Share

222. Siasat Datuk Margi

Bimantara terbangun saat mendengar suara ketukan pintu di kamar sempit di dalam perut kapal itu. Cahaya keluar dari celah-celah pintu. Rupanya hari sudah pagi. Bimantara pun bergegas bangkit, meraih tongkatnya lalu berjalan membuka pintu. Saruang tersenyum padanya di ambang pintu.

“Datuk mengajak sarapan bersama di atas,” pinta Saruang.

Bimantara mengangguk. Saat Saruang hendak kembali ke atas, Bimantara memanggilnya.

“Saruang!”

Saruang menoleh heran padanya. “Iya,” jawabnya.

“Berapa lama lagi kira-kira kita akan tiba ke Suwarnadwipa?” tanya Bimantara.

“Mungkin sekitar lima hari lima malam lagi,” jawab Saruang.

Bimantara terkejut mendengarnya.

“Lama sekali,” keluhnya.

Saruang tersenyum padanya. “Pelayaran dari Nusantara ke Suwarnadwipa memang jauh.”

Bimantara angguk-angguk.

“Kita tunggu di atas,” ucap Saruang lalu pergi ke atas sana. Bimantara pun bersiap-siap keluar dari kamar sempit itu.

Saat dia sudah tiba ke atas. Matahari terbit tampak bersinar indah memantulkan cahayanya ke perm
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status