Kini pagi telah menjelang. Setelah berpakaian rapi Satya bergegas keluar dari kamarnya, dia terlihat menuju kamar Ibu Diana.Ceklek!Satya membuka pintu kamar yang tidak dikunci tersebut."Ada apa?" tanya wanita yang masih duduk di depan meja riasnya tersebut, saat melihat putranya masuk ke dalam kamar."Ma! Aku merasa tidak nyaman Clarissa berada di rumah ini. Tolong suruh dia pergi!" kata Satya."Satya! Mama yang meminta Clarissa untuk tinggal di rumah ini sampai orang tuanya datang. Jadi, mana mungkin mama menyuruh dia pergi!" sahut Ibu Diana. "Lagi pula, mama memang sengaja meminta Clarissa untuk tinggal di rumah ini, karena mama ingin menyadarkan kamu. Kalau kamu tidak pernah mencintai Hilya," kata Ibu Diana."Mama!" Satya menekan suaranya. "Tindakan Mama ini bisa melukai perasaan Hilya!" sahut Satya. "Dan Mama, juga bisa semakin melukai hati Clarissa," tambahnya. "Kerena, aku sama sekali sudah tidak menginginkan Clarissa.""Tidak menginginkan? Bukan berarti tidak mencintai, kan?
Selepas sarapan, Satya mengikuti langkah Hilya menuju kamarnya."Aku minta maaf, tadi aku tidak sengaja memanggil Clarissa dengan sebutan seperti itu!" Jelas Satya saat mengikuti langkah Hilya masuk ke dalam kamarnya. "Mmm... Semua terjadi begitu saja, aku spontan mengatakannya saat aku melihat selai kacang itu."Hilya menoleh ke arah Satya sembari tersenyum tipis, seraya duduk di tepi ranjang."Jangan marah, ya! Aku mohon!" pinta Satya dengan berlutut dihadapan Hilya sembari menggenggam tangannya."Aku mengerti, bertahun-tahun kalian menjalin hubungan, bahkan setelah kita menikah pun, kamu masih menjalin hubungan dengannya. Jadi, mana mungkin kenangan tentang dia bisa kamu lupakan begitu saja," jawab Hilya."Jadi kamu tidak marah?""Hmmmh!"Hilya kembali tersenyum."Kamu tidak cemburu?" tanya Satya dengan masih menggenggam tangan Hilya."Menurut Mas Satya?"Hilya berbalik tanya."Jika kamu cemburu aku sangat bahagia, karena itu artinya kamu takut kehilangan aku," sahut Satya dengan s
Hilya bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah sampai di kamar, Hilya melangkah menuju tempat tidur dan berniat untuk membaringkan tubuhnya, namun disaat dia hampir berbaring, tiba-tiba Clarissa membuka pintu kamar dengan paksa tanpa permisi.Gubrak!!"Ada apa?" tanya Hilya dengan wajah kesal."Hmmmh!"Clarissa menyahutinya dengan tersenyum sinis."Dengar ya, gadis kampung!" ujar Clarissa kemudian. "Kalau kamu berpikir aku iri dengan statusmu sebagai istri tuan muda rumah ini, kamu keliru besar," lanjutnya. "Kamu bukanlah wanita yang diinginkan Satya. Kamu juga sama sekali bukan tipe Satya," tambahnya. "Dan kalau pun saat ini Satya memperhatikan kamu, itu bukan karena dia menginginkan kamu, melainkan, karena anak dalam kandungan kamu itu. Jadi, berhenti bersikap seolah kamu permaisuri di rumah ini!"Clarissa terlihat sangat geram saat mengatakan hal tersebut pada Hilya.Sementara Hilya masih terlihat duduk tenang di tepi ranjang tidurnya, dengan memperhatikan Clarissa
Subuh menjelang. Hilya sudah duduk di atas sajadahnya.Setelah melaksanakan salat subuh, dia menoleh ke arah Satya, yang masih tertidur pulas di atas ranjang.Berlahan Hilya menghampiri laki-laki itu. Duduk di sampingnya, dan menyentuh lembut pipinya."Mas!"Hilya menepuk-nepuk pipinya dengan lembut."Sayang!"Satya terjaga dengan senyum menyapa Hilya."Katanya Mas Satya mau belajar bertaubat. Ayo bangun, salat subuh!""Sayang! Mas masih ngantuk," sahut Satya manja dengan merangkul pinggang Hilya dan tidur di pangkuannya."Mas! Ayo bangun! Nanti kalau sudah salat subuh! Hilya kasih hadiah!" rayu Hilya dengan mengusap-usap lembut rambut Satya."Apa?"Seketika Satya mendongakkan kepala."Waktu mandi, aku gosokin punggungnya," ucap Hilya dengan senyum nakal.Satya pun tersenyum girang, sembari langsung duduk tegap."Bener? Janji?"Satya mengangkat jari kelingkingnya di hadapan Hilya."Iya janji!" sahut Hilya dengan menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Satya.Satya pun te
Sore itu, Satya membawa Hilya ke salah satu butik milik seorang desainer terbaik yang ada di kota itu.Satya mulai meminta pemilik butik untuk memilihkan gaun terbaik yang bisa Hilya pakai di pesta malam nanti.Setelah lama memilih, pilihan Satya jatuh pada gaun mewah berwarna merah jambu.Kulit Hilya yang mulus, putih bersi, tentu sangat cocok dengan warna gaun pilihan Satya tersebut.Tidak hanya itu. Satya juga membawa Hilya ke salon milik seorang tata rias ternama.Satya meminta seorang penata rias dan seorang desainer ternama tersebut, memberikan sentuhan yang luar biasa pada penampilan Hilya.Akhirnya dengan bantuan penata rias tersebut, malam ini Hilya dapat mendampingi Satya dengan penampilan yang sangat sempurna.Tepat jam tujuh malam. Mobil Satya telah sampai di tempat parkir hotel berbintang lima.Satya meminta Hilya untuk menggandeng tangannya.Mereka berdua masuk ke dalam hall sebuah hotel berbintang tersebut.Sekalipun saat itu hanya Hilya satu-satunya pengunjung pesta ya
"Maaf ya Kak!"Seorang pelayan perempuan dengan penuh rasa bersalah meminta maaf pada Hilya.Setelah membereskan gelas yang jatuh di lantai, dia segera menyentuh baju Hilya dengan lap untuk membersihkannya."Tidak apa-apa! Tidak usah!" tolak Hilya lembut, sembari menepis pelan tangan pelayan itu."Hati-hati ya, kalau bekerja!" nasihat Hilya kemudian dengan tersenyum."What's going on here?"Tiba-tiba Merry Salvina menghampiri Hilya dan bertanya."This maidservant accidentally bumped into me Ma'am."(Pelayan perempuan ini tidak sengaja menabrak saya, Bu) Hilya menjawab pertanyaan Merry Salvina juga dengan bahasa Inggris."But you're okay?""No Ma'am, I'm okay.""Who are you? I never saw you before. Are you my guest?"Kemudian Merry Salvina bertanya (Kamu siapa? Saya tidak pernah melihat kamu sebelumnya, apa kamu tamu saya?)"Yes, I'm here with my husband, fulfilling your invitation, Ma'am."Hilya pun menjawab (Iya, saya ke sini bersama suami saya, memenuhi undangan Ibu)"Oh? Who is you
Sepertinya Clarissa benar-benar tidak main-main dengan ancamannya.Pagi ini dia berdandan sangat cantik."Selamat pagi, Ma!"Clarissa menyapa Ibu Diana yang saat itu sudah berada di meja makan.Wanita cantik itu mencium Ibu Diana kemudian menarik kursi dan duduk disampingnya."Kamu cantik sekali Sayang!" puji Ibu Diana pada Clarissa di depan Satya dan Hilya.Hilya melirik ke arah Satya, tampak laki-laki itu juga terpukau dengan kecantikan dan keseksian mantan kekasihnya."O, iya. Ma! Nanti malam aku ada undang menghadiri acara IFC, kebetulan aku dapat penghargaan sebagai desainer muda kreatif. Mama dan Satya mau kan, menemani aku?"Clarissa menyentuh tangan Ibu Diana saat mengatakan hal itu, dan menoleh ke arah Satya."Undangannya hanya untuk dua orang. Jadi, Hilya tidak bisa ikut," tambah Clarissa dengan suara lembut, dengan tersenyum ke arah Hilya.Hilya membalas tipis senyum Clarissa, seraya menoleh ke arah Satya."Aku tidak akan pergi, jika kamu tidak mengijinkan," kata Satya deng
Kini Satya sudah berada di sebuah acara yang diselenggarakan oleh salah satu organisasi Fashion, tempat di mana Clarissa akan menerima penghargaan.Clarissa menjadi wanita paling cantik yang menjadi pusat perhatian dalam acara malam itu.Semua mata takjub memandang Clarissa. Sorot kamera para fotografer pun tertuju pada penampilan menawannya."Clarissa sangat cantik, ya?" puji Ibu Diana dengan bertanya kepada Satya yang saat itu berdiri di sampingnya."Mmmm...."Satya tersenyum tipis dengan memperhatikan mantan kekasihnya yang saat itu berdiri di atas panggung tengah menerima penghargaan."Andai saat ini dia menjadi istrimu, pasti saat ini adalah malam istimewa untuk kita," tambah Ibu Diana."Sudah, Ma! Aku sudah menikah," pungkas Satya.Acara pun terus berjalan. Ibu Diana terlihat menikmati acara tersebut, sementara Satya tampak gelisah dan kurang bersemangat."Ma! Aku pulang dulu! Mama bisa pulang dengan Pak Jun."Satya berpamitan kepada Ibu Diana untuk pulang terlebih dahulu."Iya,