya kuntilanak itu. Kedua orangtuanya panik melihat kondisi anaknya yang baru sadar tetapi kondisinya malah seperti ini.
"Dit panggil dokter!"
"Baik Om." Radit segera berlari keluar untuk meminta pertolongan dari dokter yang merawat Risa. Selang beberapa menit kemudian, Radit datang dengan dokter dan satu orang suster yang mengekor di belakangnya.
"Dok anak saya kenapa?" Tanya pak Darwin antusias.
"Tenang pak, suster berikan obat penenang pada pasien."titah sang dokter. Sementara dirinya melakukan pemeriksaan terhadap Risa.
Bu Delia hanya bisa menangis melihat kondisi anaknya yang seperti itu. Kemarin pagi semuanya masi terlihat normal dan baik-baik saja, namun sekarang anak semata wayangnya itu malah terbaring di ranjang pasien seperti ini.
"Dok apa sebenarnya yang terjadi kepada putri saya Dok?"tanya pak Darwin.
"Kondisinya baik. Hanya saja, dia mengalami tekanan yang besar sehingga mengalami kejadian yang itu tadi. "Jelas Dokter.
"Saya pamit dulu, masi ada pasien lain yang harus saya periksa",pungkas sang Dokter lalu beranjak pergi.
"Om,Tante, saya pamit dulu. Saya harus segera kembali ke kampus. Besok saya datang lagi."pamit Radit.
"Iya pergilah nak," kata Bu Delia.
Malam harinya, Bu Delia yang tertidur di kursi sofa samping anaknya, di bangunkan oleh suara gaduh dari balik pintu kamar.
"Siapa sih, malam-malam begini. Apa jangan-jangan perawat yah, tapi kok gak langsung masuk aja,"ujarnya penasaran dengan suara ketukan yang sedari tadi hingga membangunkan nya. Bu Delia berjalan ke dekat pintu untuk melihat siapa dibalik semua ini.
Sontak iya membuat pintu kamar dan melihat ternyata tidak ada orang di balik pintu itu.
"Ih siapa sih yang jahil malam-malam begini,"keselnya. Iya melihat suasana di luar kamar terlihat sepi dan tidak ada tanda-tanda pergerakan dari seseorang di sana. Iya hendak melangkahkan kakinya untuk kembali masuk namun tiba-tiba iya merasa ada yang memegang kakinya. Delia memberanikan diri untuk menundukkan kepalanya.
"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi."Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?""Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang.""Ada mah, ada!"
"Iya dong. Aku tuh bosan banget tau gak sih di rumah sakit itu hanya ada bau obat-obatan, aku ennek banget rasanya.""Emang perawat gak pernah bawa kamu keluar?"tanya Radit sedikit menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya."Yah enggak lah.""Yaudah nanti siang aku akan ke rumah sakit lagi."ucap Radit sembari menenggelamkan kakinya ke bawa air kolam yang sejuk."Hah, ngapain?""Yah buat marahin perawatannya lah, siapa suruh dia ngurung kamu di kamar pasien mulu. Lihat nih pacar aku jadi bete kan."kata Radit dengan senyum tipis di wajahnya."Hahahha ... Kamu apaan sih,"ujar Risa tertawa."Woee kalian berdua, ingat kami ada di sini. Kalo udah ketemu aja, dunia berasa milik berdua lah kami ini hanya ngontrak hahahah," kata Shela menengahi obrolan sepasang kekasih itu."Hahahhaha enggak kali,"balas Risa tersenyum kepada sahabatnya Shela."Udah ah. Eh gue sama Jessy balik yah,"pamit Shela."Loh kok cepet sih."
"Yaudah, kalian ikut aku,"ucap Risa kemudian meringkus tangan kedua sahabatnya menuju toilet wanita. Iya berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menyadari bahwa Radit, Adria dan Rangga memanggilnya sedari tadi."Dah udah. Kita sudah di toilet, emang apa sih yang mau kau tunjukkin sama kita,"ujar shela"Lihat ini,"tunjuk Risa sembari melepas syal yang ada di lehernya. Kedua orang itu langsung di kejutkan dengan lebam hitam yang ada di leher Risa. Bekas itu terlihat seperti tali yang melingkar mencekik leher."Kok bisa gini? Ya ampun," lirih Shela syok."Ini pasti sakit banget!"kata Jessy merasa negeri"Ya ampun, jangan-jangan kamu juga ingin bunuh diri seperti lisa lagi. Ihh jangan dong jangan."kata Jessy"Banyak loh yang sayang sama kamu, masa iya kamu mau ninggalin dunia yang sangat peduli sama kamu,"imbuh Shela."Aduhh ... Udah dong, aku tuh mana mungkin punya niat buat bunuh diri. Kalian pikir aku gak sayang apa sama nyawaku sendi
"Brakkkk!! " Suara dentuman keras itu kembali mengagetkan Jessy."Astaga!"ucapnya kaget sembari mengelus dadanya."Ihhhh, siapa sih itu. Aku harus liat, pasti ada orang yang iseng ngerjain aku." Geramnya.Iya perlahan berjalan mendekati beberapa kamar kecil yang pintunya masih tertutup. Jessy dengan penasarannya membuka setiap pintu kamar kecil itu. Iya telah membuka empat pintu namun tidak menemukan apa pun di dalamnya. Sampailah iya di pintu kamar kecil yang terakhir. Tanpa berfikir, iya langsung mendorong pintu itu dan hasilnya sama. Iya tidak menemukan apapun yang bisa menghasilkan dentuman keras tadi. Jessy kembali menutup pintu itu dengan rasa kesal yang belum mereda."Brakkkk!!"suara itu terdengar lagi. Jessy berbalik seketika dan melihat arah sumber suara itu yang berasal dari pintu kamar yang barusan iya tutup. Kedua matanya menyoroti pintu yang ada di hadapannya. Dengan sedikit takut iya menelan salivanya dengan kasar. Wanita yang penasara
"Mama gak makan?"tanya pak Darwin menyela lamunan istrinya. Ucapan dengan nada rendahnya itu tidak menggoyahkan lamunna istriya. Bu Delia masi saja mengaduk sup ayam yang depannya."Mah, Mah, Mama!"panggil pak Darwin. Wanita yang menjabat sebagai istrinya itu tersadar dari lamunannya."Iya pah, kenapa?""Mama tuh yang kenapa? Papa perhatiin kok ngelamun terus? Mama lagi mikirin apa sih?"tanya pak Darwin.Bu Delia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dengan tenang, iya mulai mengungkapkan apa yang sebenarnya membuat dirinya melamun tadi."Pah, Risa pernah gak sih cerita sesuatu sama papa?""Sesuatu apa mah?"tanyanya lalu menyendok nasi ke mulutnya."Mengenai nenek tua yang mengganggunya tiap tengah malam."ucap Bu Delia"Nenek tua apa mah? Risa gak pernah tuh cerita macam-macam sama papa,"ucap pak Darwin."Udahlah Pah, Mama gak jadi cerita."pungkas Bu Delia lalu mulai menyendok sup ayam yang ada
"Gak lucu, maksud kamu? aku gak ngerti,"tanya Radit."Tadi malam, kamu sengaja kan nelfon aku. Pake ngerjain aku segala lagi."omel Risa."Hahh!! Semalam? Perasaan aku gk ada nelfon kamu deh, tadi malam itu aku ke tiduran di kosannya si Rangga."jelas Radit."Ih bohong banget kamu, jelas-jelas kamu tuh nelfon aku. Kamu suruh aku balik dan lihat ke belakang aku. Hasilnya, aku tuh ngeliat hantu. Itu semua karena kejailan kamu tau.""Risa, aku tuh serius gak ada nelfon kamu. Malah aku pikir tadi pagi kamu tuh marah sama aku gara-gara aku gak ada kabarin kamu."tambah Radit."Ih ada tau gak sih, ni yah aku cek catatan panggilan kamu." Risa kemudian mengeluarkan teleponnya dan segera melihat catatan panggilan masuk tadi malam. Iya sedikit heran karena ternyata di dalam teleponnya tidak ada catatan panggilan Radit tadi malam."Loh kok gak ada, ih mana sih?"ujarnya sembari mengutak-atik teleponnya. Iya terus mencari catatan panggilan itu namun hasilny
"Mahh toooolllloooonnnggg maahhh...""Maaaaahhhhh! mama," lirih Risa dengan suara serak dan sesek. Iya baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Matanya sudah terbuka lebar menatap ke langit-langit kamar, namun tubuhnya masi terdiam kaku di atas tempat tidur. Iya berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa ada yang menindihnya. Untuk mengangkat tangannya saja sangat berat baginya sehingga iya kesulitan untuk meminta pertolongan dari mamanya yang masi terlelap di sampingnya. Iya terus mengerang semampu yang iya bisa tetapi sekeras apapun iya mencoba tubuhnya malah akan lebih terasa ditekan keras oleh sesuatu yang tak iya lihat."Risaaaaa!" Seru mama Risa sembari memukul paha anaknya. Risa terlonjak kaget dengan pukulan mamanya barusan. Pukulan itu berhasil membebaskan dirinya dari tindihan sesuatu yang tak dilihatnya. Risa dengan nafas yang masi terengah-engah pun bangun dari tidurnya. Iya lan
Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal."Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air."Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa."Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan ilang yah otomatis meninggal."potong Shela."Maksud aku penyebabnya."jelas Risa."Emmm ... Katanya sih, bunuh diri.""Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela."Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding."Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.Risa terhentak dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggaln
"Gak lucu, maksud kamu? aku gak ngerti,"tanya Radit."Tadi malam, kamu sengaja kan nelfon aku. Pake ngerjain aku segala lagi."omel Risa."Hahh!! Semalam? Perasaan aku gk ada nelfon kamu deh, tadi malam itu aku ke tiduran di kosannya si Rangga."jelas Radit."Ih bohong banget kamu, jelas-jelas kamu tuh nelfon aku. Kamu suruh aku balik dan lihat ke belakang aku. Hasilnya, aku tuh ngeliat hantu. Itu semua karena kejailan kamu tau.""Risa, aku tuh serius gak ada nelfon kamu. Malah aku pikir tadi pagi kamu tuh marah sama aku gara-gara aku gak ada kabarin kamu."tambah Radit."Ih ada tau gak sih, ni yah aku cek catatan panggilan kamu." Risa kemudian mengeluarkan teleponnya dan segera melihat catatan panggilan masuk tadi malam. Iya sedikit heran karena ternyata di dalam teleponnya tidak ada catatan panggilan Radit tadi malam."Loh kok gak ada, ih mana sih?"ujarnya sembari mengutak-atik teleponnya. Iya terus mencari catatan panggilan itu namun hasilny
"Mama gak makan?"tanya pak Darwin menyela lamunan istrinya. Ucapan dengan nada rendahnya itu tidak menggoyahkan lamunna istriya. Bu Delia masi saja mengaduk sup ayam yang depannya."Mah, Mah, Mama!"panggil pak Darwin. Wanita yang menjabat sebagai istrinya itu tersadar dari lamunannya."Iya pah, kenapa?""Mama tuh yang kenapa? Papa perhatiin kok ngelamun terus? Mama lagi mikirin apa sih?"tanya pak Darwin.Bu Delia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dengan tenang, iya mulai mengungkapkan apa yang sebenarnya membuat dirinya melamun tadi."Pah, Risa pernah gak sih cerita sesuatu sama papa?""Sesuatu apa mah?"tanyanya lalu menyendok nasi ke mulutnya."Mengenai nenek tua yang mengganggunya tiap tengah malam."ucap Bu Delia"Nenek tua apa mah? Risa gak pernah tuh cerita macam-macam sama papa,"ucap pak Darwin."Udahlah Pah, Mama gak jadi cerita."pungkas Bu Delia lalu mulai menyendok sup ayam yang ada
"Brakkkk!! " Suara dentuman keras itu kembali mengagetkan Jessy."Astaga!"ucapnya kaget sembari mengelus dadanya."Ihhhh, siapa sih itu. Aku harus liat, pasti ada orang yang iseng ngerjain aku." Geramnya.Iya perlahan berjalan mendekati beberapa kamar kecil yang pintunya masih tertutup. Jessy dengan penasarannya membuka setiap pintu kamar kecil itu. Iya telah membuka empat pintu namun tidak menemukan apa pun di dalamnya. Sampailah iya di pintu kamar kecil yang terakhir. Tanpa berfikir, iya langsung mendorong pintu itu dan hasilnya sama. Iya tidak menemukan apapun yang bisa menghasilkan dentuman keras tadi. Jessy kembali menutup pintu itu dengan rasa kesal yang belum mereda."Brakkkk!!"suara itu terdengar lagi. Jessy berbalik seketika dan melihat arah sumber suara itu yang berasal dari pintu kamar yang barusan iya tutup. Kedua matanya menyoroti pintu yang ada di hadapannya. Dengan sedikit takut iya menelan salivanya dengan kasar. Wanita yang penasara
"Yaudah, kalian ikut aku,"ucap Risa kemudian meringkus tangan kedua sahabatnya menuju toilet wanita. Iya berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menyadari bahwa Radit, Adria dan Rangga memanggilnya sedari tadi."Dah udah. Kita sudah di toilet, emang apa sih yang mau kau tunjukkin sama kita,"ujar shela"Lihat ini,"tunjuk Risa sembari melepas syal yang ada di lehernya. Kedua orang itu langsung di kejutkan dengan lebam hitam yang ada di leher Risa. Bekas itu terlihat seperti tali yang melingkar mencekik leher."Kok bisa gini? Ya ampun," lirih Shela syok."Ini pasti sakit banget!"kata Jessy merasa negeri"Ya ampun, jangan-jangan kamu juga ingin bunuh diri seperti lisa lagi. Ihh jangan dong jangan."kata Jessy"Banyak loh yang sayang sama kamu, masa iya kamu mau ninggalin dunia yang sangat peduli sama kamu,"imbuh Shela."Aduhh ... Udah dong, aku tuh mana mungkin punya niat buat bunuh diri. Kalian pikir aku gak sayang apa sama nyawaku sendi
"Iya dong. Aku tuh bosan banget tau gak sih di rumah sakit itu hanya ada bau obat-obatan, aku ennek banget rasanya.""Emang perawat gak pernah bawa kamu keluar?"tanya Radit sedikit menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya."Yah enggak lah.""Yaudah nanti siang aku akan ke rumah sakit lagi."ucap Radit sembari menenggelamkan kakinya ke bawa air kolam yang sejuk."Hah, ngapain?""Yah buat marahin perawatannya lah, siapa suruh dia ngurung kamu di kamar pasien mulu. Lihat nih pacar aku jadi bete kan."kata Radit dengan senyum tipis di wajahnya."Hahahha ... Kamu apaan sih,"ujar Risa tertawa."Woee kalian berdua, ingat kami ada di sini. Kalo udah ketemu aja, dunia berasa milik berdua lah kami ini hanya ngontrak hahahah," kata Shela menengahi obrolan sepasang kekasih itu."Hahahhaha enggak kali,"balas Risa tersenyum kepada sahabatnya Shela."Udah ah. Eh gue sama Jessy balik yah,"pamit Shela."Loh kok cepet sih."
"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi."Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?""Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang.""Ada mah, ada!"
Risa semakin takut dengan pemandangan yang iya lihat, kedua matanya terbelalak kaget melihat seutas tali yang masi terpasang di langit-langit kamar bekas gantung diri Lisa.iya merasa heran mengapa kamar serta gantungan tali bekas Lisa tidak dibersihkan mamanya.Seketika tubuhnya merinding, iya melangkah mundur melihat semua itu. Tanpa sengaja tangannya menyenggol sepucuk surat yang ada di atas nakas. Iya meraih surat itu dan memperhatikan nya secara saksama."Apa surat ini yang mamanya lisa maksud,"ujarnya. Iya kemudian membuka surat itu lalu membacanya. Surat itu bertuliskan"kau akan menyusulku," Risa terlonjak kaget setelah membaca surat yang ditujukan padanya. Iya merasa heran,mengapa Lisa menulis surat seperti itu untuknya. Tiba-tiba semua benda yang ada di dalam kamar itu bergerak dan melayang di udara. Risa tertegun melihat semua itu. Dengan panik, Iya memutar diri hendak keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba Iya dikejutkan dengan sosok wanita yang sangat menyera
Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal."Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air."Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa."Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan ilang yah otomatis meninggal."potong Shela."Maksud aku penyebabnya."jelas Risa."Emmm ... Katanya sih, bunuh diri.""Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela."Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding."Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.Risa terhentak dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggaln
"Mahh toooolllloooonnnggg maahhh...""Maaaaahhhhh! mama," lirih Risa dengan suara serak dan sesek. Iya baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Matanya sudah terbuka lebar menatap ke langit-langit kamar, namun tubuhnya masi terdiam kaku di atas tempat tidur. Iya berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa ada yang menindihnya. Untuk mengangkat tangannya saja sangat berat baginya sehingga iya kesulitan untuk meminta pertolongan dari mamanya yang masi terlelap di sampingnya. Iya terus mengerang semampu yang iya bisa tetapi sekeras apapun iya mencoba tubuhnya malah akan lebih terasa ditekan keras oleh sesuatu yang tak iya lihat."Risaaaaa!" Seru mama Risa sembari memukul paha anaknya. Risa terlonjak kaget dengan pukulan mamanya barusan. Pukulan itu berhasil membebaskan dirinya dari tindihan sesuatu yang tak dilihatnya. Risa dengan nafas yang masi terengah-engah pun bangun dari tidurnya. Iya lan