"Iya dong. Aku tuh bosan banget tau gak sih di rumah sakit itu hanya ada bau obat-obatan, aku ennek banget rasanya."
"Emang perawat gak pernah bawa kamu keluar?"tanya Radit sedikit menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya.
"Yah enggak lah."
"Yaudah nanti siang aku akan ke rumah sakit lagi."ucap Radit sembari menenggelamkan kakinya ke bawa air kolam yang sejuk.
"Hah, ngapain?"
"Yah buat marahin perawatannya lah, siapa suruh dia ngurung kamu di kamar pasien mulu. Lihat nih pacar aku jadi bete kan."kata Radit dengan senyum tipis di wajahnya.
"Hahahha ... Kamu apaan sih,"ujar Risa tertawa.
"Woee kalian berdua, ingat kami ada di sini. Kalo udah ketemu aja, dunia berasa milik berdua lah kami ini hanya ngontrak hahahah," kata Shela menengahi obrolan sepasang kekasih itu.
"Hahahhaha enggak kali,"balas Risa tersenyum kepada sahabatnya Shela.
"Udah ah. Eh gue sama Jessy balik yah,"pamit Shela.
"Loh kok cepet sih."
"Gue ada urusan siang ini."
"Lah terus Jessy ngapain balik?"
"Yaelah, dia kan ikut mobil gue,"
"Yaudah deh gak pappa. Kalian hati-hati yah,"ucap Risa pasrah. Iya tidak bisa menahan sahabatnya untuk tinggal dan menemaninya.
"Iya iya. Dit loh gak ikut balik?"tanya Shela pada Radit yang masi duduk santai menikmati sejuknya air kolam yang merendam sepotong kakinya.
"Iya, nih mau balik,"
"Loh, kok cepet sih?"ujar Risa mengerutkan keningnya
"Sayang, aku masi harus ngurusin skripsi baru ku yang kubuat." Tutur Radit sembari membelai kedua pipi tirus risa
"Lah aku gimana?"tanya Risa dengan sedikit manja.
"Loh kan ada mama sama papa kamu."
Risa dengan berat hati memaksakan senyum di wajahnya lalu berkata,
"Iya deh."
"Yaelah pisah sebentar aja gitu amat sih,"ketus Jessy yang masi menyaksikan perpisahan sepasang kekasih itu.
"Hussss diam diam, pasangan Romeo and Juliet emang gitu kalo mau pisah hahahah ...."ledek Shela tertawa.
"Hahaha kalian apaan sih. Yaudah kalian balik aja, aku juga mau ke kamar dulu buat istirahat."
"Yaudah, kami pamit yah,"pungkas Radit lalu beranjak pergi bersama kedua sahabat pacarnya, Shela dan Jessy.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Pak Darwin baru saja tiba di ruang tengah rumahnya. Ruangan itu terlihat sudah sepi karena anak dan istrinya sudah terlelap di kamar masing-masing.
Darwin segera duduk dan merebahkan tubuhnya ke sandaran sofa. hari ini iya lembur sehingga pulang sedikit telat malam ini.
"Mama pasti sudah tidur, yasudah aku panggil bi maya sajalah," ujarnya
"bi, bi maya, bi."
"Mana sih si bibi,"ucapnya.
"Bi, bi Maya! bi"panggilnya sembari berjalan sedikit ke arah dapur.
Tiba-tiba seorang dari belakang menepuk pundaknya. Pak Darwin segera menoleh ke belakang.
"Bibi, mengagetkanku saja." Ucapnya setelah melihat pembantunya berdiri dengan tegap di belakangnya. Bi Maya dengan wajah sedikit pucat dan tanpa ekspresi hanya diam seperti patung menghadap majikannya. Pak Darwin sedikit merinding melihat pembantunya bersikap aneh seperti itu. Dengan ragu iya berkata.
"Bi, to_long siapkan air hang_at, saya mau mandi,"
Bi Maya langsung pergi, iya melangkahkan kakinya dengan pelan dan lembut. Pak Darwin tampak keheranan melihat tingkah asisten rumah tangganya, tak biasanya wanita setengah tua berlakukan seperti itu. Bi Maya dikenal sebagai seseorang yang ramah dan cekatan. Iya akan menyapa majikannya jika melihatnya. Namun sikap pembantu itu kali ini tampak berbeda.
"Ah sudahlah, mungkin perasaanku saja."ucapnya tak berfikir banyak.
Pagi harinya, Bu Delia sedang sibuk menata meja makan dengan sarapan buatannya. Tak lama kemudian, pak Darwin dan Risa datang dengan pakaian yang sudah rapi untuk ke kantor dan ke kampus.
Pagi mah,"sapa pak Darwin sembari meletakkan tas kantornya di sampingnya.
"Pagi pah,"balasnya dengan sedikit melirik suaminya yang sudah setua dirinya.
"Risa, tumben kamu pake syal?" Tanya Nya Setelah melihat sehelai kain panjang yang menutupi leher jenjang anak perempuannya.
"Risa masih kurang enakan mah."
"Yasudah, gak usa ke kampus kalo gitu."
"Gak ah. Tugas Risa udah numpuk banget, entar Dosen Risa marah lagi."ucapnya sedikit mengeluh.
"Yah kan kamu lagi sakit."
"Gak kok, ini juga udah baikan,"kata Risa. Iya tidak mau terlalu banyak mengambil cuti di semester akhirnya.
"Loh, ini Mama yang masak? Bi Maya mana?"tanya pak Darwin setelah menyeruput secangkir kopi buatan istriya.
"Oh iya, mama lupa ngasi tahu papa. Bi Maya kemarin izin, anaknya sakit. Yah paling besok baru masuk kerja lagi."jelas Bu Delia.
"Hahhh! Izin, kapan mah?" Tanya pak Darwin terkejut.
"Kemarin papa. Anaknya sakit, yaudah Mama kasi izin dong,"
"Tapi bukannya tadi malam Bi Maya masi ada di rumah, malah papa sempat nyuru dia untuk siapkan air hangat buat mandi tadi malam."ucapnya heran. Jelas-jelas iya melihat dan menyuruh pembantunya itu untuk menyiapkan air mandinya, berhubung istrinya sudah tertidur lelap di kamar.
"Ah masa sih Pah, orang Mama sendiri kok yang nganterin dia ke rumahnya. Dia kan takut naik taksi, takut diculik katanya." jelas istrinya.
"Kalo bukan dia, lalu siapa?"pikir pak Darwin sejenak. Iya tiba-tiba teringat dengan raut wajah pembantunya yang terlihat pucat dan dingin.
"Pah, Pah. Papa kenapa sih, kok kaya bingung gitu?" Sela Bu Delia menghentikan lamunan suaminya.
" Ah gak mah, papa cuman teringat miting di kantor pagi ini,"ucapnya seketika. Iya tak berniat menceritakan kejadian aneh yang iya alami tadi malam.
"Oh gitu. Ris kamu diantar papa yah ke kampus,"ucap Bu Delia melihat anaknya yang sedang menikmati sarapan paginya.
"Iya mah."
Sekeluarga itu akhirnya sarapan pagi bersama. Risa dan ayahnya makan dengan lahap. Masakan ibunya juga tak kalah enak dengan masakan pembantunya bi Maya.
***
Suasana kampus Risa yang memiliki sepuluh lantai dan beberapa fasilitas gedung tinggi di sampingnya sudah terlihat ramai pagi ini. Seperti biasanya, Shela dan Jessy akan nongkrong di kantin untuk menikmati sarapan paginya. Shela adalah seorang gadis yatim pintu. Iya memiliki seorang kakak perempuan namun tidak tinggal bersamanya. Sedangkan Jessy, iya adalah seorang anak dari hasil perceraian kedua orangtuanya. Iya memilih untuk tinggal sendiri dari pada ikut salah satu orang tuanya. Itulah sebabnya kenapa kedua sahabat Risa ini lebih memilih sarapan di kantin kampus pagi hari.
"Pagi," sapa Risa kepada kedua sahabatnya yang sedang menikmati bakso panas di hadapannya.
"Risa!"ucap Shela dan Jessy. Mereka terlihat senang melihat sahabatnya kembali masuk ke kampus.
"Loh Masi sakit?"tanya Jessy. Matanya tertuju pada kain syal yang melingkar di leher Risa.
"Gak kok,"
"Terus loh ngapain pake syal gitu?"tanya Jessy penasaran. Risa langsung duduk di kursi lalu berkata.
"Sebenarnya ada sesuatu yang mau gue tunjukin sama kalian."
" Apa? Bikin penasaran aja,"sela Shela
"Yaudah, kalian ikut aku,"ucap Risa kemudian meringkus tangan kedua sahabatnya menuju toilet wanita. Iya berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menyadari bahwa Radit, Adria dan Rangga memanggilnya sedari tadi."Dah udah. Kita sudah di toilet, emang apa sih yang mau kau tunjukkin sama kita,"ujar shela"Lihat ini,"tunjuk Risa sembari melepas syal yang ada di lehernya. Kedua orang itu langsung di kejutkan dengan lebam hitam yang ada di leher Risa. Bekas itu terlihat seperti tali yang melingkar mencekik leher."Kok bisa gini? Ya ampun," lirih Shela syok."Ini pasti sakit banget!"kata Jessy merasa negeri"Ya ampun, jangan-jangan kamu juga ingin bunuh diri seperti lisa lagi. Ihh jangan dong jangan."kata Jessy"Banyak loh yang sayang sama kamu, masa iya kamu mau ninggalin dunia yang sangat peduli sama kamu,"imbuh Shela."Aduhh ... Udah dong, aku tuh mana mungkin punya niat buat bunuh diri. Kalian pikir aku gak sayang apa sama nyawaku sendi
"Brakkkk!! " Suara dentuman keras itu kembali mengagetkan Jessy."Astaga!"ucapnya kaget sembari mengelus dadanya."Ihhhh, siapa sih itu. Aku harus liat, pasti ada orang yang iseng ngerjain aku." Geramnya.Iya perlahan berjalan mendekati beberapa kamar kecil yang pintunya masih tertutup. Jessy dengan penasarannya membuka setiap pintu kamar kecil itu. Iya telah membuka empat pintu namun tidak menemukan apa pun di dalamnya. Sampailah iya di pintu kamar kecil yang terakhir. Tanpa berfikir, iya langsung mendorong pintu itu dan hasilnya sama. Iya tidak menemukan apapun yang bisa menghasilkan dentuman keras tadi. Jessy kembali menutup pintu itu dengan rasa kesal yang belum mereda."Brakkkk!!"suara itu terdengar lagi. Jessy berbalik seketika dan melihat arah sumber suara itu yang berasal dari pintu kamar yang barusan iya tutup. Kedua matanya menyoroti pintu yang ada di hadapannya. Dengan sedikit takut iya menelan salivanya dengan kasar. Wanita yang penasara
"Mama gak makan?"tanya pak Darwin menyela lamunan istrinya. Ucapan dengan nada rendahnya itu tidak menggoyahkan lamunna istriya. Bu Delia masi saja mengaduk sup ayam yang depannya."Mah, Mah, Mama!"panggil pak Darwin. Wanita yang menjabat sebagai istrinya itu tersadar dari lamunannya."Iya pah, kenapa?""Mama tuh yang kenapa? Papa perhatiin kok ngelamun terus? Mama lagi mikirin apa sih?"tanya pak Darwin.Bu Delia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dengan tenang, iya mulai mengungkapkan apa yang sebenarnya membuat dirinya melamun tadi."Pah, Risa pernah gak sih cerita sesuatu sama papa?""Sesuatu apa mah?"tanyanya lalu menyendok nasi ke mulutnya."Mengenai nenek tua yang mengganggunya tiap tengah malam."ucap Bu Delia"Nenek tua apa mah? Risa gak pernah tuh cerita macam-macam sama papa,"ucap pak Darwin."Udahlah Pah, Mama gak jadi cerita."pungkas Bu Delia lalu mulai menyendok sup ayam yang ada
"Gak lucu, maksud kamu? aku gak ngerti,"tanya Radit."Tadi malam, kamu sengaja kan nelfon aku. Pake ngerjain aku segala lagi."omel Risa."Hahh!! Semalam? Perasaan aku gk ada nelfon kamu deh, tadi malam itu aku ke tiduran di kosannya si Rangga."jelas Radit."Ih bohong banget kamu, jelas-jelas kamu tuh nelfon aku. Kamu suruh aku balik dan lihat ke belakang aku. Hasilnya, aku tuh ngeliat hantu. Itu semua karena kejailan kamu tau.""Risa, aku tuh serius gak ada nelfon kamu. Malah aku pikir tadi pagi kamu tuh marah sama aku gara-gara aku gak ada kabarin kamu."tambah Radit."Ih ada tau gak sih, ni yah aku cek catatan panggilan kamu." Risa kemudian mengeluarkan teleponnya dan segera melihat catatan panggilan masuk tadi malam. Iya sedikit heran karena ternyata di dalam teleponnya tidak ada catatan panggilan Radit tadi malam."Loh kok gak ada, ih mana sih?"ujarnya sembari mengutak-atik teleponnya. Iya terus mencari catatan panggilan itu namun hasilny
"Mahh toooolllloooonnnggg maahhh...""Maaaaahhhhh! mama," lirih Risa dengan suara serak dan sesek. Iya baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Matanya sudah terbuka lebar menatap ke langit-langit kamar, namun tubuhnya masi terdiam kaku di atas tempat tidur. Iya berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa ada yang menindihnya. Untuk mengangkat tangannya saja sangat berat baginya sehingga iya kesulitan untuk meminta pertolongan dari mamanya yang masi terlelap di sampingnya. Iya terus mengerang semampu yang iya bisa tetapi sekeras apapun iya mencoba tubuhnya malah akan lebih terasa ditekan keras oleh sesuatu yang tak iya lihat."Risaaaaa!" Seru mama Risa sembari memukul paha anaknya. Risa terlonjak kaget dengan pukulan mamanya barusan. Pukulan itu berhasil membebaskan dirinya dari tindihan sesuatu yang tak dilihatnya. Risa dengan nafas yang masi terengah-engah pun bangun dari tidurnya. Iya lan
Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal."Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air."Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa."Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan ilang yah otomatis meninggal."potong Shela."Maksud aku penyebabnya."jelas Risa."Emmm ... Katanya sih, bunuh diri.""Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela."Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding."Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.Risa terhentak dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggaln
Risa semakin takut dengan pemandangan yang iya lihat, kedua matanya terbelalak kaget melihat seutas tali yang masi terpasang di langit-langit kamar bekas gantung diri Lisa.iya merasa heran mengapa kamar serta gantungan tali bekas Lisa tidak dibersihkan mamanya.Seketika tubuhnya merinding, iya melangkah mundur melihat semua itu. Tanpa sengaja tangannya menyenggol sepucuk surat yang ada di atas nakas. Iya meraih surat itu dan memperhatikan nya secara saksama."Apa surat ini yang mamanya lisa maksud,"ujarnya. Iya kemudian membuka surat itu lalu membacanya. Surat itu bertuliskan"kau akan menyusulku," Risa terlonjak kaget setelah membaca surat yang ditujukan padanya. Iya merasa heran,mengapa Lisa menulis surat seperti itu untuknya. Tiba-tiba semua benda yang ada di dalam kamar itu bergerak dan melayang di udara. Risa tertegun melihat semua itu. Dengan panik, Iya memutar diri hendak keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba Iya dikejutkan dengan sosok wanita yang sangat menyera
"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi."Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?""Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang.""Ada mah, ada!"
"Gak lucu, maksud kamu? aku gak ngerti,"tanya Radit."Tadi malam, kamu sengaja kan nelfon aku. Pake ngerjain aku segala lagi."omel Risa."Hahh!! Semalam? Perasaan aku gk ada nelfon kamu deh, tadi malam itu aku ke tiduran di kosannya si Rangga."jelas Radit."Ih bohong banget kamu, jelas-jelas kamu tuh nelfon aku. Kamu suruh aku balik dan lihat ke belakang aku. Hasilnya, aku tuh ngeliat hantu. Itu semua karena kejailan kamu tau.""Risa, aku tuh serius gak ada nelfon kamu. Malah aku pikir tadi pagi kamu tuh marah sama aku gara-gara aku gak ada kabarin kamu."tambah Radit."Ih ada tau gak sih, ni yah aku cek catatan panggilan kamu." Risa kemudian mengeluarkan teleponnya dan segera melihat catatan panggilan masuk tadi malam. Iya sedikit heran karena ternyata di dalam teleponnya tidak ada catatan panggilan Radit tadi malam."Loh kok gak ada, ih mana sih?"ujarnya sembari mengutak-atik teleponnya. Iya terus mencari catatan panggilan itu namun hasilny
"Mama gak makan?"tanya pak Darwin menyela lamunan istrinya. Ucapan dengan nada rendahnya itu tidak menggoyahkan lamunna istriya. Bu Delia masi saja mengaduk sup ayam yang depannya."Mah, Mah, Mama!"panggil pak Darwin. Wanita yang menjabat sebagai istrinya itu tersadar dari lamunannya."Iya pah, kenapa?""Mama tuh yang kenapa? Papa perhatiin kok ngelamun terus? Mama lagi mikirin apa sih?"tanya pak Darwin.Bu Delia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dengan tenang, iya mulai mengungkapkan apa yang sebenarnya membuat dirinya melamun tadi."Pah, Risa pernah gak sih cerita sesuatu sama papa?""Sesuatu apa mah?"tanyanya lalu menyendok nasi ke mulutnya."Mengenai nenek tua yang mengganggunya tiap tengah malam."ucap Bu Delia"Nenek tua apa mah? Risa gak pernah tuh cerita macam-macam sama papa,"ucap pak Darwin."Udahlah Pah, Mama gak jadi cerita."pungkas Bu Delia lalu mulai menyendok sup ayam yang ada
"Brakkkk!! " Suara dentuman keras itu kembali mengagetkan Jessy."Astaga!"ucapnya kaget sembari mengelus dadanya."Ihhhh, siapa sih itu. Aku harus liat, pasti ada orang yang iseng ngerjain aku." Geramnya.Iya perlahan berjalan mendekati beberapa kamar kecil yang pintunya masih tertutup. Jessy dengan penasarannya membuka setiap pintu kamar kecil itu. Iya telah membuka empat pintu namun tidak menemukan apa pun di dalamnya. Sampailah iya di pintu kamar kecil yang terakhir. Tanpa berfikir, iya langsung mendorong pintu itu dan hasilnya sama. Iya tidak menemukan apapun yang bisa menghasilkan dentuman keras tadi. Jessy kembali menutup pintu itu dengan rasa kesal yang belum mereda."Brakkkk!!"suara itu terdengar lagi. Jessy berbalik seketika dan melihat arah sumber suara itu yang berasal dari pintu kamar yang barusan iya tutup. Kedua matanya menyoroti pintu yang ada di hadapannya. Dengan sedikit takut iya menelan salivanya dengan kasar. Wanita yang penasara
"Yaudah, kalian ikut aku,"ucap Risa kemudian meringkus tangan kedua sahabatnya menuju toilet wanita. Iya berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menyadari bahwa Radit, Adria dan Rangga memanggilnya sedari tadi."Dah udah. Kita sudah di toilet, emang apa sih yang mau kau tunjukkin sama kita,"ujar shela"Lihat ini,"tunjuk Risa sembari melepas syal yang ada di lehernya. Kedua orang itu langsung di kejutkan dengan lebam hitam yang ada di leher Risa. Bekas itu terlihat seperti tali yang melingkar mencekik leher."Kok bisa gini? Ya ampun," lirih Shela syok."Ini pasti sakit banget!"kata Jessy merasa negeri"Ya ampun, jangan-jangan kamu juga ingin bunuh diri seperti lisa lagi. Ihh jangan dong jangan."kata Jessy"Banyak loh yang sayang sama kamu, masa iya kamu mau ninggalin dunia yang sangat peduli sama kamu,"imbuh Shela."Aduhh ... Udah dong, aku tuh mana mungkin punya niat buat bunuh diri. Kalian pikir aku gak sayang apa sama nyawaku sendi
"Iya dong. Aku tuh bosan banget tau gak sih di rumah sakit itu hanya ada bau obat-obatan, aku ennek banget rasanya.""Emang perawat gak pernah bawa kamu keluar?"tanya Radit sedikit menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya."Yah enggak lah.""Yaudah nanti siang aku akan ke rumah sakit lagi."ucap Radit sembari menenggelamkan kakinya ke bawa air kolam yang sejuk."Hah, ngapain?""Yah buat marahin perawatannya lah, siapa suruh dia ngurung kamu di kamar pasien mulu. Lihat nih pacar aku jadi bete kan."kata Radit dengan senyum tipis di wajahnya."Hahahha ... Kamu apaan sih,"ujar Risa tertawa."Woee kalian berdua, ingat kami ada di sini. Kalo udah ketemu aja, dunia berasa milik berdua lah kami ini hanya ngontrak hahahah," kata Shela menengahi obrolan sepasang kekasih itu."Hahahhaha enggak kali,"balas Risa tersenyum kepada sahabatnya Shela."Udah ah. Eh gue sama Jessy balik yah,"pamit Shela."Loh kok cepet sih."
"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi."Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?""Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang.""Ada mah, ada!"
Risa semakin takut dengan pemandangan yang iya lihat, kedua matanya terbelalak kaget melihat seutas tali yang masi terpasang di langit-langit kamar bekas gantung diri Lisa.iya merasa heran mengapa kamar serta gantungan tali bekas Lisa tidak dibersihkan mamanya.Seketika tubuhnya merinding, iya melangkah mundur melihat semua itu. Tanpa sengaja tangannya menyenggol sepucuk surat yang ada di atas nakas. Iya meraih surat itu dan memperhatikan nya secara saksama."Apa surat ini yang mamanya lisa maksud,"ujarnya. Iya kemudian membuka surat itu lalu membacanya. Surat itu bertuliskan"kau akan menyusulku," Risa terlonjak kaget setelah membaca surat yang ditujukan padanya. Iya merasa heran,mengapa Lisa menulis surat seperti itu untuknya. Tiba-tiba semua benda yang ada di dalam kamar itu bergerak dan melayang di udara. Risa tertegun melihat semua itu. Dengan panik, Iya memutar diri hendak keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba Iya dikejutkan dengan sosok wanita yang sangat menyera
Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal."Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air."Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa."Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan ilang yah otomatis meninggal."potong Shela."Maksud aku penyebabnya."jelas Risa."Emmm ... Katanya sih, bunuh diri.""Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela."Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding."Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.Risa terhentak dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggaln
"Mahh toooolllloooonnnggg maahhh...""Maaaaahhhhh! mama," lirih Risa dengan suara serak dan sesek. Iya baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Matanya sudah terbuka lebar menatap ke langit-langit kamar, namun tubuhnya masi terdiam kaku di atas tempat tidur. Iya berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa ada yang menindihnya. Untuk mengangkat tangannya saja sangat berat baginya sehingga iya kesulitan untuk meminta pertolongan dari mamanya yang masi terlelap di sampingnya. Iya terus mengerang semampu yang iya bisa tetapi sekeras apapun iya mencoba tubuhnya malah akan lebih terasa ditekan keras oleh sesuatu yang tak iya lihat."Risaaaaa!" Seru mama Risa sembari memukul paha anaknya. Risa terlonjak kaget dengan pukulan mamanya barusan. Pukulan itu berhasil membebaskan dirinya dari tindihan sesuatu yang tak dilihatnya. Risa dengan nafas yang masi terengah-engah pun bangun dari tidurnya. Iya lan