Share

Bab 71 (Mabuk)

Penulis: Anis _Mo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kini Satya sudah berada di sebuah acara yang diselenggarakan oleh salah satu organisasi Fashion, tempat di mana Clarissa akan menerima penghargaan.

Clarissa menjadi wanita paling cantik yang menjadi pusat perhatian dalam acara malam itu.

Semua mata takjub memandang Clarissa. Sorot kamera para fotografer pun tertuju pada penampilan menawannya.

"Clarissa sangat cantik, ya?" puji Ibu Diana dengan bertanya kepada Satya yang saat itu berdiri di sampingnya.

"Mmmm...."

Satya tersenyum tipis dengan memperhatikan mantan kekasihnya yang saat itu berdiri di atas panggung tengah menerima penghargaan.

"Andai saat ini dia menjadi istrimu, pasti saat ini adalah malam istimewa untuk kita," tambah Ibu Diana.

"Sudah, Ma! Aku sudah menikah," pungkas Satya.

Acara pun terus berjalan. Ibu Diana terlihat menikmati acara tersebut, sementara Satya tampak gelisah dan kurang bersemangat.

"Ma! Aku pulang dulu! Mama bisa pulang dengan Pak Jun."

Satya berpamitan kepada Ibu Diana untuk pulang terlebih dahulu.

"Iya,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bidadari Spesial   Bab 72 (Dipaksa Menikahi Calarissa)

    Hilya meletakkan nampan yang dia bawa di lantai dan kemudian masuk ke dalam kamar.Air matanya terus mengalir.Sembari mengusap-usap dadanya hilang duduk di tepi ranjangnya."Sayang aku bisa jelaskan semuanya!"Satya tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan berlutut di kaki Hilya. Dengan rambut dan pakaian yang masih acak-acakan."Sayang! Aku.... Aku benar-benar tidak mengingat apa pun!" kata Satya dengan masih berlutut di kaki Hilya."Sayang! Tolong percaya padaku! Semalam aku tidak sedang bersama Clarissa. Aku.... Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi," ucap Satya lagi."Sayang! Aku...."Satya mendongakkan kepala melihat Hilya yang hanya bergeming dengan air mata yang semakin menganak sungai."Sayang! Maafkan aku! Aku mabuk semalam, dan aku lupa dengan semuanya!" kata Satya dengan mencium tangan Hilya.Berlahan Hilya menepis tangan Satya. Dia mendorong laki-laki yang berlutut di kakinya itu.Hilya bangkit dari tempat duduknya tanpa berkata apa-apa."Sayang! Percayalah padaku! Aku b

  • Bidadari Spesial   Bab 73

    Di rumah keluarga Agung Wijaya, Clarissa mulai merajuk diperlukan Ibu Diana.Dia terisak tangis saat mengungkapkan isi hatinya."Bagaimana Ma, jika aku hamil? Satya tidak mau bertanggung jawab," kata Clarissa dengan memeluk Ibu Diana saat mereka berada di ruang keluarga."Sudah-sudah! Kamu tidak perlu khawatirkan hal itu! Mama pastikan, Satya akan secepatnya menikahi kamu," ujar Ibu Diana dengan membelai lembut rambut mantan tunangan putranya itu.*****Beberapa menit kemudian Ibu Diana dan Clarissa sudah berada di meja makan. Ibu Diana meminta Bibi Rum memanggil Hilya yang saat itu masih berada di dalam kamar.Sesaat kemudian. Hilya pun sudah duduk di hadapan Ibu Diana dan Clarissa."Kamu harus mengijinkan Satya menikah lagi dengan Clarissa!"Ibu Diana mengatakan hal itu dengan menatap Hilya."Satya harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan pada Clarissa. Terlebih kalau Clarissa sampai hamil," tambah Ibu Diana.Hilya yang semula menunduk, mulai menegakkan kepala."Aku..

  • Bidadari Spesial   Bab 74 (Hilya Pergi)

    Pagi telah menjelang, Hilya dan Satya saat ini telah berada di meja makan."Clarissa sudah keluar dari rumah ini," kata Ibu Diana yang baru saja menuju meja makan."Bagus," sahut Satya dengan menoleh ke arah mamanya.Ibu Diana menghela napas sembari duduk di hadapan Satya.Wajah ibu Diana tampak muram.Terlihat handphone yang Ibu Diana letakkan di mejanya bergetar.Berlahan Ibu Diana mengangkatnya."Apa?.... Iya, iya, aku akan segera ke sana," kata Ibu Diana di dalam telepon.Setelah menutup teleponnya, Ibu Diana melihat ke arah Satya."Satya! Clarissa mau melakukan percobaan bunuh diri," kata Ibu Diana.Satya hanya bergeming."Tante Erika yang menelepon mama," terang Ibu Diana dengan menyebutkan nama orang tua Clarissa."Hmmmh!"Satya tersenyum kecut sembari terus mengabaikan kabar yang diberikan mamanya."Dari semalam dia duduk di balkon lantai dua puluh kantor kamu," kata Ibu Diana lagi.Satya yang semula mengacuhkan perkataan mamanya berlahan mendongakkan kepala."Satya, sampai sa

  • Bidadari Spesial   Bab 75

    Tiba-tiba mobil Dirga berhenti di halaman rumah Satya.Sopir Dirga keluar, dan memasukkan barang-barang Hilya ke dalam mobil.Hilya pun bergegas ikut masuk ke dalam mobil itu."Apa ini maksudnya?" tanya Satya heran."Saat ini aku pengacara istrimu," sahut Dirga dengan menghalangi langkah Satya yang ingin menarik lengan Hilya agar tidak masuk ke dalam mobil."Kamu menghianati aku?" tanya Satya dengan menatap mata Dirga kecewa."Kalian butuh waktu untuk sendiri, sendiri, okey!"Dirga mengatakan dengan menepuk lengan Satya. Kemudian masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan halaman rumah mewah itu."Aaaaaaagh!!"Satya terlihat marah saat melihat mobil itu pergi. Dia mengepalkan tangannya kemudian memukulkannya ke dinding rumahnya."Auuuuuw!" Pekiknya saat merasakan rasa sakit yang sangat di tangannya.*****Waktu terus berjalan. Hari telah berganti. Dengan bantuan Dirga, kini Hilya telah sampai di rumahnya."Kenapa nggak diantar suamimu?" tanya Hajjah Halimah saat Hilya mulai memasu

  • Bidadari Spesial   Bab 76 (Satya Frustasi)

    Kini pagi telah tiba. Satya sudah berada di ruang kerjanya berjibaku dengan laptop dan berkas-berkas yang berserakan di meja.Seorang laki-laki tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Satya."Bagaimana kabarmu?" tanya laki-laki yang tidak lain adalah pengacara Satya tersebut.Satya melirik laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaannya, seraya kemudian melanjutkan mengetik sesuatu di laptopnya."O, iya. Bagaiman kabar Clarissa? Kapan kalian menikah?" tanya pengacara itu kemudian sembari duduk di hadapan Satya."Clarissa sudah pergi. Dia memutuskan untuk kembali ke Jepang setelah kejadian kemarin," sahut Satya dengan masih mengerjakan sesuatu di laptopnya."Oooh.... Pantas, kamu terlihat frustrasi sekali. Ternya, dua orang wanita yang sangat mencintaimu, kompak meninggalkan kamu secara bersamaan," ejek Dirga dengan terkekeh."Hmmmh!"Satya membuang napas keras sembari melirik Dirga dengan wajah kesal."Kapan rencana kamu menyusul Clarissa ke Jepang?" tanya Dirga lagi."Siapa bilang aku mau me

  • Bidadari Spesial   Bab 77 (Belajar agama)

    Pukul dua puluh satu malam, Satya baru sampai di rumahnya. Laki-laki itu bergegas masuk ke dalam kamar, mengganti pakaiannya dan membersihkan diri.Setelah itu dia tampak membuka laci, mengambil sebuah buku kecil tuntutan salat yang pernah diberikan oleh istrinya.Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dengan membaca buku tersebut."Aaaaagh!" desahnya."Hmmmh!" kemudian dia membuang napas keras, dan meraih handphone yang ada di meja lampu tidurnya.Dia menyentuh layar handphone tersebut. Terlihat gambar Hilya, wanita yang pernah dinikahinya di layar utama handphone tersebut.Gambar wanita cantik itu, tampak tersenyum manis ke arahnya.Satya tersebut kecil. Entah apa yang laki-laki kaya itu pikirkan, mungkin rasa rindu, karena sudah hampir satu Minggu mereka tidak bertemu.Namun tiba-tiba senyum di bibir Satya menghilang, berganti dengan wajah kesal."Wanita macam apa kamu? Keluar dari rumah tanpa izin. Kamu pikir, aku akan meneleponmu? Tidak akan pernah!"Satya tampak berbicara de

  • Bidadari Spesial   Bab 78 (Mencari Jodoh)

    Siang itu setelah menyelesaikan pekerjaannya, Dirga bergegas menuju kantor Satya."Aku lupa, kita hampir saja terlambat. Hari ini kamu ada jadwal kencan dengan Lily Harland. Putri pengungusa Cokro Harland. Dia baru saja menyelesaikan sekolah bisnisnya di Eropa, dan saat ini, menjabat sebagai direktur di anak perusahaan ayahnya," terang Dirga."Ayo cepat!" kata Dirga kemudian seraya keluar dari ruang kerja Satya.Satya pun bergegas mengikuti langkah Dirga dengan merapikan kancing jasnya.Pengusaha kaya itu, terlihat sangat tampan saat mengenakan setelan jas dengan warna apa pun.Dua puluh menit kemudian mobil yang dinaiki Satya sudah berhenti di halaman parkir hotel bintang lima.Ternyata Dirga mengatur pertemuan Satya dengan putri pengusaha kaya itu, di sebuah restoran mewah yang ada di dalam hotel ini.Saat ini Satya telah duduk di restoran, menunggu wanita cantik yang akan dia temui."Dia masih di jalan," bisik Dirga saat Satya berkali-kali melihat arloji di tangannya.Beberapa men

  • Bidadari Spesial   Bab 79 (Gugatan Cerai)

    Pagi telah menjelang. Seperti biasa Satya kembali disibukkan dengan pekerjaannya, dan jadwal kencannya.Terlihat handphone di mejanya bergetar. Satya bergegas mengangkat handphone tersebut sembari terus berkonsentrasi dengan laptop dan file-file yang ada di hadapannya."Jam satu nanti kamu ada jadwal makan siang dengan Syakila, dia model, dan seorang hijabers," terang Dirga, seorang sahabat yang menelepon Satya."Hari, hari aku sibuk, jadi aku tidak bisa menemanimu," tambahnya."Kalau begitu tunda saja pertemuannya. Jika waktumu sudah senggang, baru kita temui wanita itu," jawab Satya sembari terus mengetik sesuatu di laptopnya."Ce'k!" Dirga mendesis. "Ayolah teman! Aku benar-benar sibuk beberapa hari ini. Aku sudah atur jadwal pertemuanmu. Asisten dan sopirmu juga sudah aku beri tahu, jadi untuk sementara mereka semua yang akan menemanimu."Tanpa membalas penjelasan Dirga, Satya mematikan handphonenya, dan kemudian meletakkan benda berbentuk pipih tersebut di sebelah laptopnya.Hand

Bab terbaru

  • Bidadari Spesial   Bab 83 (Tamat)

    Selepas persalinan, Satya tidak beranjak dari kamar Hilya. Laki-laki itu duduk di kursi yang ada di sebelah kanan bed Hilya. Menjaga Hilya dan bayinya sepanjang malam."Sayang! Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Kamu mau menerimaku kembali kan? Tolong maafkan aku!" Satya kembali menggenggam tangan Hilya untuk meminta maaf.Hilya masih bergeming dengan mengalihkan pandangannya dari tetap Satya "Sayang! Aku sungguh-sungguh! Aku berniat untuk tinggal di kota ini. Aku akan tinggal di sini bersama keluargamu. Aku akan belajar agama pada Abi dan ummi."Berlahan Hilya menoleh ke arah Satya."Kamu mau tinggal di sini mas?" tanya Hilya tidak percaya."Iya. Aku akan belajar agama di sini, aku sungguh-sungguh ingin menjadi imam yang dapat kamu banggakan," sahut Satya."Sayang! Kamu ingin membangun yayasan pendidikan di tanah abi, kan? Aku akan segera membelinya dari abi. Kita akan bangun masjid di sana, sekolah untuk anak yatim-piatu, untuk kaum duafa, aku siap menjadi donaturmu," kata

  • Bidadari Spesial   Bab 82 (Ciuman Penahan Sakit)

    Delapan jam telah berlalu. Hilya masih berada di rumah praktek bersalin milik bidan desa.Saat ini sudah jam dua puluh empat malam."Sudah pembukaan delapan," kata Bu Bidan sambil tersenyum, setelah memeriksa jalan lahir Hilya.Hilya mulai terlihat kesakitan.Sesekali dia membuang napas keras."Huuuuuuh!""Kalau rasa sakitnya semakin sangat, tandanya pembukaannya akan sempurna, dan bayinya akan segera keluar," ujar Bu Bidan.Setelah memeriksa Hilya, Bu bidan keluar dari ruangan.Keringat Hilya mulai bercucur. Ketika rasa sakitnya datang Hilya mulai menggenggam tangan umminya dan berteriak menyebut nama Tuhan."Allah!!""Sakit!!!" desah Hilya saat rasa sakit yang datang begitu terasa mengguncang jalan lahirnya.Bu Bidan yang mendengarkan teriakan Hilya bergegas masuk kembali ke dalam ruangan.Bidan senior itu tampak membawa tiga asisten masuk ke dalam ruang bersalin.Tiga orang bidan muda yang nantinya akan membantu proses persalinan Hilya."Tolong ditutup pintunya!" kata bidan senior

  • Bidadari Spesial   Bab 81 (proses persalinan)

    Semua mobil kini mulai melaju. Empat mobil yang di kendarai gadis bernama Zara beserta asistennya, dan empat mobil lagi yang dinaiki Satya beserta asistennya. Delapan mobil itu terlihat berjalan beriringan. Rombongan mobil milik Zara berjalan di depan, sementara rombongan mobil Satya berjalan di belakangnya. Saat dalam perjalanan tiba-tiba terdengar suara kumandang adzan Magrib. Mobil terus melaju kencang. "Gadis agamis seperti apa dia? Mendengar adzan Maghrib tepat melajukan mobil dengan kencang. Tidak bisa melihat ada sebuah masjid di pinggir jalan," gerutu Satya tiba-tiba. Dengan wajah heran Dirga pun menoleh ke arah Satya. "Pak! Berhenti!" kata Satya kepada sopirnya. Seketika mobil menepi. "Aku mau salat Magrib dulu di masjid. Kamu boleh terus ikuti gadis itu," kata Satya pada Dirga. "Hmmmmh!" Dirga mulai membuang napas keras. "Aku rasa dia bukan gadis yang tepat untukku. Aku tidak ingin menemuinya," ujar Satya. "Hmmmmh!" Dirga kembali membuang napas keras. "Lalu?"

  • Bidadari Spesial   Bab 80 (Kontraksi)

    Sore itu Hajjah Halimah membawa putrinya ke rumah bidan praktek yang ada di desa itu. Tempat biasa Hilya memeriksakan kandungannya.Ibu Bidan mulai memeriksa kandungan dan jalan lahir Hilya."Masih sakit perutnya?" tanya Bu Bidan."Sudah tidak, Bu," sahut Hilya."Tadi kontraksi sebentar," kata Bu Bidan."Ini masih buka satu. In Sha Allah enam jam atau sepuluh jam lagi baru melahirkan. Pulang dulu saja ya, istirahat di rumah!" saran Bu Bidan.Akhirnya setelah periksa Hilya mengikuti saran bidan, untuk kembali ke rumah.Waktu terus berjalan, esok hari pun tiba. Hilya masih terlihat sehat. Tidak ada tanda-tanda wanita cantik itu akan melahirkan."Perutmu nggak sakit lagi, Nak?" tanya Hajjah Halimah saat Hilya membantunya memasak di dapur."Belum.""Kata bidan, enam sampai sepuluh jam. Ini sudah lebih dari sepuluh jam loh, kok kamu belum melahirkan?""Kata bidan itu In Sha Allah, Ummi! Hilya kan masih pembukaan satu. Yang pernah Hilya baca, kalau masih pembukaan satu, bisa berlangsung beb

  • Bidadari Spesial   Bab 79 (Gugatan Cerai)

    Pagi telah menjelang. Seperti biasa Satya kembali disibukkan dengan pekerjaannya, dan jadwal kencannya.Terlihat handphone di mejanya bergetar. Satya bergegas mengangkat handphone tersebut sembari terus berkonsentrasi dengan laptop dan file-file yang ada di hadapannya."Jam satu nanti kamu ada jadwal makan siang dengan Syakila, dia model, dan seorang hijabers," terang Dirga, seorang sahabat yang menelepon Satya."Hari, hari aku sibuk, jadi aku tidak bisa menemanimu," tambahnya."Kalau begitu tunda saja pertemuannya. Jika waktumu sudah senggang, baru kita temui wanita itu," jawab Satya sembari terus mengetik sesuatu di laptopnya."Ce'k!" Dirga mendesis. "Ayolah teman! Aku benar-benar sibuk beberapa hari ini. Aku sudah atur jadwal pertemuanmu. Asisten dan sopirmu juga sudah aku beri tahu, jadi untuk sementara mereka semua yang akan menemanimu."Tanpa membalas penjelasan Dirga, Satya mematikan handphonenya, dan kemudian meletakkan benda berbentuk pipih tersebut di sebelah laptopnya.Hand

  • Bidadari Spesial   Bab 79 (Gugatan Cerai)

    Pagi telah menjelang. Seperti biasa Satya kembali disibukkan dengan pekerjaannya, dan jadwal kencannya.Terlihat handphone di mejanya bergetar. Satya bergegas mengangkat handphone tersebut sembari terus berkonsentrasi dengan laptop dan file-file yang ada di hadapannya."Jam satu nanti kamu ada jadwal makan siang dengan Syakila, dia model, dan seorang hijabers," terang Dirga, seorang sahabat yang menelepon Satya."Hari, hari aku sibuk, jadi aku tidak bisa menemanimu," tambahnya."Kalau begitu tunda saja pertemuannya. Jika waktumu sudah senggang, baru kita temui wanita itu," jawab Satya sembari terus mengetik sesuatu di laptopnya."Ce'k!" Dirga mendesis. "Ayolah teman! Aku benar-benar sibuk beberapa hari ini. Aku sudah atur jadwal pertemuanmu. Asisten dan sopirmu juga sudah aku beri tahu, jadi untuk sementara mereka semua yang akan menemanimu."Tanpa membalas penjelasan Dirga, Satya mematikan handphonenya, dan kemudian meletakkan benda berbentuk pipih tersebut di sebelah laptopnya.Hand

  • Bidadari Spesial   Bab 78 (Mencari Jodoh)

    Siang itu setelah menyelesaikan pekerjaannya, Dirga bergegas menuju kantor Satya."Aku lupa, kita hampir saja terlambat. Hari ini kamu ada jadwal kencan dengan Lily Harland. Putri pengungusa Cokro Harland. Dia baru saja menyelesaikan sekolah bisnisnya di Eropa, dan saat ini, menjabat sebagai direktur di anak perusahaan ayahnya," terang Dirga."Ayo cepat!" kata Dirga kemudian seraya keluar dari ruang kerja Satya.Satya pun bergegas mengikuti langkah Dirga dengan merapikan kancing jasnya.Pengusaha kaya itu, terlihat sangat tampan saat mengenakan setelan jas dengan warna apa pun.Dua puluh menit kemudian mobil yang dinaiki Satya sudah berhenti di halaman parkir hotel bintang lima.Ternyata Dirga mengatur pertemuan Satya dengan putri pengusaha kaya itu, di sebuah restoran mewah yang ada di dalam hotel ini.Saat ini Satya telah duduk di restoran, menunggu wanita cantik yang akan dia temui."Dia masih di jalan," bisik Dirga saat Satya berkali-kali melihat arloji di tangannya.Beberapa men

  • Bidadari Spesial   Bab 77 (Belajar agama)

    Pukul dua puluh satu malam, Satya baru sampai di rumahnya. Laki-laki itu bergegas masuk ke dalam kamar, mengganti pakaiannya dan membersihkan diri.Setelah itu dia tampak membuka laci, mengambil sebuah buku kecil tuntutan salat yang pernah diberikan oleh istrinya.Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dengan membaca buku tersebut."Aaaaagh!" desahnya."Hmmmh!" kemudian dia membuang napas keras, dan meraih handphone yang ada di meja lampu tidurnya.Dia menyentuh layar handphone tersebut. Terlihat gambar Hilya, wanita yang pernah dinikahinya di layar utama handphone tersebut.Gambar wanita cantik itu, tampak tersenyum manis ke arahnya.Satya tersebut kecil. Entah apa yang laki-laki kaya itu pikirkan, mungkin rasa rindu, karena sudah hampir satu Minggu mereka tidak bertemu.Namun tiba-tiba senyum di bibir Satya menghilang, berganti dengan wajah kesal."Wanita macam apa kamu? Keluar dari rumah tanpa izin. Kamu pikir, aku akan meneleponmu? Tidak akan pernah!"Satya tampak berbicara de

  • Bidadari Spesial   Bab 76 (Satya Frustasi)

    Kini pagi telah tiba. Satya sudah berada di ruang kerjanya berjibaku dengan laptop dan berkas-berkas yang berserakan di meja.Seorang laki-laki tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Satya."Bagaimana kabarmu?" tanya laki-laki yang tidak lain adalah pengacara Satya tersebut.Satya melirik laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaannya, seraya kemudian melanjutkan mengetik sesuatu di laptopnya."O, iya. Bagaiman kabar Clarissa? Kapan kalian menikah?" tanya pengacara itu kemudian sembari duduk di hadapan Satya."Clarissa sudah pergi. Dia memutuskan untuk kembali ke Jepang setelah kejadian kemarin," sahut Satya dengan masih mengerjakan sesuatu di laptopnya."Oooh.... Pantas, kamu terlihat frustrasi sekali. Ternya, dua orang wanita yang sangat mencintaimu, kompak meninggalkan kamu secara bersamaan," ejek Dirga dengan terkekeh."Hmmmh!"Satya membuang napas keras sembari melirik Dirga dengan wajah kesal."Kapan rencana kamu menyusul Clarissa ke Jepang?" tanya Dirga lagi."Siapa bilang aku mau me

DMCA.com Protection Status