Share

Bab 61

Penulis: Anis _Mo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari itu telah berganti, kini pagi menjelang. Hilya sudah bersiap untuk meninggalkan rumah laki-laki yang telah menikahinya beberapa bulan yang lalu.

Di dalam kamar, Hilya sudah bersiap untuk membawa barang-barangnya keluar.

Tok tok tok!

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu.

Ceklek!

Terlihat seorang gadis kecil masuk ke dalam kamar yang ditempati Hilya.

Tiba-tiba gadis kecil itu berlari ke arah Hilya yang saat itu hendak mengangkat barang-barangnya.

"Aku tidak ingin kakak pergi!" kata gadis itu dengan memeluk erat tubuh Hilya. "Oma bilang kakak sedang sakit, dan aku tidak boleh menemui kakak! Aku mematuhi perintah Oma, meski aku sangat rindu kakak," lanjut gadis kecil itu.

"Tapi saat aku dengar hari ini kakak mau pergi, aku ingin segera bertemu dengan kakak. Aku sedih! Aku tidak ingin kakak pergi!" ungkapnya. "Kakak belum pernah bermain bersamaku meski pun kakak ada di rumah ini. Kakak juga belum pernah membantuku belajar. Lalu, kenapa kakak sudah mau pergi?"

Gadis kecil itu terli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bidadari Spesial   Bab 62 (Jubah handuk)

    Kini orang tua Hilya telah meninggalkan rumah keluarga Agung Wijaya. Sementara Hilya tetap berada di rumah itu. Entah apa alasan Hilya untuk tetap berada di rumah itu, mungkinkah karena rasa cinta pada Satya, ataukah hanya sekedar mempertahankan pernikahan demi anak yang ada dalam kandungannya.Dua hari telah berlalu. Malam ini di rumah ibu Diana, terlihat Clarissa dengan membawa koper masuk ke dalam rumah itu.Hilya yang saat itu tidak sengaja melihat Clarissa penuh tanda tanya di lama hati, apalagi saat mendengar percakapan wanita itu dengan Ibu Diana."Mama! Kenapa wanita itu masih ada di sini?" tanya Clarissa yang melihat Hilya baru turun dari lantai dua kamarnya."Duduklah dulu! Nanti mama jelaskan," sahut Ibu Diana dengan meminta Clarissa duduk di sampingnya saat berada di meja makan.Hilya yang saat itu hendak bergabung di meja makan bersama mereka mengurungkan niatnya. Hilya bergegas melangkah menuju dapur, dan pura-pura mengambil minuman di dalam kulkas yang ada di dapur.Ter

  • Bidadari Spesial   Bab 63

    Kini pagi telah menjelang. Setelah berpakaian rapi Satya bergegas keluar dari kamarnya, dia terlihat menuju kamar Ibu Diana.Ceklek!Satya membuka pintu kamar yang tidak dikunci tersebut."Ada apa?" tanya wanita yang masih duduk di depan meja riasnya tersebut, saat melihat putranya masuk ke dalam kamar."Ma! Aku merasa tidak nyaman Clarissa berada di rumah ini. Tolong suruh dia pergi!" kata Satya."Satya! Mama yang meminta Clarissa untuk tinggal di rumah ini sampai orang tuanya datang. Jadi, mana mungkin mama menyuruh dia pergi!" sahut Ibu Diana. "Lagi pula, mama memang sengaja meminta Clarissa untuk tinggal di rumah ini, karena mama ingin menyadarkan kamu. Kalau kamu tidak pernah mencintai Hilya," kata Ibu Diana."Mama!" Satya menekan suaranya. "Tindakan Mama ini bisa melukai perasaan Hilya!" sahut Satya. "Dan Mama, juga bisa semakin melukai hati Clarissa," tambahnya. "Kerena, aku sama sekali sudah tidak menginginkan Clarissa.""Tidak menginginkan? Bukan berarti tidak mencintai, kan?

  • Bidadari Spesial   Bab 64

    Selepas sarapan, Satya mengikuti langkah Hilya menuju kamarnya."Aku minta maaf, tadi aku tidak sengaja memanggil Clarissa dengan sebutan seperti itu!" Jelas Satya saat mengikuti langkah Hilya masuk ke dalam kamarnya. "Mmm... Semua terjadi begitu saja, aku spontan mengatakannya saat aku melihat selai kacang itu."Hilya menoleh ke arah Satya sembari tersenyum tipis, seraya duduk di tepi ranjang."Jangan marah, ya! Aku mohon!" pinta Satya dengan berlutut dihadapan Hilya sembari menggenggam tangannya."Aku mengerti, bertahun-tahun kalian menjalin hubungan, bahkan setelah kita menikah pun, kamu masih menjalin hubungan dengannya. Jadi, mana mungkin kenangan tentang dia bisa kamu lupakan begitu saja," jawab Hilya."Jadi kamu tidak marah?""Hmmmh!"Hilya kembali tersenyum."Kamu tidak cemburu?" tanya Satya dengan masih menggenggam tangan Hilya."Menurut Mas Satya?"Hilya berbalik tanya."Jika kamu cemburu aku sangat bahagia, karena itu artinya kamu takut kehilangan aku," sahut Satya dengan s

  • Bidadari Spesial   Bab 65

    Hilya bergegas menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Setelah sampai di kamar, Hilya melangkah menuju tempat tidur dan berniat untuk membaringkan tubuhnya, namun disaat dia hampir berbaring, tiba-tiba Clarissa membuka pintu kamar dengan paksa tanpa permisi.Gubrak!!"Ada apa?" tanya Hilya dengan wajah kesal."Hmmmh!"Clarissa menyahutinya dengan tersenyum sinis."Dengar ya, gadis kampung!" ujar Clarissa kemudian. "Kalau kamu berpikir aku iri dengan statusmu sebagai istri tuan muda rumah ini, kamu keliru besar," lanjutnya. "Kamu bukanlah wanita yang diinginkan Satya. Kamu juga sama sekali bukan tipe Satya," tambahnya. "Dan kalau pun saat ini Satya memperhatikan kamu, itu bukan karena dia menginginkan kamu, melainkan, karena anak dalam kandungan kamu itu. Jadi, berhenti bersikap seolah kamu permaisuri di rumah ini!"Clarissa terlihat sangat geram saat mengatakan hal tersebut pada Hilya.Sementara Hilya masih terlihat duduk tenang di tepi ranjang tidurnya, dengan memperhatikan Clarissa

  • Bidadari Spesial   Bab 67 (Rencana Pesta)

    Subuh menjelang. Hilya sudah duduk di atas sajadahnya.Setelah melaksanakan salat subuh, dia menoleh ke arah Satya, yang masih tertidur pulas di atas ranjang.Berlahan Hilya menghampiri laki-laki itu. Duduk di sampingnya, dan menyentuh lembut pipinya."Mas!"Hilya menepuk-nepuk pipinya dengan lembut."Sayang!"Satya terjaga dengan senyum menyapa Hilya."Katanya Mas Satya mau belajar bertaubat. Ayo bangun, salat subuh!""Sayang! Mas masih ngantuk," sahut Satya manja dengan merangkul pinggang Hilya dan tidur di pangkuannya."Mas! Ayo bangun! Nanti kalau sudah salat subuh! Hilya kasih hadiah!" rayu Hilya dengan mengusap-usap lembut rambut Satya."Apa?"Seketika Satya mendongakkan kepala."Waktu mandi, aku gosokin punggungnya," ucap Hilya dengan senyum nakal.Satya pun tersenyum girang, sembari langsung duduk tegap."Bener? Janji?"Satya mengangkat jari kelingkingnya di hadapan Hilya."Iya janji!" sahut Hilya dengan menyatukan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Satya.Satya pun te

  • Bidadari Spesial   Bab 68 (Kejadian di Pesta (

    Sore itu, Satya membawa Hilya ke salah satu butik milik seorang desainer terbaik yang ada di kota itu.Satya mulai meminta pemilik butik untuk memilihkan gaun terbaik yang bisa Hilya pakai di pesta malam nanti.Setelah lama memilih, pilihan Satya jatuh pada gaun mewah berwarna merah jambu.Kulit Hilya yang mulus, putih bersi, tentu sangat cocok dengan warna gaun pilihan Satya tersebut.Tidak hanya itu. Satya juga membawa Hilya ke salon milik seorang tata rias ternama.Satya meminta seorang penata rias dan seorang desainer ternama tersebut, memberikan sentuhan yang luar biasa pada penampilan Hilya.Akhirnya dengan bantuan penata rias tersebut, malam ini Hilya dapat mendampingi Satya dengan penampilan yang sangat sempurna.Tepat jam tujuh malam. Mobil Satya telah sampai di tempat parkir hotel berbintang lima.Satya meminta Hilya untuk menggandeng tangannya.Mereka berdua masuk ke dalam hall sebuah hotel berbintang tersebut.Sekalipun saat itu hanya Hilya satu-satunya pengunjung pesta ya

  • Bidadari Spesial   Bab 69 (Pesta)

    "Maaf ya Kak!"Seorang pelayan perempuan dengan penuh rasa bersalah meminta maaf pada Hilya.Setelah membereskan gelas yang jatuh di lantai, dia segera menyentuh baju Hilya dengan lap untuk membersihkannya."Tidak apa-apa! Tidak usah!" tolak Hilya lembut, sembari menepis pelan tangan pelayan itu."Hati-hati ya, kalau bekerja!" nasihat Hilya kemudian dengan tersenyum."What's going on here?"Tiba-tiba Merry Salvina menghampiri Hilya dan bertanya."This maidservant accidentally bumped into me Ma'am."(Pelayan perempuan ini tidak sengaja menabrak saya, Bu) Hilya menjawab pertanyaan Merry Salvina juga dengan bahasa Inggris."But you're okay?""No Ma'am, I'm okay.""Who are you? I never saw you before. Are you my guest?"Kemudian Merry Salvina bertanya (Kamu siapa? Saya tidak pernah melihat kamu sebelumnya, apa kamu tamu saya?)"Yes, I'm here with my husband, fulfilling your invitation, Ma'am."Hilya pun menjawab (Iya, saya ke sini bersama suami saya, memenuhi undangan Ibu)"Oh? Who is you

  • Bidadari Spesial   Bab 70

    Sepertinya Clarissa benar-benar tidak main-main dengan ancamannya.Pagi ini dia berdandan sangat cantik."Selamat pagi, Ma!"Clarissa menyapa Ibu Diana yang saat itu sudah berada di meja makan.Wanita cantik itu mencium Ibu Diana kemudian menarik kursi dan duduk disampingnya."Kamu cantik sekali Sayang!" puji Ibu Diana pada Clarissa di depan Satya dan Hilya.Hilya melirik ke arah Satya, tampak laki-laki itu juga terpukau dengan kecantikan dan keseksian mantan kekasihnya."O, iya. Ma! Nanti malam aku ada undang menghadiri acara IFC, kebetulan aku dapat penghargaan sebagai desainer muda kreatif. Mama dan Satya mau kan, menemani aku?"Clarissa menyentuh tangan Ibu Diana saat mengatakan hal itu, dan menoleh ke arah Satya."Undangannya hanya untuk dua orang. Jadi, Hilya tidak bisa ikut," tambah Clarissa dengan suara lembut, dengan tersenyum ke arah Hilya.Hilya membalas tipis senyum Clarissa, seraya menoleh ke arah Satya."Aku tidak akan pergi, jika kamu tidak mengijinkan," kata Satya deng

Bab terbaru

  • Bidadari Spesial   Bab 83 (Tamat)

    Selepas persalinan, Satya tidak beranjak dari kamar Hilya. Laki-laki itu duduk di kursi yang ada di sebelah kanan bed Hilya. Menjaga Hilya dan bayinya sepanjang malam."Sayang! Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Kamu mau menerimaku kembali kan? Tolong maafkan aku!" Satya kembali menggenggam tangan Hilya untuk meminta maaf.Hilya masih bergeming dengan mengalihkan pandangannya dari tetap Satya "Sayang! Aku sungguh-sungguh! Aku berniat untuk tinggal di kota ini. Aku akan tinggal di sini bersama keluargamu. Aku akan belajar agama pada Abi dan ummi."Berlahan Hilya menoleh ke arah Satya."Kamu mau tinggal di sini mas?" tanya Hilya tidak percaya."Iya. Aku akan belajar agama di sini, aku sungguh-sungguh ingin menjadi imam yang dapat kamu banggakan," sahut Satya."Sayang! Kamu ingin membangun yayasan pendidikan di tanah abi, kan? Aku akan segera membelinya dari abi. Kita akan bangun masjid di sana, sekolah untuk anak yatim-piatu, untuk kaum duafa, aku siap menjadi donaturmu," kata

  • Bidadari Spesial   Bab 82 (Ciuman Penahan Sakit)

    Delapan jam telah berlalu. Hilya masih berada di rumah praktek bersalin milik bidan desa.Saat ini sudah jam dua puluh empat malam."Sudah pembukaan delapan," kata Bu Bidan sambil tersenyum, setelah memeriksa jalan lahir Hilya.Hilya mulai terlihat kesakitan.Sesekali dia membuang napas keras."Huuuuuuh!""Kalau rasa sakitnya semakin sangat, tandanya pembukaannya akan sempurna, dan bayinya akan segera keluar," ujar Bu Bidan.Setelah memeriksa Hilya, Bu bidan keluar dari ruangan.Keringat Hilya mulai bercucur. Ketika rasa sakitnya datang Hilya mulai menggenggam tangan umminya dan berteriak menyebut nama Tuhan."Allah!!""Sakit!!!" desah Hilya saat rasa sakit yang datang begitu terasa mengguncang jalan lahirnya.Bu Bidan yang mendengarkan teriakan Hilya bergegas masuk kembali ke dalam ruangan.Bidan senior itu tampak membawa tiga asisten masuk ke dalam ruang bersalin.Tiga orang bidan muda yang nantinya akan membantu proses persalinan Hilya."Tolong ditutup pintunya!" kata bidan senior

  • Bidadari Spesial   Bab 81 (proses persalinan)

    Semua mobil kini mulai melaju. Empat mobil yang di kendarai gadis bernama Zara beserta asistennya, dan empat mobil lagi yang dinaiki Satya beserta asistennya. Delapan mobil itu terlihat berjalan beriringan. Rombongan mobil milik Zara berjalan di depan, sementara rombongan mobil Satya berjalan di belakangnya. Saat dalam perjalanan tiba-tiba terdengar suara kumandang adzan Magrib. Mobil terus melaju kencang. "Gadis agamis seperti apa dia? Mendengar adzan Maghrib tepat melajukan mobil dengan kencang. Tidak bisa melihat ada sebuah masjid di pinggir jalan," gerutu Satya tiba-tiba. Dengan wajah heran Dirga pun menoleh ke arah Satya. "Pak! Berhenti!" kata Satya kepada sopirnya. Seketika mobil menepi. "Aku mau salat Magrib dulu di masjid. Kamu boleh terus ikuti gadis itu," kata Satya pada Dirga. "Hmmmmh!" Dirga mulai membuang napas keras. "Aku rasa dia bukan gadis yang tepat untukku. Aku tidak ingin menemuinya," ujar Satya. "Hmmmmh!" Dirga kembali membuang napas keras. "Lalu?"

  • Bidadari Spesial   Bab 80 (Kontraksi)

    Sore itu Hajjah Halimah membawa putrinya ke rumah bidan praktek yang ada di desa itu. Tempat biasa Hilya memeriksakan kandungannya.Ibu Bidan mulai memeriksa kandungan dan jalan lahir Hilya."Masih sakit perutnya?" tanya Bu Bidan."Sudah tidak, Bu," sahut Hilya."Tadi kontraksi sebentar," kata Bu Bidan."Ini masih buka satu. In Sha Allah enam jam atau sepuluh jam lagi baru melahirkan. Pulang dulu saja ya, istirahat di rumah!" saran Bu Bidan.Akhirnya setelah periksa Hilya mengikuti saran bidan, untuk kembali ke rumah.Waktu terus berjalan, esok hari pun tiba. Hilya masih terlihat sehat. Tidak ada tanda-tanda wanita cantik itu akan melahirkan."Perutmu nggak sakit lagi, Nak?" tanya Hajjah Halimah saat Hilya membantunya memasak di dapur."Belum.""Kata bidan, enam sampai sepuluh jam. Ini sudah lebih dari sepuluh jam loh, kok kamu belum melahirkan?""Kata bidan itu In Sha Allah, Ummi! Hilya kan masih pembukaan satu. Yang pernah Hilya baca, kalau masih pembukaan satu, bisa berlangsung beb

  • Bidadari Spesial   Bab 79 (Gugatan Cerai)

    Pagi telah menjelang. Seperti biasa Satya kembali disibukkan dengan pekerjaannya, dan jadwal kencannya.Terlihat handphone di mejanya bergetar. Satya bergegas mengangkat handphone tersebut sembari terus berkonsentrasi dengan laptop dan file-file yang ada di hadapannya."Jam satu nanti kamu ada jadwal makan siang dengan Syakila, dia model, dan seorang hijabers," terang Dirga, seorang sahabat yang menelepon Satya."Hari, hari aku sibuk, jadi aku tidak bisa menemanimu," tambahnya."Kalau begitu tunda saja pertemuannya. Jika waktumu sudah senggang, baru kita temui wanita itu," jawab Satya sembari terus mengetik sesuatu di laptopnya."Ce'k!" Dirga mendesis. "Ayolah teman! Aku benar-benar sibuk beberapa hari ini. Aku sudah atur jadwal pertemuanmu. Asisten dan sopirmu juga sudah aku beri tahu, jadi untuk sementara mereka semua yang akan menemanimu."Tanpa membalas penjelasan Dirga, Satya mematikan handphonenya, dan kemudian meletakkan benda berbentuk pipih tersebut di sebelah laptopnya.Hand

  • Bidadari Spesial   Bab 79 (Gugatan Cerai)

    Pagi telah menjelang. Seperti biasa Satya kembali disibukkan dengan pekerjaannya, dan jadwal kencannya.Terlihat handphone di mejanya bergetar. Satya bergegas mengangkat handphone tersebut sembari terus berkonsentrasi dengan laptop dan file-file yang ada di hadapannya."Jam satu nanti kamu ada jadwal makan siang dengan Syakila, dia model, dan seorang hijabers," terang Dirga, seorang sahabat yang menelepon Satya."Hari, hari aku sibuk, jadi aku tidak bisa menemanimu," tambahnya."Kalau begitu tunda saja pertemuannya. Jika waktumu sudah senggang, baru kita temui wanita itu," jawab Satya sembari terus mengetik sesuatu di laptopnya."Ce'k!" Dirga mendesis. "Ayolah teman! Aku benar-benar sibuk beberapa hari ini. Aku sudah atur jadwal pertemuanmu. Asisten dan sopirmu juga sudah aku beri tahu, jadi untuk sementara mereka semua yang akan menemanimu."Tanpa membalas penjelasan Dirga, Satya mematikan handphonenya, dan kemudian meletakkan benda berbentuk pipih tersebut di sebelah laptopnya.Hand

  • Bidadari Spesial   Bab 78 (Mencari Jodoh)

    Siang itu setelah menyelesaikan pekerjaannya, Dirga bergegas menuju kantor Satya."Aku lupa, kita hampir saja terlambat. Hari ini kamu ada jadwal kencan dengan Lily Harland. Putri pengungusa Cokro Harland. Dia baru saja menyelesaikan sekolah bisnisnya di Eropa, dan saat ini, menjabat sebagai direktur di anak perusahaan ayahnya," terang Dirga."Ayo cepat!" kata Dirga kemudian seraya keluar dari ruang kerja Satya.Satya pun bergegas mengikuti langkah Dirga dengan merapikan kancing jasnya.Pengusaha kaya itu, terlihat sangat tampan saat mengenakan setelan jas dengan warna apa pun.Dua puluh menit kemudian mobil yang dinaiki Satya sudah berhenti di halaman parkir hotel bintang lima.Ternyata Dirga mengatur pertemuan Satya dengan putri pengusaha kaya itu, di sebuah restoran mewah yang ada di dalam hotel ini.Saat ini Satya telah duduk di restoran, menunggu wanita cantik yang akan dia temui."Dia masih di jalan," bisik Dirga saat Satya berkali-kali melihat arloji di tangannya.Beberapa men

  • Bidadari Spesial   Bab 77 (Belajar agama)

    Pukul dua puluh satu malam, Satya baru sampai di rumahnya. Laki-laki itu bergegas masuk ke dalam kamar, mengganti pakaiannya dan membersihkan diri.Setelah itu dia tampak membuka laci, mengambil sebuah buku kecil tuntutan salat yang pernah diberikan oleh istrinya.Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dengan membaca buku tersebut."Aaaaagh!" desahnya."Hmmmh!" kemudian dia membuang napas keras, dan meraih handphone yang ada di meja lampu tidurnya.Dia menyentuh layar handphone tersebut. Terlihat gambar Hilya, wanita yang pernah dinikahinya di layar utama handphone tersebut.Gambar wanita cantik itu, tampak tersenyum manis ke arahnya.Satya tersebut kecil. Entah apa yang laki-laki kaya itu pikirkan, mungkin rasa rindu, karena sudah hampir satu Minggu mereka tidak bertemu.Namun tiba-tiba senyum di bibir Satya menghilang, berganti dengan wajah kesal."Wanita macam apa kamu? Keluar dari rumah tanpa izin. Kamu pikir, aku akan meneleponmu? Tidak akan pernah!"Satya tampak berbicara de

  • Bidadari Spesial   Bab 76 (Satya Frustasi)

    Kini pagi telah tiba. Satya sudah berada di ruang kerjanya berjibaku dengan laptop dan berkas-berkas yang berserakan di meja.Seorang laki-laki tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja Satya."Bagaimana kabarmu?" tanya laki-laki yang tidak lain adalah pengacara Satya tersebut.Satya melirik laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaannya, seraya kemudian melanjutkan mengetik sesuatu di laptopnya."O, iya. Bagaiman kabar Clarissa? Kapan kalian menikah?" tanya pengacara itu kemudian sembari duduk di hadapan Satya."Clarissa sudah pergi. Dia memutuskan untuk kembali ke Jepang setelah kejadian kemarin," sahut Satya dengan masih mengerjakan sesuatu di laptopnya."Oooh.... Pantas, kamu terlihat frustrasi sekali. Ternya, dua orang wanita yang sangat mencintaimu, kompak meninggalkan kamu secara bersamaan," ejek Dirga dengan terkekeh."Hmmmh!"Satya membuang napas keras sembari melirik Dirga dengan wajah kesal."Kapan rencana kamu menyusul Clarissa ke Jepang?" tanya Dirga lagi."Siapa bilang aku mau me

DMCA.com Protection Status