"Mama gak makan?"tanya pak Darwin menyela lamunan istrinya. Ucapan dengan nada rendahnya itu tidak menggoyahkan lamunna istriya. Bu Delia masi saja mengaduk sup ayam yang depannya.
"Mah, Mah, Mama!"panggil pak Darwin. Wanita yang menjabat sebagai istrinya itu tersadar dari lamunannya.
"Iya pah, kenapa?"
"Mama tuh yang kenapa? Papa perhatiin kok ngelamun terus? Mama lagi mikirin apa sih?"tanya pak Darwin.
Bu Delia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dengan tenang, iya mulai mengungkapkan apa yang sebenarnya membuat dirinya melamun tadi.
"Pah, Risa pernah gak sih cerita sesuatu sama papa?"
"Sesuatu apa mah?"tanyanya lalu menyendok nasi ke mulutnya.
"Mengenai nenek tua yang mengganggunya tiap tengah malam."ucap Bu Delia
"Nenek tua apa mah? Risa gak pernah tuh cerita macam-macam sama papa,"ucap pak Darwin.
"Udahlah Pah, Mama gak jadi cerita."pungkas Bu Delia lalu mulai menyendok sup ayam yang ada
"Gak lucu, maksud kamu? aku gak ngerti,"tanya Radit."Tadi malam, kamu sengaja kan nelfon aku. Pake ngerjain aku segala lagi."omel Risa."Hahh!! Semalam? Perasaan aku gk ada nelfon kamu deh, tadi malam itu aku ke tiduran di kosannya si Rangga."jelas Radit."Ih bohong banget kamu, jelas-jelas kamu tuh nelfon aku. Kamu suruh aku balik dan lihat ke belakang aku. Hasilnya, aku tuh ngeliat hantu. Itu semua karena kejailan kamu tau.""Risa, aku tuh serius gak ada nelfon kamu. Malah aku pikir tadi pagi kamu tuh marah sama aku gara-gara aku gak ada kabarin kamu."tambah Radit."Ih ada tau gak sih, ni yah aku cek catatan panggilan kamu." Risa kemudian mengeluarkan teleponnya dan segera melihat catatan panggilan masuk tadi malam. Iya sedikit heran karena ternyata di dalam teleponnya tidak ada catatan panggilan Radit tadi malam."Loh kok gak ada, ih mana sih?"ujarnya sembari mengutak-atik teleponnya. Iya terus mencari catatan panggilan itu namun hasilny
"Mahh toooolllloooonnnggg maahhh...""Maaaaahhhhh! mama," lirih Risa dengan suara serak dan sesek. Iya baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Matanya sudah terbuka lebar menatap ke langit-langit kamar, namun tubuhnya masi terdiam kaku di atas tempat tidur. Iya berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa ada yang menindihnya. Untuk mengangkat tangannya saja sangat berat baginya sehingga iya kesulitan untuk meminta pertolongan dari mamanya yang masi terlelap di sampingnya. Iya terus mengerang semampu yang iya bisa tetapi sekeras apapun iya mencoba tubuhnya malah akan lebih terasa ditekan keras oleh sesuatu yang tak iya lihat."Risaaaaa!" Seru mama Risa sembari memukul paha anaknya. Risa terlonjak kaget dengan pukulan mamanya barusan. Pukulan itu berhasil membebaskan dirinya dari tindihan sesuatu yang tak dilihatnya. Risa dengan nafas yang masi terengah-engah pun bangun dari tidurnya. Iya lan
Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal."Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air."Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa."Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan ilang yah otomatis meninggal."potong Shela."Maksud aku penyebabnya."jelas Risa."Emmm ... Katanya sih, bunuh diri.""Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela."Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding."Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.Risa terhentak dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggaln
Risa semakin takut dengan pemandangan yang iya lihat, kedua matanya terbelalak kaget melihat seutas tali yang masi terpasang di langit-langit kamar bekas gantung diri Lisa.iya merasa heran mengapa kamar serta gantungan tali bekas Lisa tidak dibersihkan mamanya.Seketika tubuhnya merinding, iya melangkah mundur melihat semua itu. Tanpa sengaja tangannya menyenggol sepucuk surat yang ada di atas nakas. Iya meraih surat itu dan memperhatikan nya secara saksama."Apa surat ini yang mamanya lisa maksud,"ujarnya. Iya kemudian membuka surat itu lalu membacanya. Surat itu bertuliskan"kau akan menyusulku," Risa terlonjak kaget setelah membaca surat yang ditujukan padanya. Iya merasa heran,mengapa Lisa menulis surat seperti itu untuknya. Tiba-tiba semua benda yang ada di dalam kamar itu bergerak dan melayang di udara. Risa tertegun melihat semua itu. Dengan panik, Iya memutar diri hendak keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba Iya dikejutkan dengan sosok wanita yang sangat menyera
"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi."Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?""Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang.""Ada mah, ada!"
"Iya dong. Aku tuh bosan banget tau gak sih di rumah sakit itu hanya ada bau obat-obatan, aku ennek banget rasanya.""Emang perawat gak pernah bawa kamu keluar?"tanya Radit sedikit menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya."Yah enggak lah.""Yaudah nanti siang aku akan ke rumah sakit lagi."ucap Radit sembari menenggelamkan kakinya ke bawa air kolam yang sejuk."Hah, ngapain?""Yah buat marahin perawatannya lah, siapa suruh dia ngurung kamu di kamar pasien mulu. Lihat nih pacar aku jadi bete kan."kata Radit dengan senyum tipis di wajahnya."Hahahha ... Kamu apaan sih,"ujar Risa tertawa."Woee kalian berdua, ingat kami ada di sini. Kalo udah ketemu aja, dunia berasa milik berdua lah kami ini hanya ngontrak hahahah," kata Shela menengahi obrolan sepasang kekasih itu."Hahahhaha enggak kali,"balas Risa tersenyum kepada sahabatnya Shela."Udah ah. Eh gue sama Jessy balik yah,"pamit Shela."Loh kok cepet sih."
"Yaudah, kalian ikut aku,"ucap Risa kemudian meringkus tangan kedua sahabatnya menuju toilet wanita. Iya berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menyadari bahwa Radit, Adria dan Rangga memanggilnya sedari tadi."Dah udah. Kita sudah di toilet, emang apa sih yang mau kau tunjukkin sama kita,"ujar shela"Lihat ini,"tunjuk Risa sembari melepas syal yang ada di lehernya. Kedua orang itu langsung di kejutkan dengan lebam hitam yang ada di leher Risa. Bekas itu terlihat seperti tali yang melingkar mencekik leher."Kok bisa gini? Ya ampun," lirih Shela syok."Ini pasti sakit banget!"kata Jessy merasa negeri"Ya ampun, jangan-jangan kamu juga ingin bunuh diri seperti lisa lagi. Ihh jangan dong jangan."kata Jessy"Banyak loh yang sayang sama kamu, masa iya kamu mau ninggalin dunia yang sangat peduli sama kamu,"imbuh Shela."Aduhh ... Udah dong, aku tuh mana mungkin punya niat buat bunuh diri. Kalian pikir aku gak sayang apa sama nyawaku sendi
"Brakkkk!! " Suara dentuman keras itu kembali mengagetkan Jessy."Astaga!"ucapnya kaget sembari mengelus dadanya."Ihhhh, siapa sih itu. Aku harus liat, pasti ada orang yang iseng ngerjain aku." Geramnya.Iya perlahan berjalan mendekati beberapa kamar kecil yang pintunya masih tertutup. Jessy dengan penasarannya membuka setiap pintu kamar kecil itu. Iya telah membuka empat pintu namun tidak menemukan apa pun di dalamnya. Sampailah iya di pintu kamar kecil yang terakhir. Tanpa berfikir, iya langsung mendorong pintu itu dan hasilnya sama. Iya tidak menemukan apapun yang bisa menghasilkan dentuman keras tadi. Jessy kembali menutup pintu itu dengan rasa kesal yang belum mereda."Brakkkk!!"suara itu terdengar lagi. Jessy berbalik seketika dan melihat arah sumber suara itu yang berasal dari pintu kamar yang barusan iya tutup. Kedua matanya menyoroti pintu yang ada di hadapannya. Dengan sedikit takut iya menelan salivanya dengan kasar. Wanita yang penasara
"Gak lucu, maksud kamu? aku gak ngerti,"tanya Radit."Tadi malam, kamu sengaja kan nelfon aku. Pake ngerjain aku segala lagi."omel Risa."Hahh!! Semalam? Perasaan aku gk ada nelfon kamu deh, tadi malam itu aku ke tiduran di kosannya si Rangga."jelas Radit."Ih bohong banget kamu, jelas-jelas kamu tuh nelfon aku. Kamu suruh aku balik dan lihat ke belakang aku. Hasilnya, aku tuh ngeliat hantu. Itu semua karena kejailan kamu tau.""Risa, aku tuh serius gak ada nelfon kamu. Malah aku pikir tadi pagi kamu tuh marah sama aku gara-gara aku gak ada kabarin kamu."tambah Radit."Ih ada tau gak sih, ni yah aku cek catatan panggilan kamu." Risa kemudian mengeluarkan teleponnya dan segera melihat catatan panggilan masuk tadi malam. Iya sedikit heran karena ternyata di dalam teleponnya tidak ada catatan panggilan Radit tadi malam."Loh kok gak ada, ih mana sih?"ujarnya sembari mengutak-atik teleponnya. Iya terus mencari catatan panggilan itu namun hasilny
"Mama gak makan?"tanya pak Darwin menyela lamunan istrinya. Ucapan dengan nada rendahnya itu tidak menggoyahkan lamunna istriya. Bu Delia masi saja mengaduk sup ayam yang depannya."Mah, Mah, Mama!"panggil pak Darwin. Wanita yang menjabat sebagai istrinya itu tersadar dari lamunannya."Iya pah, kenapa?""Mama tuh yang kenapa? Papa perhatiin kok ngelamun terus? Mama lagi mikirin apa sih?"tanya pak Darwin.Bu Delia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dengan tenang, iya mulai mengungkapkan apa yang sebenarnya membuat dirinya melamun tadi."Pah, Risa pernah gak sih cerita sesuatu sama papa?""Sesuatu apa mah?"tanyanya lalu menyendok nasi ke mulutnya."Mengenai nenek tua yang mengganggunya tiap tengah malam."ucap Bu Delia"Nenek tua apa mah? Risa gak pernah tuh cerita macam-macam sama papa,"ucap pak Darwin."Udahlah Pah, Mama gak jadi cerita."pungkas Bu Delia lalu mulai menyendok sup ayam yang ada
"Brakkkk!! " Suara dentuman keras itu kembali mengagetkan Jessy."Astaga!"ucapnya kaget sembari mengelus dadanya."Ihhhh, siapa sih itu. Aku harus liat, pasti ada orang yang iseng ngerjain aku." Geramnya.Iya perlahan berjalan mendekati beberapa kamar kecil yang pintunya masih tertutup. Jessy dengan penasarannya membuka setiap pintu kamar kecil itu. Iya telah membuka empat pintu namun tidak menemukan apa pun di dalamnya. Sampailah iya di pintu kamar kecil yang terakhir. Tanpa berfikir, iya langsung mendorong pintu itu dan hasilnya sama. Iya tidak menemukan apapun yang bisa menghasilkan dentuman keras tadi. Jessy kembali menutup pintu itu dengan rasa kesal yang belum mereda."Brakkkk!!"suara itu terdengar lagi. Jessy berbalik seketika dan melihat arah sumber suara itu yang berasal dari pintu kamar yang barusan iya tutup. Kedua matanya menyoroti pintu yang ada di hadapannya. Dengan sedikit takut iya menelan salivanya dengan kasar. Wanita yang penasara
"Yaudah, kalian ikut aku,"ucap Risa kemudian meringkus tangan kedua sahabatnya menuju toilet wanita. Iya berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menyadari bahwa Radit, Adria dan Rangga memanggilnya sedari tadi."Dah udah. Kita sudah di toilet, emang apa sih yang mau kau tunjukkin sama kita,"ujar shela"Lihat ini,"tunjuk Risa sembari melepas syal yang ada di lehernya. Kedua orang itu langsung di kejutkan dengan lebam hitam yang ada di leher Risa. Bekas itu terlihat seperti tali yang melingkar mencekik leher."Kok bisa gini? Ya ampun," lirih Shela syok."Ini pasti sakit banget!"kata Jessy merasa negeri"Ya ampun, jangan-jangan kamu juga ingin bunuh diri seperti lisa lagi. Ihh jangan dong jangan."kata Jessy"Banyak loh yang sayang sama kamu, masa iya kamu mau ninggalin dunia yang sangat peduli sama kamu,"imbuh Shela."Aduhh ... Udah dong, aku tuh mana mungkin punya niat buat bunuh diri. Kalian pikir aku gak sayang apa sama nyawaku sendi
"Iya dong. Aku tuh bosan banget tau gak sih di rumah sakit itu hanya ada bau obat-obatan, aku ennek banget rasanya.""Emang perawat gak pernah bawa kamu keluar?"tanya Radit sedikit menatap wanita cantik yang duduk di sebelahnya."Yah enggak lah.""Yaudah nanti siang aku akan ke rumah sakit lagi."ucap Radit sembari menenggelamkan kakinya ke bawa air kolam yang sejuk."Hah, ngapain?""Yah buat marahin perawatannya lah, siapa suruh dia ngurung kamu di kamar pasien mulu. Lihat nih pacar aku jadi bete kan."kata Radit dengan senyum tipis di wajahnya."Hahahha ... Kamu apaan sih,"ujar Risa tertawa."Woee kalian berdua, ingat kami ada di sini. Kalo udah ketemu aja, dunia berasa milik berdua lah kami ini hanya ngontrak hahahah," kata Shela menengahi obrolan sepasang kekasih itu."Hahahhaha enggak kali,"balas Risa tersenyum kepada sahabatnya Shela."Udah ah. Eh gue sama Jessy balik yah,"pamit Shela."Loh kok cepet sih."
"Aahhhhh ....!teriaknya dengan penuh ketakutan. Iya terkejut melihat sosok suster dengan wajah yang menyeramkan tengah ngesot sambil memegang kakinya. Bu Delia terus berteriak dan merontah-rontah agar hantu suster ngesot itu melepaskan kakinya.Delia segera menutup pintu kamar setelah terlepas dari sososk menyeramkan itu. Iya dengan panik berlari ke sofa tempatnya tidur tadi. Iya dikejutkan lagi dengan kondisi Risa yang melototkan matanya seperti malam sebelumnya. Risa berusaha berteriak namun mulutnya seanakn ditahan oleh sesuatu yang tidak bisa dilihatnya. Bukan hanya mulutnya,semua tubuhnya seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat hingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Bu Delia segera memukul paha anaknya lagi. Sontak Risa terkejut dan akhirnya bisa bergerak lagi."Sayang, sayang, kau tidak apa-apa?""Mah, mama nenek itu ingin membunuhku. Tolong mah"lirih Risa"Nenek? Disini tidak ada nenek-nenek sayang.""Ada mah, ada!"
Risa semakin takut dengan pemandangan yang iya lihat, kedua matanya terbelalak kaget melihat seutas tali yang masi terpasang di langit-langit kamar bekas gantung diri Lisa.iya merasa heran mengapa kamar serta gantungan tali bekas Lisa tidak dibersihkan mamanya.Seketika tubuhnya merinding, iya melangkah mundur melihat semua itu. Tanpa sengaja tangannya menyenggol sepucuk surat yang ada di atas nakas. Iya meraih surat itu dan memperhatikan nya secara saksama."Apa surat ini yang mamanya lisa maksud,"ujarnya. Iya kemudian membuka surat itu lalu membacanya. Surat itu bertuliskan"kau akan menyusulku," Risa terlonjak kaget setelah membaca surat yang ditujukan padanya. Iya merasa heran,mengapa Lisa menulis surat seperti itu untuknya. Tiba-tiba semua benda yang ada di dalam kamar itu bergerak dan melayang di udara. Risa tertegun melihat semua itu. Dengan panik, Iya memutar diri hendak keluar dari kamar tersebut. Tiba-tiba Iya dikejutkan dengan sosok wanita yang sangat menyera
Risa terlonjak kaget, iya tersedak air mendengar perkataan Jessy. Iya tak menyangka Lisa pacar baru mantannya David tiba-tiba saja dinyatakan meninggal."Pelan-pelan,kok kamu kaget begitu sih,"ujar Radit menghampiri pacarnya yang kesedakan air."Dah udah, aku gk papa. Meninggal kok bisa?" Tanya Risa."Hahhhah meninggal lah, nyawanya kan ilang yah otomatis meninggal."potong Shela."Maksud aku penyebabnya."jelas Risa."Emmm ... Katanya sih, bunuh diri.""Bunuh diri! Yakali cewe secantik Lisa meninggal karena bunuh diri. Emang kurang cantik apa lagi dia?" sosor Shela."Yah memang begitu cerita yang kudengar, dan lagi yah katanya dia itu gantung diri di kamarnya sendiri," "kata Jessy sembari menyapu lengannya yang terasa merinding."Ihh para juga tuh si Lisa"imbuh Shela"Risa, kamu kenapa?" tanya Radit yang melihat pacarnya terdiam.Risa terhentak dari lamunannya."Ah gak kok, aku cuman turut prihatin aja atas meninggaln
"Mahh toooolllloooonnnggg maahhh...""Maaaaahhhhh! mama," lirih Risa dengan suara serak dan sesek. Iya baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Matanya sudah terbuka lebar menatap ke langit-langit kamar, namun tubuhnya masi terdiam kaku di atas tempat tidur. Iya berusaha sekuat tenaga untuk menggerakkan tubuhnya namun tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terasa ada yang menindihnya. Untuk mengangkat tangannya saja sangat berat baginya sehingga iya kesulitan untuk meminta pertolongan dari mamanya yang masi terlelap di sampingnya. Iya terus mengerang semampu yang iya bisa tetapi sekeras apapun iya mencoba tubuhnya malah akan lebih terasa ditekan keras oleh sesuatu yang tak iya lihat."Risaaaaa!" Seru mama Risa sembari memukul paha anaknya. Risa terlonjak kaget dengan pukulan mamanya barusan. Pukulan itu berhasil membebaskan dirinya dari tindihan sesuatu yang tak dilihatnya. Risa dengan nafas yang masi terengah-engah pun bangun dari tidurnya. Iya lan